Pramoedya Ananta Toer Patut Dikenang

Penulis: Yunita Rachmawati

Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Nama besar Pramoedya Ananta Toer patut dikenang. Untuk itulah keluarga besar dan penggemarnya yang tergabung dalam Komunitas Pasang Surut Blora, menggelar sepekan peringatan 1000 hari kepergian penulis tetralogi Pulau Buru itu di tanah kelahirannya, Blora, Jawa Tengah, 1-7 Februari 2009, dengan kegiatan yang dinamakan Seribu Wajah Pram dalam Kata dan Sketsa."Peringatan puncak mengambil momentum hari lahir sastrawan terkemuka Indonesia itu, 6 Februari, dengan menggelar sketsa dan poster berjudul Seribu Wajah Pram dan peluncuran buku," kata Titik A. Toer, putrinya, di Jakarta, Rabu (28/01).Kegiatan itu akan berlangsung di Jalan Sumbawa 40 Jetis, Blora, di Jawa Tengah, dengan aneka kegiatan yaitu pameran foto dan lukisan, instalasi sampah, performance art, teater, diskusi, pemutaran film, pertunjukan wayang kulit, dan festival musik.Seribu Wajah Pram dalam Kata dan Sketsa diselenggarakan untuk mengungkap pergulatan batin dan pemikiran Pram melalui media foto, lukisan, puisi, dan seni instalasi dengan memakai berbagai media.Pameran tersebut juga dimaksudkan untuk menggulirkan berbagai pemikiran dan pengalaman Pram yang belum pernah terungkap ke permukaan, misalnya tentang kedekatan adik-adik dan teman Pram, puisi-puisi yang diciptakan oleh sejumlah penyair, dan esai-esai sejumlah penulis pengagum Pram.Melalui gelaran Seribu Wajah Pram dalam Kata dan Sketsa ini Komunitas Pasang Surut ingin mengajak setiap orang merenungkan kembali tentang bumi dan manusia dengan beragam persoalannya.Kegiatan pertama pada Minggu, 1 Februari, dibuka dengan Performance Art Tierra Humana-Bumi Manusia dan dilanjutkan dengan penanaman 1000 bibit jati di pinggir hutan kota dan Taman Tirtonadi Blora serta pameran foto, lukisan, poster, instalasi seni, dan sampul buku karya Pram yang diterjemahkan ke berbagai bahasa.Untuk Kamis, 5 Februari, akan diselenggarakan diskusi antar komunitas peduli lingkungan dari Porong Sidoarjo, Kulon Progo, Juwana, Rembang, Pati, Randublatung, Blora. Sedangkan sehari kemudian digelar Festival Musik Sahabat-Sahabat Pram yang antara lain dimainkan oleh Marjinal (Jakarta), Dendang Kampungan (Jogja), Anak Seribu Pulau (Blora), Gagego, Lesbumi (Pati), serta Aditya (cucu Pram) berjudul Anak Tumpah Darah karya Pram dan Lagu Buat Pram karya Eros Djarot.Pada malam hari yang sama dilakukan pemutaran film-film dokumenter, seperti INTERVIEW WITH PRAM serta srawung antar komunitas. Puncak acara pada Sabtu, 7 Februari, dimeriahkan pula dengan pertunjukan reog dari desa Sumber kecamatan Kradenan, Blora, Teatrikal Sangkur Timur (Semarang) dengan judul P.A.T, Performance Komunitas Arek Musium Surabaya berjudul Abandoned, Drama dari SMA N 1 Randublatung berjudul Perlawanan Rakyat Tepi Hutan, pelukis kondang Joko Pekik yang akan mendemontrasikan atraksi Melukis 1000 Wajah Pram, selain itu juga ada Pentas karawitan anak-anak Sekar Arum dari Desa Pelem Doplang.Pram tidak akan dipisahkan dari buku, maka untuk mengenang Pram, adik-adiknya, Koesalah dan Soesilo akan meluncurkan buku Bersama Mas Pram yang diterbitkan oleh penerbit KPG.Ada pula acara ngobrol bareng dengan tema Kisah dan Pemikiran Sastrawan Tierra Humana dengan moderator Soesilo Toer, mengundang pembicara Koesalah Soebagyo Toer, Taufik Ismail, Ayip Rosidi, Jusuf Soewadji, dimungkinkan Joko Pekik, Tristuti dan Sindhunata.Serangkaian kegiatan ditutup dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh dalang Tristuti Rahmadi dengan lakon Begawan Ciptaning."Dukungan mengalir untuk kegiatan ini termasuk oleh masyarakat di sekitar lokasi yang akan siap menerima ribuan penggemar Pram," kata Titik yang sejauh ini belum bisa memperkirakan berapa orang yang akan hadir dan mengikuti acara tersebut."Para penggemar dari Jakarta dan Jogjakarta sudah menyewa sejumlah bus untuk menuju Blora, dan mereka mengetahui kegiatan ini melalui situs yang dibuat oleh panitia," katanya. 

(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)

(kpl/boo)

Rekomendasi
Trending