Pacaran di Usia Remaja, Apakah Ini Bisa Menjadi Pemicu Tindak Kriminal?
Ilustrasi Remaja Pacaran. (hak cipta/Canva).
Kapanlagi.com - Di kalangan remaja, hubungan pacaran sering kali menjadi sumber cinta yang mendalam, namun banyak orangtua yang menentang hubungan ini karena khawatir akan potensi perilaku kriminal. Kriminolog Haniva Hasna menjelaskan bahwa meskipun tidak semua hubungan berujung pada masalah, terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko perilaku kriminal, seperti kekerasan dalam pacaran yang sering kali disebabkan oleh ketidakmatangan emosi.
Ketidakpahaman tentang hubungan yang sehat, pola komunikasi yang buruk, dan pengaruh lingkungan negatif dapat memicu kekerasan fisik, verbal, dan seksual. Emosi yang tidak terkontrol, seperti cemburu, juga dapat memicu konflik yang berujung pada penganiayaan, karena remaja sering kali belum memiliki keterampilan menyelesaikan konflik dengan baik.
Di era digital, kejahatan seksual semakin mudah terjadi, dengan banyak remaja terlibat dalam sexting dan penyebaran konten pribadi. Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan remaja untuk berdiskusi tentang cinta dan hubungan yang sehat serta memahami batasan yang harus dijaga demi keselamatan dan kesehatan mental, dilansir Kapanlagi.com dari berbagai sumber Senin(25/11).
Advertisement
1. Alasan Remaja Tak Dianjurkan Pacaran
Berbagai contoh tindak kriminal yang marak terjadi menjadi alasan kuat mengapa pacaran tidak dianjurkan bagi remaja. Masa remaja adalah fase penting dalam perkembangan diri, di mana emosi mereka masih labil dan sangat rentan terhadap pengaruh negatif.
"Di usia ini, mereka sedang dalam pencarian jati diri dan belum sepenuhnya matang secara emosional," ungkap Iva, menyoroti betapa krusialnya menjaga keseimbangan dalam menjalani hubungan di masa yang penuh tantangan ini.
(Di luar nurul, Inara Rusli dilaporkan atas dugaan perselingkuhan dan Perzinaan!)
2. Dampak Negatif Pacaran bagi Remaja
Iva mengingatkan, saat remaja mulai menjalin hubungan percintaan, mereka berisiko menghadapi berbagai dampak negatif. Stres dan depresi bisa menghampiri akibat ketidakmatangan emosi, sementara proses belajar pun terganggu karena perhatian mereka teralihkan untuk mengelola hubungan yang penuh drama, mulai dari kecemburuan hingga sikap posesif.
Tak hanya itu, fokus yang berlebihan pada cinta sering kali membuat mereka melupakan keluarga, teman, dan hobi, sehingga keseimbangan hidup pun terguncang. Sayangnya, cinta di usia remaja sering kali rapuh, karena tanpa fondasi yang kuat dan kedewasaan emosional, hubungan tersebut cenderung tidak bertahan lama.
3. Dampak Positif Hubungan yang Sehat bagi Remaja
Iva menjelaskan bahwa meskipun pacaran di kalangan remaja seringkali dianggap membawa dampak negatif, sebenarnya ada sisi positif yang bisa muncul jika hubungan tersebut dilakukan dengan bimbingan dan pengawasan orangtua.
"Pacaran yang sehat, dengan batasan yang jelas, dapat menjadi sarana bagi remaja untuk belajar membangun hubungan interpersonal," ungkapnya. Dalam proses ini, mereka dapat belajar tentang kepercayaan, kompromi, dan saling menghormati, yang semuanya penting untuk memahami dinamika hubungan manusia.
Namun, Iva juga menekankan bahwa banyak remaja yang lebih memilihuntuk fokus pada pendidikan dan pengembangan diri, karena mengejar prestasi adalah prioritas utama.
"Sebaik-baik remaja adalah yang sibuk menemukan jati diri melalui prestasi, karena kegagalan dalam prestasi saja sudah cukup menyakitkan, apalagi jika ditambah dengan konflik dalam hubungan," tutupnya.
(Di tengah kondisi kesehatan yang jadi sorotan, Fahmi Bo resmi nikah lagi dengan mantan istrinya.)
(kpl/rao)
M Rizal Ahba Ohorella
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Mau Foto Astetik? Kamera Mini Andalan Anak Skena yang Lagi Viral Ini Patut Dicoba
