Film Biopic (1)

Risiko Tinggi Film Biografi Tokoh Terkenal

Penulis: Dewi Ratna

Diperbarui: Diterbitkan:

Risiko Tinggi Film Biografi Tokoh Terkenal Hanung Bramantyo @ Foto: KapanLagi.com®

Kapanlagi.com - Walau perfilman tanah air masih belum menentu, sejumlah pihak mencoba menghadirkan film dengan tema lain. Salah satunya bertema biografi tokoh terkenal atau dikenal biopic. Apalagi ada dari film tersebut yang menuai sukses mendatangkan penonton. Tetapi ada pula yang biasa saja. Bahkan sama sekali tidak mencolok baik dari sisi penonton atau apresiasi penghargaan.
Film bertema biopic yang pernah ada antara lain Sang Pencerah, Sang Kyai, Gie, Ainun Habibie. Yang terbaru dalam waktu dekat Soekarno. Belakangan diketahui sejumlah faktor yang dapat membuat sukses atau tidaknya film bertema seperti ini.
Menilik sukses atau tidaknya film bertema biopic di pasaran, pemerhati film yang juga produser, Firman Bintang berpendapat memproduksi film demikian sebenarnya memiliki risiko tinggi. Sebab, dalam pembuatan film dipastikan ada tujuan yang ingin dicapai sementara di sisi lain, penonton berharap keinginan mereka terpenuhi.
"Buat film sejarah apapun sangat berisiko tinggi. Apalagi jika produser mempunyai tujuan atau di dalamnya ada unsur komersil. Karena hampir film sejarah tak sukses. Sementara harapan masyarakat harus dipenuhi," katanya, Minggu (23/9).
Lantaran risiko tersebut, ia ingin pemerintah ikut terlibat. Namun diperhatikan juga isi film tersebut. Sebab ada film yang ternyata dijauhi masyarakat walau menceritakan tokoh terkenal.
"Pemerintah harus bagi dana setengah atau wajib tonton. Apalagi kalau sejarah dari sisi politik akan jauh dari penonton. Misalnya Ahmad Dahlan salah satu produksi gak berhasil. Atau Sang Kyai. Semuanya menyedihkan karena hasilnya tak seperti diharapkan," ucapnya lagi.
Bahkan walau ada yang menilai film Ainun Habibie sukses, Firman justru menyanggah. Pasalnya film tersebut bukan masuk kategori film biopic.
"Itu bukan biopic tapi percintaan bukan sejarah. Isinya lebih pada kisah cinta. Tapi kalau dibuat politik tetap jelek," sambungnya.
Karena itu hingga sekarang ia belum menemukan film bertema biopic yang sukses baik di dalam maupun di mancanegara. Pun dengan film SOEKARNO yang kini diperselisihkan antara pembuat dengan keluarga Soekarno.
"Saya belum temukan itu. Misalnya SOEKARNO. Saya sempat berdiskusi kalau angkat dari politik, saya agak ragu namun jika dari romantismenya bakal jadi masalah. Karena maaf, beliau berapa kali menikah? Apakah ibu-ibu menerima tentang menikahi beberapa wanita oleh beliau? Realitanya Aa Gym yang selalu penuh oleh ibu-ibu tapi begitu ketahuan poligami, habis semua. Kalau sejarah hanya menggambarkan saja tanpa perjalanan cinta sendiri akan secara alami gak dinikmati penonton," papar Firman.
Pun dengan sukses dari segi pemasukan, ia sama sekali tidak melihat. Karena untuk film jenis ini mengembalikan modal cukup sulit.
"Kalau pengertian sukses komersial, saya belum liat. Namun jika pencitraan negara penuh perjuangan dan banyak diakui negara banyak, itu iya. Modal kembali adalah hal yang sulit di film biopic," sambungnya.
Karenanya guna mengembangkan film biopic, ia minta pemerintah turun tangan dan mensupport. Sebab mau tak mau film yang menceritakan sosok terkenal perlu diproduksi agar generasi muda pun harus tahu sejarah dari negeri sendiri.
"Saya harap pemerintah gak boleh diam. Pemerintah harus jadi motivasi dan mendukung penuh, gak boleh gak punya sejarah. Pemerintah mesti di depan karena punya dana," terangnya.
Kendati perlu dukungan pemerintah tapi bagi sineas yang membuat film bertema sejenis, Firman berharap memperhatikan lagi isi cerita. Sebab dibutuhkan keakuratan data disertai referensi yang pas sehingga tak menimbulkan polemik di kemudian hari.
"Saya lihat belum ada yang sukses. Karena bikin film tersebut gak mudah. Karena butuh set, dokumen, data-data akurasi yang gak boleh meleset. Akan jadi perbedaan kalau tak dapat, sementara referensi dari buku gak cukup. Bukan hanya gak dinikmati tapi juga kontroversi. Contoh terakhir Soekarno yang diprotes Rachmawati. Padahal hal itu telah sesuai dengan persepsi Hanung. Contoh lain Sang Pencerah, yang gugur di festival karena ada penonton yang menilai gak sesuai sehingga menimbulkan multi tafsir. Produser pun heran. Belum lagi masalah peredaran dan pendanaan. Jadi banyak hal yang perlu dipikirkan," papar Ketua Umum Persatuan Produser Film Indonesia itu.
Sedangkan Ichwan Persada mengatakan film bertema biopic belakangan ini kian banyak diproduksi. Baginya hal tersebut menggembirakan. Bahkan walau ada film yang memiliki dua persepsi berbeda, dapat menjadi media pembelajaran bagi generasi muda.
"Saya lihat makin banyak yang dibuat. Dalam waktu dekat ada Soekarno, bahkan dibikin dua versi. Menurut saya ini bagus hingga memunculkan dua persepsi yang berbeda. Maksudnya manusia bukan sosok satu dimensi saja. Selain itu bagus buat anak-anak muda yang malas baca buku. Ini akan jadi pelajaran," katanya, Senin (23/9).
Ia juga melihat sukses tidaknya film biopic tergantung dari kecermatan dan keakuratan data tentang sosok yang difilmkan. Selain itu hal ini juga menjadi tanggung jawab moral sineas. Sebab pada akhirnya masyarakat bakal membandingkan isi film dengan apa yang mereka ketahui selama ini.
"Formula yang terpenting seperti halnya film lain adalah riset. Itu kuncinya. Sebab bikin film biopic tidak gampang. Perlu tanggung jawab moral apalagi jika yang difilmkan tokoh yang terkenal karena orang akan membandingkan dengan apa yang mereka tahu. SANG PENCERAH, saya kira yang sukses selama ini. Bahkan itu karya pencapaian besar Hanung," tuturnya lagi.
Kendati film jenis ini kian banyak diproduksi tetapi apakah bakal jadi trend tetap sukar diprediksi. Pasalnya hal tersebut kadang meleset dari perkiraan pihak pembuat film. Selain itu para sineas pun berkeinginan memproduksi film bertema lain.
"Susah ya karena penonton dinamis. Dipikir akan datangkan penonton ternyata gak. Sampai sekarang gak pernah tahu. Adalah tugas sineas untuk bikin film sebagus mungkin dan promo yang kuat. Juga tak terpatok dari satu sisi saja. Karena mereka bakal membuat film dengan tema lain," pungkasnya.
# Simak seri pembahasan film biopic yang lain:
Risiko Tinggi Film Biografi Tokoh Terkenal

Pasang Surut Film Biografi Tokoh Terkenal Tanah Air

Film Biografi Tokoh Terkenal, Tak Selamanya Akurat

Pro-Kontra Film Biopic Internasional, di Indonesia?

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

(kpl/dis/dew)

Editor:

Dewi Ratna

Rekomendasi
Trending