Gempa 6,9 SR di Jepang, Kemenlu RI Pastikan Belum Ada WNI yang Jadi Korban

Penulis: Ricka Milla Suatin

Diperbarui: Diterbitkan:

Gempa 6,9 SR di Jepang, Kemenlu RI Pastikan Belum Ada WNI yang Jadi Korban
Ilustrasi Gempa Bumi (Credit: Pixabay/Dhitoardji)

Kapanlagi.com - Gempa mengguncang Pulau Kyushu, Jepang, dengan kekuatan magnitudo 6,9 pada malam Senin, 13 Januari 2025. Guncangan hebat ini memicu peringatan tsunami di sejumlah wilayah di Jepang selatan, termasuk Kyushu, Shikoku, Amami, dan beberapa bagian Pulau Honshu. Namun, kabar baik datang dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) yang memastikan hingga saat ini tidak ada laporan mengenai Warga Negara Indonesia (WNI) yang terdampak oleh bencana tersebut.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Osaka segera mengambil langkah cepat dengan berkoordinasi bersama komunitas WNI di daerah yang terkena dampak. Judha Nugraha, Direktur Pelindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kemlu RI, mengungkapkan bahwa mereka telah menghubungi simpul masyarakat WNI di Prefektur Miyazaki, Kumamoto, dan Kochi, dan alhamdulillah, belum ada laporan tentang korban atau kerugian yang dialami oleh WNI.

Bencana ini menjadi pengingat yang penting akan perlunya mitigasi risiko gempa di Jepang, negara yang dikenal rawan bencana. Selain respons cepat dari Kemlu RI, warga Indonesia yang tinggal di Jepang juga diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti informasi resmi dari pihak berwenang setempat.

1. Kronologi Gempa Kyushu Magnitudo 6,9

Pada Senin malam yang kelam, tepatnya pukul 21.19 waktu setempat, gempa mengguncang wilayah laut Hyuganada di sekitar pantai Pulau Kyushu dengan kekuatan awal 6,4 magnitudo, yang kemudian direvisi menjadi 6,9.

Pusat gempa yang terletak pada kedalaman 30 kilometer ini cukup dangkal untuk memicu peringatan tsunami di beberapa daerah, termasuk Shikoku dan Amami, mengingat Pulau Kyushu berada di jalur cincin api Pasifik yang terkenal rawan gempa.

Beruntung, hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan mengenai kerusakan infrastruktur atau korban jiwa. Momen ini menegaskan betapa pentingnya pemantauan bencana yang terus-menerus dan sistem peringatan dini yang canggih di Jepang, yang mampu memberikan informasi cepat kepada masyarakat demi meminimalkan risiko.

Ini adalah contoh nyata dari sinergi antara teknologi dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana alam.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Respons Sigap Kemenlu RI dan Peran KBRI

Setelah gempa mengguncang Jepang, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia segera bergerak cepat dengan mengoordinasikan komunikasi antara Kedutaan Besar RI di Tokyo dan Konsulat Jenderal RI di Osaka untuk memastikan keselamatan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di daerah terdampak.

Mereka langsung menjalin komunikasi dengan komunitas WNI di Prefektur Miyazaki, Kumamoto, dan Kochi, yang berpotensi terimbas oleh bencana tersebut. Berdasarkan data resmi, terdapat 2.204 WNI yang menetap di Miyazaki dan 964 di Kochi, namun hingga saat ini, tidak ada laporan mengenai cedera, kehilangan, atau kerugian material di antara mereka.

Pernyataan ini memberikan rasa tenang bagi keluarga WNI di tanah air yang mungkin cemas akan kondisi sanak saudara mereka. Selain itu, KBRI Tokyo terus memantau situasi dan berkolaborasi dengan otoritas setempat untuk menjamin keselamatan warganya.

Langkah-langkah ini mencerminkan komitmen pemerintah Indonesia dalam melindungi warganya di luar negeri, terutama dalam situasi darurat seperti bencana alam. Judha Nugraha, Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kemlu RI, menegaskan bahwa komunikasi dengan komunitas WNI telah dilakukan dan hingga kini tidak ada yang terdampak.

"Kami telah menghubungi simpul masyarakat WNI di wilayah tersebut dan mendapatkan informasi bahwa mereka dalam keadaan aman," ungkap Judha, melansir dari ANTARA pada Selasa (14/1/2025).

3. Mitigasi Risiko bagi WNI di Jepang

Di tengah tingginya aktivitas seismik yang melanda Jepang, mitigasi risiko bencana menjadi prioritas utama bagi warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di sana.

Pemerintah Indonesia, melalui KBRI dan KJRI, secara aktif memberikan panduan dan pelatihan untuk menghadapi bencana, mulai dari evakuasi hingga informasi tentang titik aman yang sesuai dengan standar lokal.

WNI diimbau untuk selalu memperbarui data kontak mereka agar pihak berwenang dapat memberikan bantuan dengan cepat saat darurat. Selain itu, informasi terkini mengenai gempa dan peringatan tsunami disampaikan melalui platform digital KBRI, memastikan bahwa setiap orang tetap terinformasi.

Tak kalah penting, WNI disarankan untuk menyiapkan tas darurat berisi dokumen penting, makanan, dan air, sehingga mereka dapat menghadapi situasi darurat dengan lebih tenang dan terencana.

4. Pelajaran dari Jepang dalam Menghadapi Bencana

Jepang, negara yang kerap diguncang gempa, telah menjadi teladan dalam sistem mitigasi bencana yang patut dicontoh. Dengan infrastruktur tahan gempa dan sistem peringatan dini yang canggih, Jepang menunjukkan betapa pentingnya persiapan menghadapi bencana.

Masyarakatnya pun memiliki kesadaran yang tinggi, siap siaga dan cepat tanggap setiap kali gempa mengguncang. Indonesia, yang juga terletak di kawasan cincin api Pasifik, dapat mengambil pelajaran berharga dari pengalaman Jepang, seperti menerapkan simulasi gempa secara rutin di sekolah dan tempat kerja serta menyediakan informasi bencana yang mudah diakses.

Dengan memperkuat kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Jepang dalam penanganan bencana, terutama dalam transfer teknologi dan pengetahuan, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan ketahanan masyarakatnya terhadap risiko bencana yang mengancam.

5. Langkah Selanjutnya bagi WNI di Wilayah Terdampak

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia terus memantau dengan seksama situasi terkini di Jepang, berkoordinasi erat dengan otoritas setempat demi keselamatan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di sana. WNI di Jepang diingatkan untuk tetap waspada dan mengikuti instruksi resmi dari pemerintah Jepang terkait bencana yang mungkin terjadi.

KBRI dan KJRI akan memberikan informasi terbaru secara berkala, sementara hotline darurat di KBRI Tokyo dan KJRI Osaka siap membantu WNI yang membutuhkan, termasuk dalam hal evakuasi jika diperlukan.

Komunikasi yang cepat dan terbuka menjadi sangat penting dalam menjaga keselamatan WNI di tengah situasi darurat ini. Bagi keluarga WNI di tanah air yang ingin mengetahui kabar terkini mengenai kerabat mereka di Jepang, dapat menghubungi layanan resmi Kemlu RI.

Dengan sinergi antara pemerintah, keluarga, dan komunitas WNI di Jepang, diharapkan setiap langkah yang diambil dapat memberikan perlindungan optimal bagi seluruh warga negara Indonesia di luar negeri.

6. Apa yang dilakukan Kemenlu RI untuk melindungi WNI di Jepang?

Kemenlu RI berkoordinasi dengan KBRI Tokyo dan KJRI Osaka untuk memastikan keselamatan WNI, memberikan informasi, dan menyediakan hotline darurat.

7. Bagaimana cara WNI di Jepang menghadapi gempa?

WNI diimbau mengikuti panduan mitigasi dari KBRI, seperti mempersiapkan tas darurat, mengetahui jalur evakuasi, dan memperbarui kontak dengan KBRI atau KJRI.

8. Apa penyebab seringnya gempa di Jepang?

Jepang terletak di jalur cincin api Pasifik, di mana tiga lempeng tektonik bertemu, yaitu Lempeng Eurasia, Pasifik, dan Filipina.

9. Apakah Indonesia terpengaruh oleh gempa di Jepang?

Tidak, Indonesia tidak terpengaruh langsung oleh gempa di Jepang, tetapi tetap harus waspada terhadap dampak potensi tsunami di wilayah tertentu.

10. Bagaimana sistem peringatan dini gempa di Jepang bekerja?

Jepang menggunakan teknologi seismik canggih yang mendeteksi aktivitas gempa dan memberikan peringatan dalam hitungan detik melalui perangkat komunikasi seperti ponsel dan televisi.

(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)

(kpl/rmt)

Rekomendasi
Trending