Penonton 'PERAHU KERTAS' Harus Menggantung Rasa Penasaran
Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Sudah beberapa kali menggarap film adaptasi novel, Hanung Bramantyo merasa dihadapkan pada situasi yang sama saat membuat film PERAHU KERTAS. Ada ketakutan bahwa nanti filmnya tidak sesuai dengan harapan penonton, yang sebagian besar pasti sudah membaca novelnya.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, Hanung akhirnya membiarkan Dee yang memilih karakter masing-masing tokoh. "Justru di sini saya kebalik, karena saya protes kalo ada bagian dari novel dihilangkan di film ini," ujarnya saat preskon film PERAHU KERTAS, di Epicentrum, Kuningan, Jaksel, Rabu (8/8).
Untuk menjaga visualisasi filmnya sama dengan novelnya, Hanung sangat menghindari membuang adegan. "Buat saya, novel Perahu Kertas itu sangat visual. Jadi film adaptasi novel yang paling membuat saya takut. Mungkin karena Mbak Dewi sudah sangat feminis," ujarnya
Karena Hanung adalah orang yang paling takut, dan karena ia juga produsernya, ia pun juga pertimbangkan investasinya. Jika film tersebut dibuat dengan durasi empat jam, maka hanya bisa diputar dua kali di bioskop.
Dengan demikian, penonton film PERAHU KERTAS pun disuguhi dua seri. "Film maximal hanya 118 menit, kalau mau laku secara bisnis. Makanya saya pecah jadi dua. Mereka harus men-delay perasaan mereka sampe dua - tiga bulan lagi. Ini mirip kaya stripping," pungkasnya.
(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)
(kpl/uji/dew)
puji puput
Advertisement