Semangat Nasionalisme Dalam 17 Film Indonesia
Diterbitkan:

17 Film Nasional
Kapanlagi.com - Film adalah media visual yang memiliki peranan penting pada perkembangan zaman di setiap negara. Dalam kasus ini negara kita, Indonesia. Terlepas dari bahan propaganda atau tidak, terkadang muncul sebuah film yang memiliki semangat nasionalisme dengan satu tujuan: membuka mata.
Karena dianggap ampuh memotret realita yang terjadi pada saat itu dalam berbagai bentuk, film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata dibenak penonton. Mengajari mereka berbagai hal tentang Indonesia. Untuk melihat dengan hati dan merasakan melalui mata.
Bertepatan dengan momentum kemerdekaan, Kapanlagi.com akan merekomendasikan 17 film Indonesia pilihan yang memiliki semangat nasionalisme. Walau tak selalu disajikan layaknya drama perang untuk lebih menekankan konteks bahwa menang lawan penjajah pasti merdeka, daftar ini merujuk pada drama humanis sarat pesan moral.
1. Bendera (2002)
Film arahan Nan Achnas ini memiliki plot sederhana. Dua orang anak SD mendapat tugas untuk menaikan bendera pada upacara hari Senin. Karena kotor, ibu guru memerintahkan bendera tersebut untuk dicuci terlebih dahulu. Lalu apa yang terjadi jika kemudian bendera itu hilang?
BENDERA yang rilis pada 1 Juli 2002 ini merupakan film ketiga Nan Achnas usai KULDESAK dan PASIR BERBISIK. Meski temanya sangat sederhana, namun filmnya telah mengajarkan banyak hal.
Trivia:
Lagu Bendera ciptaan Eross Candra yang dinyanyikan Cokelat menjadi soundtrack film ini. Lewat kagu itu pula Eross menerima penghargaan sebagai pencipta lagu nasional oleh KemMenPora pada tahun 2004.
(Ashanty berseteru dengan mantan karyawannya, dirinya bahkan sampai dilaporkan ke pihak berwajib.)
2. Nagabonar (1986)
NAGABONAR rilis tahun 1986 berkisah tentang seorang pencopet di kota Medan yang sering keluar masuk penjara. Saat keluar dari penjara, dia kaget mendengar Jakarta telah memplokamirkan kemerdekaan negara. Hal itu berbanding terbalik dengan Medan yang masih terancam oleh Belanda.
Film garapan Asrul Sani ini sukses besar kala dirilis. Bahkan mendapat banyak penghargaan di ajang FFI tahun 1987 termasuk kategori pemeran utama terbaik yang diraih oleh Deddy Mizwar.
Trivia:
- Berkat kesuksesan sekuelnya bertajuk NAGABONAR JADI 2 (2007), NAGABONAR di-remaster. Versi rekam ulang ini rilis tahun 2008.
- Jargon 'Apa kata dunia?' menjadi slogan Dirjen pajak pada tahun 2008.
3. Minggu Pagi Di Victoria Park (2010)
Film ini mengisahkan tentang tenaga kerja asal Indoensia yang bekerja sebagai pembantu di Hongkong. Lola Amaria terbilang berani dalam menyajikan fakta-fakta lewat film ini. Dia sukses membuka seluk-beluk dunia tenaga kerja yang tak pernah kita, sebagai warga negara Indonesia, tahu.
Meski ketika tayang di bioskop Indonesia kurang mendapat respon penonton, MINGGU PAGI DI VICTORIA PARK menjadi salah satu film terbaik yang pernah dibuat.
Quote:
"Memangnya jadi TKW itu cita-citamu? Mentang-mentang sebutane pahlawan devisa ta? Terus kamu berharap dihargai sama negara, iyo?" - Mayang
4. Nagabonar jadi 2 (2007)
Sekuel dari NAGABONAR rilisan tahun 1987 ini sukses besar menyedot perhatian publik saat rilis pada tahun 2007. Sentilan komedi tentang nationality matter membuat film tersebut memiliki bekas di hati penontonnya.
Dalam sekuelnya, Deddy Mizwar menduduki posisi sutradara. Bahkan dia kembali memerankan sosok Nagabonar setelah 20 tahun lalu berakting jadi pencopet asal Medan.
Trivia:
Deddy Mizwar kembali mendapat penghargaan sebagai aktor terbaik dalam FFI 2007 untuk peran yang sama di usia yang berbeda.
5. Batas (2011)
Drama yang disutradarai oleh Rudi Soedjarwo ini berkisah tentang TKI, pendidikan dan orang-orang yang tinggal di perbatasan Indonesia dan Malaysia. Dibintangi oleh Marcella Zalianty, Marcell Domits dan Ardina Rasti.
Trivia:
Film ini merupakan produksi pertama Keana Production milik Marcella Zalianty.
6. Garuda Di Dadaku (2009)
Dari judulnya saja, karya Ifa Isfansyah satu ini sudah menunjukkan unsur nasionalisme. Garuda adalah lambang negara dan dada menunjukkan bahwa jiwa Indonesia harus tertanam di hati tiap warganya.
Meski terdengar cukup berat, nyatanya drama yang dibintangi Emir Mahira ini mampu sajikan unsur nasionalisme dalam wajah sepak bola yang ringan namun tetap menghibur dan sarat pesan.
Trivia:
Soundtrack berjudul GARUDA DI DADAKU dibawakan oleh Netral. Lagu tersebut resmi menjadi lagu wajib yang selalu dinyanyikan dengan penuh semangat ketika ada pertandingan akbar Indonesia melawan luar negeri.
7. King (2009)
KING adalah film yang mengangkat tema tak biasa yakni bulu tangkis. Plotnya cukup sederhana, seorang anak lelaki ingin sekali menjadi pebulutangkis nasional dan berusaha mewujudkannya.
Film yang disutradarai oleh Ari Sihasale bersama rumah produksinya, Alenia, menuntun penonton belia untuk mencintai mimpi dan berusaha mewujudkannya.
Trivia:
Terinspirasi prestasi yang ditorehkan oleh Liem Swie King saat bulu tangkis berjaya di Indonesia tahun 1980-an.
8. Soegija (2012)
Selain memperkenalkan siapa itu uskup pertama di Indonesia, film ini juga memotret kondisi bangsa Indonesia tahun 1940-1949. Lewat karakter Soegija, penonton diajarkan pada banyak hal. Termasuk untuk mencintai sesama manusia.
Film arahan Garin Nugroho ini mendapatkan 414,787 penonton. Menempatkan SOEGIJA pada posisi keempat dari 10 film terlaris hingga pertengahan tahun 2012.
Trivia:
Awalnya Nirwan Dewanto menolak berperan sebagai Soegija sebelum dipaksa oleh Garin Nugorho.
9. GIE (2004)
Riri Riza mengangkat kisah hidup salah satu aktivis cemerlang yang pernah dimiliki Indonesia, Soe Hoe Gie. Dengan setting Indonesia di era rezim Soekarno, GIE menceritakan tentang perjuangan Gie dan kawan-kawan mahasiswanya dalam menuntut keadilan dan menyuarakan pendapat rakyat.
Kisah hidup Soe Hoe Gie dipaparkan Riri Riza dengan mulusdari masa kecil hingga akhir hidupnya. Sosoknya yang sebelumnya masih asing bagi penonton bisa dipahami lewat bahasa gambar Riri. Gejolak pemerintahan Soekarno yang erat kaitannya dengan PKI ini digarap secara kolosal, sehingga membuat penonton seperti ikut mengalami perjuangan mahasiswa pasca kemerdekaan.
Film ini tidak secara langsung memberi pesan kepada penonton, namun dari sikap serta pemikiran Gie, yang tergambar lewat penokohannya, mau tak mau penonton ikut merenung. Penonton bakal tahu perjuangan salah satu tokoh Indonesia dalam mencintai negaranya.
Trivia:
Film GIE terpilih menjadi Film Terbaik FFI 2005, sayangnya juri FFI tak memberikan piala Sutradara Terbaik kepada sang sutradara Riri Riza.
10. LASKAR PELANGI
LASKAR PELANGI berusaha memotret kondisi pendidikan di pulau-pulau Indonesia, kali ini yang menjadi fokus adalah kisah para murid SD Muhammadiyah di Bangka Belitong.
Murid-murid 'istimewa' ini lantas dididik oleh seorang ibu guru yang penuh dedikasi, Ibu Muslimah. Karena keragaman watak dan juga bakat para muridnya, Ibu Muslimah menjuluki mereka "Laskar Pelangi."
Alih-alih terjebak dalam hidup penuh keluhan karena terbatasnya fasilitas belajar, Laskar Pelangi memberi gambaran semangat yang harusnya dimiliki setiap anak sekolah di Indonesia, semangat tak kenal menyerah dan selalu ingin memuaskan rasa ingin tahu.
Petualangan Laskar Pelangi jelas menghibur dan membuka mata penonton dari gempuran kisah anak sekolah yang penuh dengan pertengkaran ala sinetron televisi.
Kisah dalam film ini diangkat dari novel best seller karya Andrea Hirata. Cerita di dalamnya makin menginspirasi sebab garis besar kisah tersebut adalah pengalaman hidup sang penulis novel.
Trivia:
Karena kepopuleran LASKAR PELANGI, Belitung lantas mendapat julukan Bumi Laskar Pelangi.
11. TJOET NJA' DHIEN (1988)
Film TJOET NJA' DHIEN (1988) adalah salah satu harta perfilman tanah air. Disutradari oleh Eros Djarot dan dibintangi oleh Piet Purnama dan Christine Hakim.
Eros Djarot menggarap kisah hidup Tjut Nyak Dhien, pahlawan perjuangan, ahli strategi dari Aceh pada masa peran melawan penjajah di akhir abad ke-19.
Tema perang kemerdekaan memang terasa kurang mengena di era modern, namun film yang digarap dengan apik dan juga nyaris sempurna dalam penokohan karakter ini bisa menjadi sebuah referensi betapa beratnya merebut kemerdekaan. Setidaknya itu bisa menjadi pelecut generasi muda untuk berjuang lebih dalam mempertahankan kemerdekaan ini.
Trivia:
Film ini dianugerahi penghargaan Best International Film di Cannes Film Festival 1989.
12. R.A KARTINI (1981)
Salah satu hak istimewa yang dimiliki para wanita Indonesia tak lepas dari perjuangan Raden Ajeng Kartini, pioner yang memperjuangkan hak-hak wanita Indonesia.
Sutradara Sjumandjaja menggambarkan perjuangan RA Kartini yang pada masanya menuntut persamaan hak wanita dengan para pria terutama soal pendidikan.
Film RA KARTINI bukanlah film perang, namun sejatinya dapat dikategorikan sebagai film perjuangan yang layak ditonton. Dengan bintang berkualitas seperti Yenny Rachman, Bambang Hermanto dan Adi Kurdi, KARTINI bisa dijadikan tontonan bagus menjelang HUT RI Kemerdekaan RI.
Trivia:
Dialog dalam film RA KARTINI beberapa diucapkan dalam logat dan aksen Jawa Tengah yang halus.
13. TRILOGI MERDEKA
Trilogi Merdeka merupakan trilogi kisah perjuangan pertama di Indonesia. Tiga film yang menjadi bagiannya antara lain MERAH PUTIH, DARAH GARUDA, dan HATI MERDEKA.
Ketiga film tersebut disutradarai oleh Yadi Sugandi dan Conor Allyn. Film perjuangan ini terasa makin berkelas sebab dibintangi oleh aktor papan atas seperti Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Teuku Rifnu Wikana, dan Rahayu Saraswati.
Setting waktu dalam cerita adalah masa-masa perjuangan revolusi, tahun 1948. Dikisahkan sekelompok kadet yang selamat dari pembantaian Belanda dan lantas bergerilya untuk menuntut kemerdekaan.
Trilogi MERDEKA tidak hanya sekadar film perang karena di dalamnya, sutradara menekankan juga konflik personal serta inter personal antara kadet satu dan kadet lainnya. Para kadet tersebut punya sifat, status sosial, etnis, budaya, dan agama yang berbeda-beda. Pesan inilah yang coba disampaikan, bahwa persatuan bukan hal mudah untuk diraih namun tetap bisa diupayakan.
Trivia:
Dalam film pertama, MERAH PUTIH, setiap pemainnya dididik seperti tentara sungguhan. Mereka dilatih keras selama 10 hari di camp pelatihan dan harus bangun jam 4 pagi. Tak hanya itu, pemainnya juga belajar tentang sejarah dan tak pernah absen membaca teks Pancasila.
14. KITA VERSUS KORUPSI
Pikiran masyarakat seringkali melayang ke koruptor kelas kakap di pemerintahan atau instansi besar lainnya saat mendengar kata "korupsi". Itu tak salah, namun film KITA VERSUS KORUPSI membuka mata penonton bahwa korupsi bisa terjadi dalam lingkungan yang dekat dengan keseharian.
Empat segmen dalam film ini, RUMAH PERKARA, AKU PADAMU, SELAMAT SIANG RISA, dan PSSSTTT...JANGAN BILANG SIAPA-SIAPA, semuanya memberi pesan yang jelas bahwa korupsi bisa mengancam mulai pejabat pemerintahan sampai anak sekolah.
Kalau memang mengaku anti dengan korupsi, coba tonton film ini. Barangkali, salah satu peran yang ada di dalamnya mengingatkan akan hidup kita sehari-hari.
Trivia:
Film ini dibuat untuk penyuluhan di sekolah-sekolah tentang praktek korupsi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
15. TANAH AIR BETA
Pilihan berat harus diambil ibu Tatiana (Alexandra Gottardo) dan Merry (Griffit Patricia) saat ia harus berpisah dengan keluarganya karena memorandum Timor Timur. Di saat mereka berdua memutuskan untuk tinggal di Indonesia, keluarga mereka memilih menyebrang ke Timor.
Jauh dari keluarga adalah salah satu kosekuensi Tatiana dan Merry atas kecintaannya terhadap Indonesia. Kondisi kesehatan Tatiana yang tiba-tiba memburuk membuat Merry memutuskan menyebrang ke tanah seberang, menemui kakaknya.
Alenia Pictures mencoba mengangkat potret kehidupan warga Indonesia di perbatasan dengan Timor Timur. Bagi warga di sana, pilihan untuk tinggal di Indonesia perlu pertimbangan mendalam. Bukan hanya tentang cinta dan rasa bangga, namun juga pasrah dengan apa pun kondisi yang bakal mereka jalani.
Trivia:
Demi memberikan akting maksimal dalam filmnya, TANAH AIR BETA, Alexandra Gottardo rela menghitamkan kulit putihnya. Ia merasa memiliki kulit hitam bisa lebih menyatu dengan perannya sebagai orang Atambua.
Selain kulit hitam, Alexandra juga tak risau tertular penyakit endemik malaria di sana.
16. LIMA ELANG
Kegiatan pramuka adalah salah satu kegiatan yang bisa menumbuhkan rasa persatuan remaja Indonesia dan juga membuat para pandu pramuka makin mandiri.
LIMA ELANG garapan Rudi Soedjarwo ini menjadi hiburan segar bagi anak-anak atau pun bagi penonton dewasa tentang serunya berpetualang di alam bebas. Akting kelima pemainnya Cristoffer Nelwan, Iqbaal Diafakhri Ramadhan, Monica Sayangbati, Bastian Bintang Simbolon, dan Teuku Rizky Muhammad yang natural makin menambah keseruan cerita tentang bocah pramuka. Sebuah hiburan segar di saat pramuka perlahan kehilangan pamor.
Trivia:Para pemain cilik yang tampil dalam LIMA ELANG membentuk grup boyband Coboy Junior.
17. LASKAR PEMIMPI
Film tentang perang perjuangan meraih kemerdekaan tak selalu harus hadir dalam tumpahan darah dan juga adegan peperangan yang mengerikan. LASKAR PEMIMPI garapan Monty Tiwa buktinya. Film perang tersaji sebagai sajian menghibur lewat drama komedi musikal.
LASKAR PEMIMPI menceritakan tentang perjuangan rakyat Indonesia dalam usahanya melawan Belanda saat Agresi Militer Belanda II. Untuk mendukung tema komedi yang diangkat, Monty Tiwa mengajak serta Project Pop untuk jadi bintang dalam film ini.
Kemasan komedi tak lantas membuat LASKAR PEMIMPI digarap asal-asalan. Muatan sejarah seperti peristiwa Agresi Militer Belanda II dan Serangan Besar ke Yogya tanggal 1 Maret 1949 diambil berdasarkan fakta.
Trivia:
Monty Tiwa, sang sutradara membuat film dengan tujuan untuk membuat penonton belajar sejarah secara ringan dan menyenangkan.
(Deddy Corbuzier buka suara terkait isu cerai, marah ke pihak Pengadilan Agama!)
(kpl/dka/abs)
Mahardi Eka Putra
Advertisement
-
Fashion Selebriti Indonesia Potret Cantik Syahnaz Sadiqah Pakai Batik, Pancarkan Pesona Istri Pejabat