Kapanlagi.com - Kontroversi film PAKU KUNTILANAK yang diperankan Dewi Perssik masih terus berlangsung. Pihak MUI belum lama ini sudah menyatakan pencekalannya terhadap film yang dinilai banyak mengandung unsur pornografi. Menanggapi adanya reaksi keras dari MUI tersebut, Dewi justru merasa tidak keberatan."Kalau MUI mencekal dan bahkan ingin mencopot film PAKU KUNTILANAK, saya tidak keberatan. Jangan hanya mengimbau saja," ucap Dewi yang dihubungi KapanLagi.com Selasa (11/08) malam kemarin.Istri Aldi Taher ini justru mendukung langkah MUI untuk mencekal film tersebut. Hal itu didasari karena rasa kecewa Dewi terhadap pihak rumah produksi Maxima Pictures. Ia menilai kalau Maxima tidak menghargai dirinya sebagai seorang pemain profesional. Dewi mengatakan jika adegan syur dengan aktor Malaysia, Keith Foo, yang menampakkan salah satu anggota tubuhnya sudah diminta kepada pihak Maxima untuk tidak ditayangkan."Adegan tersebut diambil hingga beberapa kali agar tidak terlihat bagian tubuh saya. Tapi kenapa mereka mengambil gambar tersebut untuk ditayangkan?" tandas Dewi.Adegan syur tersebut menurut Dewi bukanlah atas kemauannya pribadi. Ia mengatakan kalau apa yang dilakukannya itu berdasarkan alur cerita dan arahan dari sang sutradara. Ia sendiri justru merasa bingung kalau dikatakan setiap peran yang ada dalam film tersebut adalah kehendaknya. Dewi benar-benar merasa dikhianati oleh pihak Maxima. "Saya ini dibayar untuk main film secara profesional. Saya bukan dibayar untuk telanjang. Kok bisa-bisanya mereka melakukan hal tersebut kepada diri saya," ujar Dewi.Dewi sendiri juga mengaku sang suami tercinta juga kecewa terhadap Maxima. Aldi Taher selaku suami Dewi marah besar atas munculnya gambar tersebut. Padahal saat syuting adegan film tersebut, Aldi juga meminta kepada pihak Maxima untuk tidak menampilkannya. "Suami saya marah dan tidak habis pikir kenapa gambar tersebut bisa muncul. Jujur saya malu dengan suami saya, karena walau bagaimanapun juga, sebagai seorang istri saya harus bisa menjaga perasaan suami," imbuh Dewi.