Serunya Liburan Menonton Film Anak-Anak Indonesia
Foto:elzarapaskomda.blogspot.com
Kapanlagi.com - "Libur telah tiba, libur telah tiba. Hore hore hore!"
Penggalan lagu Tasya Kamila di atas seakan menjadi mantra jitu yang keluar dari mulut anak-anak sekolah, terutama mereka yang masih duduk di sekolah dasar, ketika musim liburan tiba.
Bulan Juli dan Agustus adalah masa-masa yang ditunggu oleh anak-anak Indonesia karena pada saat itu para siswa libur dari kegiatan belajar mereka sembari mempersiapkan studi mereka di tingkat yang lebih tinggi.
Masa liburan yang panjang ini tentunya dimanfaatkan dengan baik oleh para orang tua untuk mengajak anak mereka berlibur, hitung-hitung hadiah atas perjuangan anak mereka belajar selama setahun. Bermacam-macam aktivitas pun dilakukan untuk mengisi liburan, tamasya, menginap di rumah kerabat, atau yang terbaru menonton film di bioskop.
Pilihan yang terakhir memang terhitung baru mengingat dunia perfilman sempat lesu. Terlebih film anak jarang mendapat perhatian produser karena dianggap bukan ladang yang potensial (baca: menguntungkan). Namun dengan semakin berkembangnya dunia perfilman, dan semakin rutinnya film anak dibuat, menonton film bersama anak adalah pilihan bagus untuk mengisi liburan.
Dari banyak film anak yang telah dibuat dan diputar, KapanLagi.com® memilih film-film yang patut ditonton atau pun ditonton ulang. Kami awali dari PETUALANGAN SHERINA (1999), karena film ini dikenal sebagai awal bangkitnya film anak Indonesia di era modern.
1. PETUALANGAN SHERINA (199)
Sherina M Munaf (Sherina kecil) hijrah ke Bandung dari Jakarta untuk mengikuti sang ayah yang mendapat pekerjaan baru di Bandung. Kepindahan ini jelas membawa kesedihan baginya sebab ia harus meninggalkan teman-temannya di Jakarta.Â
Belum lama tinggal di Bandung, kedua orang tuanya (Mathias Muchus dan Uci Nurul) mengajak Sherina berlibur ke sebuah perkebunan besar milik Ardiwilaga (Didi Petet). Sherina boleh saja sedih karena masih teringat teman-temannya di Jakarta, namun petualangan besar menantinya di perkebunan termasuk mendapat teman baru.
Film wajib tonton saat liburan nih. Cerita yang apik tersaji lewat naskah garapan Jujur Prananto. Ditambah dengan hadirnya para pemain watak seperti Djaduk Ferianto, Butet Kertaredjasa, Ratna Riantiarno, dan Didi Petet, petulangan yang terjadi dari pertengahan film terasa sungguhan. Anak-anak jelas suka dengan model kisah yang seperti ini. Ditambah lagi lagu-lagu gubahan maestro Elfa Seciora dalam 8 lagu soundtracknya, mantap!
(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)
2. BENDERA (2002)
Kisahnya bertutur pada perjuangan dua sahabat Budi (Hafidz Khoir) dan Rosi (Nuansa Jawadwipa) yang mendapat tugas dari guru kelas merkea untuk menaikkan bendera pada upacara bendera. Demi memberikan hasil terbaik, keduanya sepakat membawa pulang bendera tersebut untuk dicuci.
Tapi apa jadinya bila tugas yang diemban kedua sahabat tersebut terancam gagal karena bendera yang mereka jaga tersebut hilang saat mereka rendam. Kemana merkea harus mencari? Bagaimana tugas yang mereka emban bisa terlaksana?
Plot sederhana tentang petualangan dua bocah ini dalam mencari bendera tersebut terasa semakin istimewa karena tanpa sadar ada nilai nasionalisme yang disertakan dalam detil-detil filmnya.
3. UNTUK RENA (2005)
Kehidupan Rena (Maudy Ayunda) bersama dengan adik-adiknya di panti asuhan Rumah Matahari menjalani hidup yang bahagia setiap harinya. Meski mereka tak pernah merasakan kasih sayang orang tua kandung, Rena bisa menikmati setiap hari yang ia lewati bersama adik-adiknya.
Kebahagiaan tersebut terancam saat muncul sosok Om Yuda (Surya Saputra) di panti asuhan. Sosok pria misterius yang mereka yakini bakal mengambil salah satu dari mereka sebagai anak.
Settingnya yang hanya berkutat di panti asuhan tak membuat film ini menjadi membosankan. Riri Riza dibantu oleh para aktor kecil yang ada di film berhasil menyuguhkan keceriaan anak-anak panti dalam rutinitas mereka dan konflik batin para anak panti yang sejatinya rindu dengan sosok orang tua.
4. DENIAS SENANDUNG DI ATAS AWAN (2006)
Alenia Pictures langsung membawa angan penonton ke tanah paling timur Indonesia, Papua. Denias (Albert Fakdawer) berjuang di tanah Papua untuk mendapat pendidikan yang layak. Pendidikan di tanah Papua masih menjadi barang mewah bagi generasi muda di sana. Tak cukup dengan sulitnya mendapat pendidikan, Denias dihadapkan pada diskrimasi masyarakat pribumi yang masih terasa.
Akting Albert yang saat itu masih tergolong aktor pendatang baru tersaji sangat natural. Dibantu oleh aktor senior seperti Ari Sihasale dan Marcella Zalianty, Albert membawa penonton dalam kisah yang mampu menguras air mata.
Pemandangan Papua tersaji indah dalam film ini bagi kamu-kamu yang belum pernah berkunjung ke sana.
5. LASKAR PELANGI (2008)
Tak ada yang lebih menginspirasi anak-anak sekolahan untuk makin semangat mengejar mimpi mereka dengan belajar selain film LASKAR PELANGI.
Kisah 10 sahabat yang bersekolah di SD Muhammadiyah di Belitung dalam keterbatasan namun masing-masing punya impian yang tinggi dan semangat belajar yang fantastis. Dengan bimbingan guru mereka yang sabar dan penuh pengertian, bu Muslimah (Cut Mini), murid-murid yang terpinggirkan tersebut menjalani hari-hari penuh dengan inspirasi serta harapan untuk menjadi apa yang mereka cita-citakan.
Sempat menjadi film hits, LASKAR PELANGI memang menyuguhkan cerita inspiratif tanpa menjadi menggurui penonton. Para pemainnya yang memang asli Belitong makin menambah keaslian adegan-adegan yang ditata apik oleh Riri Riza. Satu nilai tambah yang ada dalam film ini tentu saja fakta bahwa kisah yang ada di dalamnya adalah kisah nyata dari sang penulis novelnya sendiri, Andrea Hirata.
6. KING (2009)
Alenia Pictures selalu setia memproduksi film anak-anak yang sarat akan pesan moral serta dorongan untuk terus mengejar cita-cita dalam setiap film yang mereka buat. Dalam film KING, Alenia menyuguhkan kisah perjuangan Guntur (Rangga Raditya), seorang bocah yang berusaha mewujudkan mimpinya menjadi pebulutangkis handal seperti idolanya, Liem Swie King.
Tempat tinggalnya yang jauh dari perkotaan serta terbatasnya fasilitas yang dimiliki tak menyurutkan semangat ayah Guntur dalam mendukung putra semata wayangnya tersebut untuk berlatih keras menjadi yang terbaik. Bukan tanpa halangan, Guntur pun harus mengatasi konflik dalam dirinya untuk bisa memantapkan hati menjadi pebulutangkis handal.Â
Ari Sihasale sukses melakukan debut penyutradaraannya dalam film anak bertemakan badminton ini. Dan seperti kebiasaan Alenia Pictures, tokoh utama yang dipakai dalam film adalah para pendatang baru yang belum lah terkenal. Tapi jangan khawatir, soal akting, mereka sungguh alami.Â
7. TANAH AIR BETA (2010)
Mengambil setting daerah Timor Timur setelah berpisah dari Republik Indonesia, TANAH AIR BETA menyuguhkan cerita dengan kedalaman emosi yang lebih. Jika dalam KING anak-anak akan belajar bagaimana kerja keras yang harus dilakukan untuk mencapai cita-cita, dalam TANAH AIR BETA, anak-anak bakal mensyukuri tentang kasih di antara orang tua dan anak.
Merry (Griffit Patricia) dan ibunya, Tatiana (Alexandra Gottardo) harus terpisah dengan Mauro (Yahuda Rumbindi) selepas Timor Timur melepaskan diri dari RI. Merry dan ibunya pindah di Indonesia, sedang Mauro memilih menetap di Timor bersama pamannya. Jarak geografis tersebut membuat ketiganya jarang bertemu.
Hingga pada satu waktu, keadaan Tatiana makin memburuk dan membuat Merry merasa perlu menyeberang ke Timor seorang diri dengan bekal yang minim demi memberi tahu kakaknya tentang kondisi ibunya itu.
Kisah menyentuh tentang perjuangan seorang anak dalam mengharapkan kesembuhan sang ibu dan mengumpulkan keluarganya ini dengan apik digarap oleh (lagi-lagi) Ari Sihasale dalam setting cerita di Timor Timur. Tak lupa seperti sebelum-sebelumnya, film arahan Ari Sihasale ini menampilkan banyak pemandangan lanskap Timor Timur yang belum pernah terekspos sebelumnya.
8. SERDADU KUMBANG (2011)
Dari Sumbawa, film ini menghantarkan kisah anak-anak yang berjuang untuk meraih cita-citanya. Amek (Yudi Miftahudin) punya bakat untuk menunggang kuda sejak kecil. Kemampuannya tersebut membuat Amek bercita-cita menjadi penunggang kuda yang handal.
Dengan wataknya yang introvert, keras hati namun baik, dan cenderung jahil, Amek menjalani hari-harinya dengan penuh kegembiraan. Akan tetapi saat kabar bahwa ia tak lulus Ujian Nasional datang kepadanya, hidup Amek seakan runtuh, cita-citanya pun semakin mengabur. Terlebih dengan kekurangan fisik yang dimilikinya, yakni bibir sumbing, makin membuatnya minder dalam melangkah untuk masa depannya. Berhasil kah ia melewati tantangan tersebut?
9. DI TIMUR MATAHARI (2012)
Alam Papua yang begitu indah kembali dipilih Alenia Pictures dalam film terbaru mereka, DI TIMUR MATAHARI. Pemandangan lanskap yang indah menjadi setting yang tepat untuk latar kisah Mazmur dan kawan-kawan. Mazmur adalah anak asli Papua yang bebas bermain dalam kesehariannya bersama teman-temannya.
Minimnya tenaga guru yang ada di tempat tinggalnya memang membuat Mazmur dan kawan-kawan selalu menghabiskan waktu untuk bermain. Hal ini membuat persahabatan di antara Mazmur dan kawan-kawan seperti saudaranya sendiri.
Persaudaraan tersebut nyatanya harus diuji saat terjadi insiden di kampung mereka yang mengakibatkan orang tuanya meninggal. Lebih pelik lagi, yang membunuh adalah ayah dari sahabatnya sendiri. Sembari berusaha menjaga persaudaraan mereka, anak-anak Papua ini harus menjadi saksi pertikaian antara dua kampung yang berbeda terkait dengan pembunuhan tersebut. Pelik bukan?
Pendidikan kembali menjadi tema film Alenia setelah film DENIAS. Namun itu bukanlah tema utamanya, karena ternyata Ari Sihasale, sang sutradara, memasukkan juga isu segar di Papua, pertikaian antar kampung.
10. SIMFONI LUAR BIASA (2011)
Hijrah jauh-jauh dari Filipina ke Indonesia untuk mengejar karir bermusiknya, Jayden (Christian Bautista) malah dihadapkan pada kenyataan bahwa dirinya akan mengajar bernyanyi sekelompok siswa berkebutuhan khusus.
Awalnya ia tak nyaman dengan profesi barunya ini, namun perlahan ia seakan mendapat tantangan untuk membuat para murid barunya ini lebih dihargai oleh lingkungan sekitarnya, dengan membentuk sebuah paduan suara.
Jayden makin yakin dengan langkahnya ini sebab ia melihat banyak bakat dalam diri murid-muridnya. Di benaknya, sudah terngiang sebuah festival paduan untuk mereka ikuti bersama. Tapi, apakah guru-guru yang lain setuju?
(Di usia pernikahan 29 tahun, Atalia Praratya gugat cerai Ridwan Kamil.)
(kpl/dka)
Advertisement
