Festival Lentera Teratai, Warisan Budaya UNESCO yang Sudah Ada Sejak Lebih Dari 1300 Tahun Lalu
Diterbitkan:
        Yeondeunghoe Festival © visitkorea.or.id
Kapanlagi.com - Yeondeunghoe Festival, merupakan Festival Lentera Teratai untuk merayakan ulang tahun Buddha yang diadakan di Korea. Festival ini masuk dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO sejak tahun 2020. Tak hanya itu, festival ini pun terdaftar sebagai Properti Budaya Takbenda sejak tahun 2012.
Seperti apa sih Yeondeunghoe Festival? Yuk cari tahu lebih lanjut tentang festival ini.
Advertisement
1. Arti Yeondeunghoe
			
		
Yeondeunghoe terdiri dari dua kata, yakni Yeondeung dan Hoe yang memiliki arti lentera teratai dan festival. Sehingga inilah Yeondeunghoe disebut dengan Festival Lentera Teratai.
Yeondeunghoe juga mengekspresikan keharmonisan dunia tanpa adanya diskriminasi dengan dipenuhi sinar kebenaran. Dengan menyalakan lentera, ini juga melambangkan pencerahan pikiran setiap individu, komunitas, dan masyarakat melalui kebijaksanaan Buddha.
(Duh! Onad lagi-lagi terjerat kasus narkoba dan diamankan pihak kepolisian.)
2. Dimulai Sejak Dinasti Silla
			
		
Festival keagamaan ini sudah cukup lama dilakukan di Korea, yakni sejak Dinasti Silla pada tahun 57 SM - 935 M. Ini artinya festival ini telah diselenggarakan sejak lebih dari 1300 tahun yang lalu. Tak hanya berhenti di Dinasti Silla, festival ini diteruskan oleh Dinasti Goryeo dan Joseon. Hanya saja saat itu penyebutannya menjadi Palgwanhoe.
Festival ini biasanya diisi dengan perayaan lentera, parade, dan memorial. Festival tradisional ini juga telah dinikmati oleh ribuan orang setiap tahunnya tanpa memandang latar belakang, kebangsaan, ataupun agama. Festival Lentera Teratai adalah acara besar yang diadakan setahun sekali.
3. Rangkaian Festival Budaya yang Bisa Disaksikan
			
		
Tahukah kamu kalau banyak serangkaian festival budaya yang diselenggarakan untuk perayaan Festival Lentera Teratai ini? Yang pertama adalah Eoulim Madang atau disebut dengan Reli Penyemangat Buddha. Dilansir dari visitkorea.or.id, acara ini dilangsungkan sebelum parade lentera dimulai. Acara ini begitu penuh energi ketika kita melihatnya. Berbagai kelompok atau orang yang mengikutinya berkumpul untuk menari dan menyanyi dengan penuh semangat. Hal ini untuk menyebarkan kebahagiaan bagi orang yang menontonnya. Puncak dari cheer rally ini adalah ritual bacaan memandikan Buddha dan Dharma.
Selanjutnya kita bisa menyaksikan parade lentera. Parade ini diikuti oleh sekelompok orang yang memiliki lentera unik yang memang dibuat khusus untuk meramaikan parade ini. Parade yang diadakan di Seoul biasanya melalui rute Gerbang Heunginjimun hingga sepanjang Jongno Avenue menuju Kuil Jogyesa.
Tak berhenti sampai di situ, parade ini pun diakhiri dengan perayaan pasca parade yang biasa disebut Hoehyang Hanmadang. Biasanya panggung didirikan di Persimpangan Jonggak dan akan menampilkan pertunjukan musik tradisional serta pertunjukan musik modern. Puncaknya, para penonton pun bisa ikut bersenang-senang dengan bergandengan tangan dalam tarian Ganggangsullae. Ganggangsullae merupakan Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan tertulis UNESCO.
4. Acara Budaya Tradisional Lainnya
			
		
Pameran lentera ini tidak hanya dilakukan dengan menyusuri jalan menuju kuil Jogyesa seperti yang dijelaskan sebelumnya. Pameran lampion tradisional juga dilakukan untuk mengenang kelahiran Buddha. Pameran lampion tradisional biasanya dipajang selama sepuluh hari di berbagai bagian Seoul termasuk Taman Ujeong oleh Kuil Jogyesa, Kuil Bongeunsa, dan Jaluar Cheonggyecheon. Jika KLovers melihat pameran lampion ini, makan kita bisa mengagumi bagaimana pesona hanji yang merupakan kertas tradisional Korea.
Ada juga Zona Budaya Tradisional yang dipamerkan di depan Kuil Jogyesa. Pameran ini menampilkan ratusan gerai yang dikelola oleh organisasi Buddha dan kuil dari seluruh negara. Tujuan adanya gerai ini adalah memberikan kesempatan bagi para pengunjung untuk belajar dan memahami budaya Buddha. Pertunjukan tradisional, masakan kuil, dan pengalaman disiapkan untuk para peserta lokal dan internasional agar mereka dapat menikmati dan belajar tentang budaya lokal ini menggunakan kelima indera. Salah satunya yang bisa dipelajari dalam Zona Budaya Tradisional ini adalah mencoba makanan kuil dan membuat bunga kertas. Kontes lentera teratai juga diadakan bagi mereka yang ingin membuat lentera versi mereka sendiri.

Yeondeungnori merupakan salah satu parade yang termasuk dalam rangkaian acara festival ini. Ini merupakan parade terakhir yang juga diikuti oleh sekelompok anak-anak. Festival Lentera Teratai akan berakhir dalam parade terakhir dengan lentera besar dan musik dari rombongan pertunjukan jalanan.
Sudah Baca Ini?
Black Day, Perayaan untuk Para Jomblo di Korea Selatan - Semua Harus Serba Hitam
Kehidupan Deokhye, Putri Terakhir Dinasti Joseon yang Tak Sebahagia Cerita Fiksi - Filmnya Diperankan Oleh Son Ye Jin
Sejarah Hanbok, Dirancang Pada Masa Kerajaan Goguryeo hingga Dibuat Modern Style ala K-Pop Idol
Peran Park Bo Gum di REPLY 1988 Suka Main Baduk, Diyakini Sebagai Permainan Papan Tertua
Jikji, Dokumen Tertua yang Dicetak dengan Logam Bergerak - Korea Diakui UNESCO
(kpl/mit)
Mita Anandayu
Advertisement
- 
								Teen - Lifestyle Gadget Deretan Aksesori yang Bikin Gadget Gen Z Makin Ciamik, Wajib Punya Nih!
										 - 
								Event Indonesia Liputan6.com Hadirkan 'LagiDiskon' Dalam Rangka Harbolnas
										 
