1. Bukan Cuma Untuk Dirinya Sendiri

"Ini adalah bentuk perjuangan untuk semua warga Indonesia, anggaplah saya hanya wakilnya dengan pemohon-pemohon ibu-ibu di sini," ujarnya.

Tsania mengatakan, perjuangannya bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk semua warga Indonesia yang mengalami hal serupa.

Ia menjelaskan bahwa dirinya hanyalah wakil dari para pemohon lain, terutama para ibu yang tidak mendapatkan hak asuh anak sepenuhnya setelah putusan cerai.

Sebagai salah satu saksi dalam sidang tersebut, Tsania mengungkapkan perasaannya yang campur aduk.

2. Tetap Bertekad

"Tadi ketika saya ditunjuk sebagai saksi, pastinya perasaan saya campur aduk. Yang pertama saya ada perasaan tegang, ada perasaan takut juga," katanya.

Meskipun merasa tegang dan takut, Tsania tetap bertekad untuk memberikan kontribusinya demi keadilan bagi ibu-ibu di Indonesia yang mengalami nasib serupa dengannya.

"Tapi saya menguatkan diri saya bahwa niat saya semata-semata hanya ingin memberikan untuk bisa menjadi bagian dari keadilan untuk ibu-ibu di Indonesia yang mengalami hal yang sama seperti saya," katanya.

3. Tak Bisa bersama Anak-Anaknya

"Yang sudah memiliki hak asuh tapi tetap tidak bisa bersama anak-anaknya," sambungnya.

Tsania Marwa disinyalir tidak mendapatkan hak asuh terhadap kedua anaknya selama tujuh tahun terakhir, dengan mantan suaminya diduga mengambil alih pengasuhan mereka dan menutup akses pertemuan hingga saat ini.

Merasa tidak mendapat keadilan hukum, Tsania memilih untuk bergabung dengan ibu-ibu lain yang juga mengalami pengalaman serupa dalam mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi.