in partnership with Indosiar

15 Potret Fitri Carlina Ceritakan Jatuh Bangun Kariernya, Bertaruh Nyawa Manggung di Daerah Terpencil - Sempat Ingin Berhenti Nyanyi

Penulis: Umar Sjadjaah

Diterbitkan:

15 Potret Fitri Carlina Ceritakan Jatuh Bangun Kariernya, Bertaruh Nyawa Manggung di Daerah Terpencil - Sempat Ingin Berhenti Nyanyi
Fitri Carlina © KapanLagi.com/Budy Santoso

Kapanlagi.com - Fitri Carlina memulai karir menyanyi sejak kecil dengan tampil di berbagai acara lokal di Banyuwangi. Setelah pindah ke Jakarta pada tahun 2003, ia merilis album pertamanya pada 2005 dan bergabung dengan label Nagaswara pada 2009. Meski awalnya harus bernyanyi pop, ia kembali ke dangdut dengan sukses pada 2012. Perjalanan karir Fitri Carlina penuh tantangan, termasuk penampilan di daerah terpencil dan tampil hybrid pada acara Super Bowl 2021 di Amerika Serikat.

Bagaimana cerita selengkapnya? KLovers, yuk kita simak wawancara eksklusif KapanLagi.com bersama Fitri Carlina beberapa waktu lalu.

1. Cerita Awal Karier Fitri Carlina

Dulu aku mulai nyanyi dari TK, zaman event-event keluarga, hajatan, voli tarkam, sepakbola tarkam, dan 17 Agustusan. Awalnya cuma happy-happy aja, ternyata ada aktivitas terselubung dari orang tua aku. Aku ingat banget acara voli tarkam, aku dibawain amplop, aku buka isinya uang 5 ribu. Ternyata nyanyi itu bisa menghasilkan uang, kan masih kecil.

Kalau gitu aku nyanyi deh, aku seriusin deh karena bisa buat biaya sekolah, enggak ngerepotin orang tua, awalnya begitu. Aku SD sudah ikutan orkes melayu di Banyuwangi, jadi aku keliling sampai aku SMP. Sampai akhirnya tahun 2003 aku diajak hijrah ke Jakarta sama mba Nini. Waktu aku berkarir di Banyuwangi, mba Nini sudah sukses di Jakarta.

Jadi ibaratnya aku dibiarkan berkembang dulu di Banyuwangi, melihat potensinya bagus, akhirnya dibawa ke Jakarta. Ternyata aku baru dikasih tahu beberapa tahun belakangan ini oleh ibu aku, bahwa uang yang diberikan ke aku itu sebenarnya dari ibu aku sendiri. Jadi itu adalah yang terselubung. Jadi aku sama panitianya tidak dibayar, gratisan. Tapi hal itu yang bikin aku fokus berkarya dan berkarier.

(Rumah tangga Tasya Farasya sedang berada di ujung tanduk. Beauty vlogger itu resmi mengirimkan gugatan cerai pada suaminya.)

2. Masih ingat Berapa Honor Nyanyi Pertama Fitri Carlina?

Macam-macam sih, aku dari zaman karaoke kaset, yang benar-benar dibayar itu 20 sampai 25 ribu. Ikutan orkes melayu. 25 ribu itu pun standby, dari sore pulang sekolah sampai subuh. Habis itu sekolah lagi, jadi kadang aku sekolah enggak mandi. Karena aku datangnya mepet gitu. Kalau penyanyi orkes itu kan kita punya grup, jadi suka dijemput sama yang punya orkes. Nanti jemput artis ini, nanti kesana jemput lagi. Karena rumahku paling jauh jadi selalu paling subuh sampainya.

Akhirnya udah dijemput yang paling awal, pulangnya paling akhir gitu. Ya, suka kalau berangkat sekolah tuh ya udah tinggal ganti baju doang berangkat gitu aja. Tapi Alhamdulillah ibu aku tuh yang paling support banget karena yang nemenin aku tiap ke panggung-panggung, bawain buku pelajaran aku, jadi walaupun aku nyanyi, pulang subuh, tapi aku gak mau ketinggalan pelajaran.

Karena Alhamdulillah prestasi tuh cukup bagus, selalu ranking satu sampai SMA juga selalu ranking satu. Jadi, ya apa ya, senang banget karena orang tua tuh sangat supportive banget, sabar gitu loh. Aku aja ngerjain PR tuh di atas panggung. Jadi sampai jedebak-jedebuk (berisik) ya udah ngerjain PR gitu. Itu fun fact banget.

3. Sering Rangking Satu di Sekolah, Pernah Terpikir Untuk Mengejar Mimpi di Bidang Akademis?

Pernah dong, aku juga Alhamdulillah kemarin kuliah di bidang hukum, sarjana hukum. IPK aku bagus, masuknya cumlaude, walaupun sempat tertunda dan mengalami pemutihan. Waktu itu, tinggal bikin skripsi aku sudah sibuk. Tapi orang tua aku nggak pernah memaksakan aku harus fokus di karir atau pendidikan saja. Mereka selalu memberikan pilihan dua-duanya. Pada saat itu, Mba Nini meminta aku masuk kedokteran, tapi aku merasa terlalu pusing dan nggak bisa nyambi, jadi penyanyi.

4. Kuliah Hukum juga Pusing?

Iya, cuma aku senang banget karena waktu itu aku kuliah bersama mas Hendra. Jadi, yang bikin semangat aku kuliah sebenarnya karena ada mas Hendra, pacar aku. Kita pacaran sejak SMA sampai kuliah, dan aku mengajaknya kuliah bareng.

5. Terus Ingin Jadi apa di Luar Nyanyi?

Aku pengen lanjutin jadi notaris, tapi nggak tahu Tuhan mengarahkan aku ke mana, aku ikut saja. Karir nyanyi itu lebih seperti hobi juga, jadi aku pengen terus berkarya sampai tua nanti.

6. Ceritakan dong Waktu Fitri Carlina sampai Jakarta lalu Akhirnya Rekaman?

Setelah lulus SMP, aku diajak Mbak Nini untuk tinggal di Jakarta tahun 2003. Saat itu, aku pindah ke Jakarta dan masuk SMA. Alhamdulillah, tawaran show ke luar kota, bahkan keluar pulau, sudah mulai banyak. Aku jadi penyanyi pendamping dan mendapatkan banyak tawaran.

Tahun 2005, saat aku berumur 17 tahun, Mbak Nini memberikan kado buat aku dengan membuatkan album. Ini adalah cikal bakal aku berkarya di tingkat nasional. Album pertama aku berjudul Jinak-Jinak Merpati, dan album ini masih sering diputar di radio-radio daerah. Setelah lulus SMA, aku membuat single SMS.

Pada tahun 2005, Mbak Nini memberikan kado berupa album. Inilah awal mula aku berkarya di tingkat nasional. Album pertama aku berjudul Jinak-Jinak Merpati dan alhamdulillah, sampai sekarang masih sering diputar di radio-radio daerah. Setelah lulus SMA, aku membuat single SMS dalam versi Jawa, yang berhasil mengangkat nama aku.

Pada tahun 2009, aku bergabung dengan Nagaswara. Awalnya, kami mengirimkan demo ke beberapa label dan sempat ditolak. Ada satu label yang mengatakan bahwa aku tidak punya masa depan sebagai penyanyi. Namun, aku bersyukur karena Nagaswara mau menerima aku.

Tapi, ada cerita menarik ketika pertama kali bergabung dengan Nagaswara, aku tidak langsung menjadi penyanyi dangdut, melainkan penyanyi pop. Pada waktu itu, untuk masuk ke Nagaswara, harus menyanyi pop. Aku merilis dua single pop pertama, yaitu Jangan Buru-Buru dan Easy Going, di bawah nama panggung La Fitri. Nama Fitri Carlina terlalu identik dengan dangdut karena kakakku.

Pada tahun 2012, aku merasa tidak cocok dengan pop dan merasa tidak nyaman. Akhirnya, aku berbicara dengan Babeh Rahayu (CEO Nagaswara) dan mengusulkan untuk membuat lagu dangdut yang masih memiliki nuansa pop.

Babeh Rahayu menyarankan lagu ABG Tua, sebuah lagu pop Melayu yang bisa diaransemen menjadi dangdut. Lagu tersebut sebelumnya diminati oleh beberapa artis lain yang masih aktif hingga sekarang. Alhamdulillah, lagu ABG Tua berhasil menjadi hit pada tahun 2012.

7. Siapa yang Memberi Nama La Fitri?

Pak Rahayu yang memberi nama La Fitri. Mungkin karena waktu itu sedang tren, "La" untuk perempuan dan "El" untuk laki-laki. Jadi, Pak Rahayu memilih La Fitri, yang berarti Fitri adalah perempuan. Itu adalah idenya.

Kakak kamu, Nini Carlina sudah sukses duluan jadi penyanyi. Nah, kamu pernah ada rasa takut karena nama kakak kamu terus membayangi?
Iya, sempat. Waktu aku masih di kampung, aku merasa menggunakan nama Carlina akan menjadi beban karena ekspektasi orang terlalu tinggi. Aku berpikir untuk menggunakan nama sendiri, Fitri Dian, tapi kok rasanya tidak komersil.

Salah satu MC di Banyuwangi pernah bilang, "Kenapa harus mencari nama lain? Gunakan saja nama kakakmu, jelas-jelas kamu adalah penerusnya". Aku merasa beban, tapi dia bilang, "Ini kan kamu jadi penerus kakakmu. Gunakan nama Carlina, kakakmu juga mendukung." Akhirnya, aku memakai nama Carlina hingga sekarang.

8. Merasa Terkenal Sejak Kapan

Oh iya, itu tahun 2005 saat aku merilis single Jinak-Jinak Merpati. Mulai terasa dikenal secara nasional, banyak yang meminta foto dan lain-lain. Di kampung, aku sudah terkenal, tapi hanya di daerah. Ketika terkenal secara nasional, aku mulai merasa harus lebih bertanggung jawab dan tidak boleh seenaknya.

Dulu, aku sebenarnya tomboy, keluar rumah dengan pakaian seadanya tanpa makeup. Tapi karena banyak yang mengenali dan memotret, aku mulai merasa perlu tampil lebih rapi dan dandan minimal saat keluar rumah. Ada yang pernah bilang aku terlihat jelek karena tidak dandan, jadi sejak itu aku merasa bertanggung jawab untuk tampil lebih baik.

9. Perjuangan dan Momen Paling Sedih?

Ada momen yang sangat berat. Waktu aku masih SMP, ada event di daerah Banyuwangi. Panitianya bilang, "Dibantu ya, de. Ini tidak jauh, tapi bayarannya hanya 25 ribu." Aku pikir tidak jauh dan 25 ribu lumayan. Ternyata, dari jalan besar memang hanya setengah jam, tapi masuk lagi ke pucuk gunung, astaga. Kami harus ganti mobil menggunakan jeep. Ada beberapa penyanyi, asisten, dan orang tua yang ikut. Kami teriak-teriak, 'Ya Allah, berat banget cari uang.'

Kami harus naik gunung dalam kondisi hujan, dengan jurang di kanan dan tebing di kiri. Kami harus menyeberang jembatan yang hanya muat untuk dua ban mobil, tanpa pegangan sama sekali. Kalau mobil selip sedikit saja, kami bisa jatuh. Saking menakutkannya, mencari uang terasa seperti petualangan ekstrem. Setelah sampai, kami bernyanyi dalam kondisi hujan dan berlumpur. Bajuku sampai penuh lumpur. Setelah selesai, Alhamdulillah, bayarannya malah diutang.

10. Itu Daerah Mana?

Masih di Banyuwangi. Kalau sekarang mungkin sudah Alhamdulillah bagus ya, tapi waktu itu sudah beberapa puluh tahun yang lalu. Bahkan sampai utang pula, meski sudah minta-minta tetap tidak bisa. Ya sudah, kami ikhlas. Itu yang paling berkesan banget, taruhan nyawa, diutang pula, ya Allah.

11. Sampai Tidak Kuat jadi Penyanyi Dangdut?

Justru aku merasa momen-momen berat itu terjadi ketika aku sudah berada di sini, di Jakarta. Persaingan semakin berat, tekanan dari orang-orang yang yakin kalau aku bisa lebih. Semakin tinggi posisi, semakin besar tekanannya.

Aku sampai berpikir untuk cuti saja. Waktu itu aku juga sedang program kehamilan, jadi secara hormonal sudah tidak stabil, ditambah tekanan dari pekerjaan. Sampai akhirnya aku sempat depresi. Program kehamilan tidak berhasil, dan karir aku waktu itu terasa stuck, hanya bisa maintain.

Tim selalu ingin sesuatu yang wow, sedangkan aku tipikal yang menjalani saja. Itu yang membuat aku merasa tertekan. Aku merasa depresi, dan belum lama ini aku menjalani terapi. Aku baru bisa benar-benar berdamai dengan diri sendiri dan lebih santai dalam menjalani karir dan keluarga saat pandemi.

12. Momen Kebangkitan?

Setelah aku ikhlas dan melepaskan semuanya kepada Allah, kesempatan untuk manggung di Amerika datang. Itu benar-benar seperti keajaiban. Di tahun 2021, aku menjadi salah satu artis line-up untuk acara Super Bowl di Amerika. Meskipun karena pembatasan, acara dilaksanakan secara hybrid. Aku nyanyi di sini, tapi tayang di sana.

Pamfletnya sudah tayang, dan usaha untuk mendapatkan visa sudah dilakukan, tapi tidak berhasil karena pembatasan ketat dari pemerintah AS. Baru setelah September 2021, aku mendapat sponsor dari salah satu label baru di Pop Music di Amerika dan diundang untuk tampil di Times Square.

13. Sampai mau Berhenti Nyanyi?

Aku sempat ingin berhenti untuk nyanyi, merasa tidak nyaman dan ingin stop total. Tahun 2020 memang benar-benar stop karena tidak boleh ada event-event. Ternyata, tidak hanya aku sendiri yang merasakan itu, tapi semua orang. Itu pertama kali aku benar-benar ingin stop nyanyi.

14. Bagaimana cara Menjaga Konsistensi Setelah Puluhan Tahun Jadi Penyanyi?

Alhamdulillah, aku sangat senang bisa terus berkarya selama puluhan tahun. Perjuangan ini tidak singkat dan sangat panjang. Yang paling penting adalah tanggung jawab terhadap profesi. Meskipun capek, kita harus tetap merasa bertanggung jawab sebagai seorang penyanyi dan terus mengeluarkan karya.

Berkat itu, aku bisa tetap eksis hingga sekarang, selalu berkarya dan bersyukur ada Nagaswara yang selalu mendukungku. Sudah 15 tahun bersama Nagaswara, dan meskipun single-single yang aku keluarkan belum meledak, aku tetap berkarya. Kita tidak pernah tahu, mungkin 1, 2, atau 3 tahun lagi, lagu lama bisa naik lagi. Jadi, jangan pernah bosan untuk terus berkarya.

Selain itu, penting juga untuk bersahabat baik dengan media. Media membantu kita tetap eksis dan masyarakat aware tentang kita. Misalnya, saat aku diizinkan menonton Timnas di Qatar, tidak ada niatan untuk menarik perhatian media, tapi ternyata media internasional meliputku. Dari situ, banyak yang aware, termasuk influencer dan legenda bola, sehingga eksistensiku semakin luas, tidak hanya di Indonesia tapi juga internasional.

(kpl/far/ums)

Reporter:

Fikri Alfi Rosyadi

Rekomendasi
Trending