Film 'CONCLAVE' Seketika Jadi Sorotan Pasca Paus Fransiskus Wafat, Ini Sinopsis dan Sederet Faktanya
CONCLAVE © instagram.com/conclavethefilm
Kapanlagi.com - Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma, wafat pada usia 88 tahun pada Senin (21/4) pagi di kediamannya, Casa Santa Marta, Vatikan. Kabar duka ini diumumkan oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Vatikan, dalam sebuah pidato video.
Kepergian Paus Fransiskus tidak hanya membuat publik berduka tapi juga menyorot film CONCLAVE. Film tersebut mengisahkan tentang pemilihan pemimpin baru di Gereja Katolik Roma yang ternyata tak sederhana.
CONCLAVE sendiri juga berhasil meraih penghargaan tertinggi di BAFTA 2025 dan mengantongi pendapatan lebih dari 70 juta dolar. Berikut sinopsis dan sederet fakta tentang film CONCLAVE!
Advertisement
1. Sinopsis film CONCLAVE
Kematian Paus akibat serangan jantung menyisakan misteri dan ketegangan. Kardinal Thomas Lawrence, yang diperankan oleh Ralph Fiennes, mengambil alih posisi sebagai Dekan Dewan Kardinal. Dia harus memimpin proses pemilihan yang tidak hanya melibatkan keyakinan spiritual, tetapi juga kekuatan politik. Dalam suasana yang sangat rahasia, para Kardinal dari berbagai negara�Amerika Serikat, Italia, Nigeria, dan Kanada�terpecah menjadi beberapa kelompok dengan kandidat masing-masing.
Setiap kelompok memiliki strategi dan skema mereka sendiri untuk mendapatkan 75 suara mayoritas yang dibutuhkan untuk memenangkan pemilihan. Intrik dan persaingan politik ini menciptakan suasana yang tegang, di mana setiap keputusan bisa berakibat fatal bagi karier mereka.
Konklaf bukan hanya sekadar pemilihan Paus; ini adalah arena di mana kekuasaan dan ambisi saling beradu. Setiap Kardinal memiliki agenda tersembunyi, dan film ini dengan cerdik menggambarkan bagaimana skandal rahasia bisa terungkap. Dari pengaruh politik hingga hubungan pribadi, semua aspek ini saling terkait dan mempengaruhi hasil akhir.
Di tengah ketegangan, para Kardinal tidak hanya harus berhadapan dengan satu sama lain, tetapi juga dengan masa lalu mereka. Setiap karakter memiliki rahasia yang bisa menghancurkan reputasi mereka jika terungkap. Ini menambah lapisan ketegangan yang membuat penonton terus menebak-nebak siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
2. Proses Sesungguhnya
Dilansir dari abcnews.go.com, pengumpulan para kardinal untuk konklaf biasanya dimulai antara 15 hingga 20 hari setelah kematian paus. Konklaf mencakup semua kardinal di bawah usia 80 tahun yang memenuhi syarat untuk berpartisipasi.�
Setibanya di Roma, para kardinal tinggal di kamar pribadi di Domus Sanctae Marthae, yang merupakan hotel residensial di Vatikan dengan fasilitas makan yang biasanya menampung rohaniwan dan awam yang berkunjung. Sesuai tradisi, para kardinal diputuskan dari dunia luar, termasuk televisi, telepon, komputer, dan surat kabar.
Kolegium Kardinal akan memberikan suara hingga empat kali dalam satu hari untuk paus berikutnya, dengan mayoritas dua pertiga diperlukan untuk memilih seorang paus. Setelah setiap pemungutan suara, surat suara dibakar dan asap dilepaskan dari cerobong Kapel Sistina sebagai sinyal kepada kerumunan yang berjaga di Lapangan Santo Petrus.
Asap hitam�fumata nera dalam bahasa Italia�menunjukkan pemungutan suara yang tidak meyakinkan, sementara asap putih�fumata bianca�akan menandakan bahwa paus baru telah dipilih. Jika tiga hari berlalu tanpa paus yang terpilih, pemungutan suara dapat ditangguhkan selama satu hari untuk memungkinkan para kardinal waktu untuk refleksi sebelum putaran pemungutan suara berikutnya dilakukan.
Setelah Kolegium Kardinal memilih paus baru, kandidat tersebut secara resmi ditanya di Kapel Sistina apakah ia menerima pemilihan tersebut dan, jika demikian, untuk memilih nama kepausannya. Meskipun para paus memiliki opsi untuk mempertahankan nama baptis mereka, setiap paus selama 470 tahun terakhir telah memilih untuk mengubah namanya, biasanya untuk menghormati pendahulu dan untuk menandakan niat mereka untuk meniru teladannya.
3. Terinspirasi dari Paus Fransiskus
Dalam abcnews.go.com, Robert Harris mengaku kepada The New York Times bahwa ia memang membayangkan Paus Fransiskus saat menulis buku yang lantas diadaptasi dalam film CONCLAVE itu.
4. Drama Spiritual dan Politik
Film ini tidak hanya menyuguhkan drama politik, tetapi juga menggali aspek spiritual dari pemilihan Paus. Apa arti sebenarnya dari kepemimpinan spiritual? Bagaimana para Kardinal menyeimbangkan keyakinan mereka dengan ambisi pribadi? CONCLAVE menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan cara yang memikat.
5. Adaptasi Novel yang Menggugah
Film ini diadaptasi dari novel karya Robert Harris, yang dikenal dengan kemampuannya menciptakan narasi yang kuat dan mendalam. Adaptasi ini berhasil menangkap esensi dari novel tersebut, menghadirkan cerita yang tidak hanya menggugah pikiran tetapi juga emosional.
6. Sederet Aktor yang Membintangi
Disutradarai oleh Edward Berger, film ini menggaet aktor-aktor papan atas seperti Ralph Fiennes, Stanley Tucci, John Lithgow, Sergio Castellitto, dan Isabella Rossellini.
7. Penghargaan BAFTA dan Nominasi Oscar
Empat penghargaan BAFTA yang diraih CONCLAVE merupakan bukti nyata kualitas film ini. CONCLAVE menang di kategori Film Terbaik, Film Inggris Terbaik, Skenario Adaptasi Terbaik, dan Penyuntingan Terbaik menunjukkan bahwa CONCLAVE unggul tidak hanya dalam segi cerita, tetapi juga dalam aspek teknis seperti penyuntingan.
Delapan nominasi Oscar yang diterima CONCLAVE semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu film terbaik tahun ini. Nominasi ini membuktikan bahwa CONCLAVE telah diakui secara internasional dan mendapatkan apresiasi dari kalangan industri perfilman dunia.
(Rumah Orangtua Wardanita Mawa Kebanjiran di Sumatera Utara, Foto Nikah Jadi Sorotan.)
Berita Foto
(kpl/tdr)
Advertisement
