Kapanlagi.com - Kecintaannya terhadap film Indonesia tak perlu diragukan lagi dalam sosok Garin Nugroho. Ia rela tidak hadir menjadi juri di festival film Golden House Taiwan dan festival film di Slovakia demi FFI. Bukan karena dia kini duduk menjadi dewan juri bersama Didi Petet dkk, tapi karena Garin lebih menyukai melihat perkembangan film-film Indonesia. Dengan begitu ia bisa menjadi lebih rileks."Saya paling rileks kalau jadi juri di negara mana pun, selama kita jujur, sungguh-sungguh, dan bisa memberikan alasan kenapa film itu bisa dipilih, itu sudah cukup. Yang penting semua ikut prosedur yang tepat," ujar Garin saat dijumpai di Djakarta Teater, (9/11).Kriteria penilaian untuk FFI 2007 sendiri, sampai saat ini kata Garin masih terus didiskusikan. "Kita sedang dalam proses dalam hal ini, untuk syarat yang masuk di antaranya film produksi 2007, dan tidak ada perbedaan (penilaian) terhadap jenis film yang minimalis biaya atau tidak, patokannya dari segi kualitas," ungkap sineas asal Yogyakarta ini.Lebih lanjut, ungkap Garin, yang terpenting sekarang adalah menumbuhkan kepercayaan terhadap FFI. Penting karena ini berhubungan dengan sejarah film Indonesia. "Siapa pun tidak bisa memotong FFI karena ini berhubungan dengan sejarah film Indonesia, tidak ada festival yang berumur 50 tahun lebih di Indonesia dan itu hampir tidak ada, misal Festival Film Asia di Jogja, dia tidak punya sejarah panjang seperti FFI dan ini harus terus kita hidupkan walau ada krisis atau masalah," papar Garin.Jadi, krisis kemarin hanyalah hal biasa bagi Garin. Pro dan kontra adalah sesuatu yang wajar. Bahkan dulu saat ia menjadi juri di Jepang masalah pro dan kontra terjadi sangat luar biasa. "Tapi yang terpenting bagaimana juri punya alasan terhadap pilihannya dan punya hak hukum atas pilihannya di luar hukum yang lain seperti hak cipta. Tetapi juri dan panitia tidak punya hak menghakimi hak cipta tanpa mengetahui hukumnya," pungkasnya.