China Makin Ketat, Anime-Anime Keren Bakal Mulai Kena Sanksi Tidak Boleh Tayang!
Cina blokir beberapa genre anime tertentu
Kapanlagi.com - Pemerintah Tiongkok baru saja mengeluarkan kebijakan baru yang bikin para penggemar anime geleng-geleng kepala. Pembatasan ketat ini fokus pada anime yang menampilkan tema 'romansa di sekolah menengah' dan cerita tentang 'pemberontakan' atau 'penggulingan pemerintah'. Dengan langkah ini, Tiongkok berusaha memastikan bahwa konten hiburan tetap sejalan dengan ideologi negara.
Larangan ini bukan sesuatu yang baru, mengingat Tiongkok memang dikenal dengan regulasi ketat terhadap media hiburan. Meskipun belum ada angka pasti mengenai jumlah anime yang terpengaruh, kebijakan ini jelas membatasi jenis cerita yang bisa tayang di negara tersebut. Tiongkok, sebagai salah satu pasar terbesar untuk anime, tentu saja menjadi sorotan utama bagi industri ini.
Selain anime, Tiongkok juga menerapkan aturan serupa pada drama Mandarin, membatasi jumlah episode hingga maksimal 40 episode. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya pemerintah dalam mengawasi konten yang beredar di masyarakat.
Advertisement
1. Dunia Anime Sedang Naik Daun
Dunia anime memang sedang dalam fase kejayaan, bukan hanya di Jepang, tetapi juga di seluruh dunia. Sayangnya, di tengah popularitas ini, Tiongkok justru memperketat pembatasan untuk anime yang bisa ditayangkan. Menurut laporan dari Mantan Web, anime dengan tema pemberontakan atau cerita cinta remaja sudah mulai dicoret dari daftar tayang.
Bayangkan saja, anime legendaris seperti Code Geass atau yang lagi hits The Dangers In My Heart bisa saja terancam dilarang tayang. Bahkan One Piece, yang juga mengangkat tema pemberontakan terhadap pemerintah otoriter, bisa jadi ikut disasar. Namun, belum ada kepastian karena One Piece memiliki fanbase yang sangat besar di Tiongkok.
(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)
2. Industri Anime Terancam
Ini bukan pertama kalinya anime mengalami pembatasan di Tiongkok. Sebelumnya, Attack on Titan juga sudah dilarang tayang karena dianggap terlalu brutal dan tidak sesuai dengan moral publik. Padahal, Tiongkok adalah pasar yang sangat potensial untuk distribusi anime, dan pemasukan dari sana bisa sangat menguntungkan bagi industri anime Jepang.
Namun, dengan semakin banyaknya aturan, proses untuk memasukkan anime ke Tiongkok menjadi semakin rumit. Tak hanya penonton yang merasakan dampaknya, industri di balik layar juga terpaksa berjuang lebih keras. Untuk bisa tayang di Tiongkok, anime harus melewati proses sensor ketat sebelum dirilis, yang membuat jadwal produksi menjadi semakin ketat dan bikin pusing tim produksi.
FYI, biaya untuk memproduksi satu episode anime saat ini bisa berkisar antara 20 juta yen hingga 80 juta yen! Bandingkan dengan acara TV live-action yang kadang hanya membutuhkan 10 juta yen. Proses produksi pun memakan waktu 2-3 tahun, yang tentu saja sangat ribet.
Masalah lainnya adalah kekurangan animator berpengalaman. Banyak studio terpaksa bekerja sama dengan kru yang belum memiliki banyak pengalaman agar bisa mengejar deadline. Akibatnya, kualitas produksi bisa menurun dan jadwal sering molor.
Di sisi lain, anime di Jepang mulai mendapatkan tempat lagi di TV nasional. TV Asahi dan Fuji TV bahkan menambah slot untuk anime malam, sesuatu yang sangat berbeda dibandingkan dengan tahun 2010-an ketika anime hampir lenyap dari jam tayang utama. Namun, jika pasar luar negeri, terutama Tiongkok, terus dikekang, mimpi Jepang untuk me-globalisasi anime bisa jadi semakin sulit untuk diwujudkan.
Saat ini, pasar internasional jauh lebih menguntungkan dibandingkan pasar lokal, dan jika pembatasan ini terus berlanjut, masa depan anime di tingkat global bisa menjadi tanda tanya besar.
Jangan ketinggalan baca yang ini juga!
(Di usia pernikahan 29 tahun, Atalia Praratya gugat cerai Ridwan Kamil.)
Berita Foto
(kpl/gtr)
Advertisement
