[Review] ‘THE HOBBIT: THE BATTLE OF THE FIVE ARMIES’
Diperbarui: Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Oleh: Abbas Aditya
Peter Jackson menutup film kedua THE HOBBIT yang diberi sub judul THE DESOLATION OF SMAUG dengan ending cliffhanger. Tak perlu ditanya, penonton awam maupun fans berat novel rekaan JRR Tolkien ini pasti dibuat tak sabar menyaksikan eksekusi akhir petualangan Bilbo Baggins (Martin Freeman) tersebut. Lantas, bagaimana hasil dari seri pamungkas yang awalnya diberi sub judul THERE AND BACK AGAIN ini? Apakah seperti prediksi?
Film dibuka oleh kemarahan Smaug (Benedict Cumberbatch) membumi hanguskan Lake Town dengan semburan napas apinya. Beruntung Bard (Luke Evans) yang berhasil membebaskan diri dari tahanan mampu mengalahkan Si Naga Kikir tersebut meski hampir mengorbankan nyawanya dan sang anak. Namun tentu saja kekalahan Smaug bukan sebuah happy ending karena dari situlah konflik bermula.
Dengan cepat berita kematian Smaug tersebar ke segala penjuru Middle-Earth. Termasuk Thorin (Richard Armitage) yang mereklamasikan diri bila harta tak bertuan di Erebor adalah sah miliknya. Sontak saja banyak pihak tak terima dan berusaha mengklaim harta tersebut hingga terjadi perang mahadahsyat yang melibatkan lima bangsa.
Berbeda dari seri sebelumnya, THE BATTLE OF THE FIVE ARMIES mengawal kisah tanpa perlu basa-basi. Peter Jackson selaku sutradara yang sudah khatam bagaimana memvisualisasikan tulisan Tolkien menganggap penonton sudah tahu. Dan pilihan itu terasa tepat karena keputusan memecah 400-an halaman source-nya menjadi tiga film dengan masing-masing durasi di atas 120 menit adalah hal yang terlihat maruk demi meraih pundi-pundi dolar.
Hasilnya, sebagai seri pamungkas THE HOBBIT benar-benar memanjakan penonton. Sub judul yang dipilih terlihat memegang kendali supaya penceritaan tak keluar jalur dengan sajian perang besar-besaran yang divisualkan sangat apik menggunakan teknologi terkini. Rasanya perlu angkat jempol untuk kerja keras seluruh kru yang berhasil menghidupkan suasana perang hidup dan mati antara bangsa manusia, peri, kurcaci, eagle serta Orc.
Dukungan ensemble cast juga turut menyumbang kemeriahan ‘pesta’ di halaman Erebor. Terutama peran Richard Armitage sebagai Thorin dengan transformasi karakternya yang mencuri banyak perhatian. Namun karena hal itu pula keberadaan sosok Bilbo di sepertiga akhir menjadi tak terlalu penting. Entahlah, saya sempat berharap Peter memberdayakan kurcaci satu ini sehingga film menjadi lebih nendang dibanding sekarang. Harapan ini cukup beralasan karena bersama Fran Walsh, Phillipa Boynes dan Guillermo Del Toro, Peter sudah melakukan banyak perubahan dari sisi naskahnya sejak film pertama.
Skala THE BATTLE OF THE FIVE ARMIES memang menurun bila dibandingkan dengan film kedua. Namun sebagai lembar penutup fitur satu ini tetap wajib ditonton. Bukan tidak mungkin bila setelah menontonnya kamu ingin marathon trilogi THE LORD OF THE RINGS.
(Rumah tangga Tasya Farasya sedang berada di ujung tanduk. Beauty vlogger itu resmi mengirimkan gugatan cerai pada suaminya.)
(kpl/abs/dka)
Adi Abbas Nugroho
Advertisement