1. Bukan Kebiasaan

Zoya Amirin selaku seksolog saat dihubungi KapanLagi.com melalui sambungan telepon, belum lama ini memberikan pandangannya. Perselingkuhan yang berulang dilakukan oleh suatu individu, ia menilai hal ini tak bisa disebut suatu kebiasaan. Menurutnya perselingkuhan ini bisa terjadi karena tak sedikit individu merasa bahwa ia menemukan hal baru yang tak bisa ia dapatkan pada pasangannya sendiri.

"Nggk bisa kalau semena-mena dibilang habit (kebiasaan) tanpa mengenal kebiasaan sesungguhnya orang ini apa, tapi saya mengenal satu teori perselingkuhan, nah dalam perselingkuhan itu sebenarnya kebanyakan orang baik laki atau perempuan itu merasa dia bisa menjadi dirinya yang berbeda, karena ada juga orang yang berselingkuh bukan karena spek tapi juga ada yang sebenarnya udah cukup bahagia dalam pernikahannya tapi bisa selingkuh juga," ungkap Zoya Amirin.

"Gini, ketika dia berada dengan keluarganya dia merasa jadi istri atau suami yang bertanggung jawab aja. Tapi di sini saya bukan membenarkan ya, jadi ketika mereka tidak bisa menjadi versi yang lain tapi dengan selingkuhan dia bisa jadi versi manja padahal di rumah nggak pernah manja. Sementara kalau sama selingkuhan selalu bisa seru bisa nakal bisa heboh nah itu adalah sisi yang dia tidak nyaman untuk ekspresikan dengan keluarganya," lanjutnya.

2. Nggak Melulu Soal Seks

Selain itu, saat ditanya lebih lanjut apakah urusan seks yang tak terpenuhi bisa jadi penyebab pasangan berselingkuh, Zoya Amirin menganggap hal ini sesungguhnya juga tak bisa dibenarkan sepenuhnya.

"Bisa jadi ya. Perselingkuhan antara prempuan dan laki-laki itu sedikit berbeda, sebagian besar laki-laki selingkuh karena kebutuhan seks yang tidak terpenuhi. Tapi kalau perempuan, seksnya nggak cukup dia masih bisa tahan, tapi kalau seks udah nggak terpenuhi dan nggak disayang pula wah bisa aja dia selingkuh," ujarnya.

3. Pentingnya Konseling

Oleh karena itu, Zoya Amirin menghimbau agar pasangan yang merasakan hal tersebut sebaiknya melakukan konseling. Hal itu bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama dalam suatu hubungan.

"Nah itu dia, (apabila mengalami hal tersebut) kan bisa pergi konseling, sebenarnya juga buat hal itu lebih tepatnya kan cari jalan tengah, jangan cari jalan sendiri. Kalau cari jalan sendiri itu egois, pilihannya risih tapi kita omongin atau selingkuh, mending risih tapi diomongin dan usaha, biar berantem berantem sekalian tapi habis itu beres, fair kan," pungkasnya.