Kapanlagi.com - POstingan Instagram Sulli memang kerap menjadi pusat perhatian, tak hanya itu netizen juga banyak yang meninggalkan komentar negatif terhadap postingan sang aktris. Hal itu pun sampai menjadi bahasan sebuah media yang meminta pendapat seorang psikiater.

Bukan hanya Sulli, postingan Instagram Yoo Ah In juga ikut dikomentari. Dalam postingan sebelumnya saat mengungkapkan duka atas meninggalnya Kim Joo Hyuk, sahabat Song Joong Ki tersebut memilih untuk mengungkapkan dukanya dengan menuliskan kata 'RIP' yang membuat netizen tak puas.

Postingan Instagram Sulli kerap menjadi kontroversi. © Instagram/jelly_jilli

Seorang psikiater bernama Choi menjelaskan kalau sebenarnya Yoo Ah In dan Sulli bukan sengaja memposting untuk menjadi pusat perhatian. Menurutnya, mereka hanya mengungkap hal-hal spontan yang dipikirkan maupun dilakukan.

"Banyak yang mengira mereka (Yoo Ah In dan Sulli) melakukan itu untuk mencari perhatian dan membuat kontroversi, tapi sebenarnya nggak. Itu karena tindakan spontan saja. Tindakan seperti itu memang biasanya tidak pikir panjang sebelum mengungkapkan atau melakukannya, karena itu lah justru ada yang mengkritik. Mereka tidak bisa mengontrol apa yang ingin disampaikan dan selalu mengatakan apa yang dipikirkan," jelas sang psikolog seperti yang dilansir Allkpop.

Postingan Instagram Yoo Ah In yang jadi kontroversi. © Instagram/hongsick

Sang psikiater juga menyadari kalau Yoo Ah In merupakan sosok yang cerdas, "Dia merupakan orang yang bisa menulis dan mengekspresikan ide yang terpikir lewat tulisan yang baik. Dia juga mendapat banyak respon positif dari fansnya."

Sedangkan kasus Sulli, sang psikiater berpendapat jika Sulli termasuk orang yang hyperactive. Itu lah mengapa ia sering memposting untuk menggoda orang-orang.

Postingan Instagram Sulli. © Instagram/jelly_jilli

"Pikiran orang yang hyperactive itu berbeda, mereka suka banget mengerjai orang-orang dan sejenisnya," jelas psikiater tersebut.

Ia juga memberikan opininya pada socmed yang kini makin menjamur dan pengaruhnya terhadap setiap individu, "Biasanya orang akan jadi pusat perhatian (di socmednya) karena konten yang sensitif atau kontroversial. Sebagai hasilnya, mereka tidak bisa mengontrol keinginan untuk terjerumus ke socmed."