Ayah Gilang Ramadhan Wafat
Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Pada hari Kamis (16/3) kemarin, ayahanda Gilang Ramadhan, yang juga adalah sastrawan terkemuka Indonesia, Ramadhan Kartahadimadja), meninggal dunia di Capetown, Afrika Selatan (Afsel).
Gilang yang ditemui di kediaman orangtuanya di Jalan Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mengatakan, almarhum meninggal dengan tenang dan meninggalkan seberkas senyuman. Yang lebih mengharukan, sang ayah meninggal tepat pada perayaan ulangtahunnya yang ke-79.
"Ayah meninggal dunia di Afsel, tepatnya di Capetown. Yang mengharukan, ayah meninggal bertepatan dengan perayaan ulang tahunnya yang ke-79. Beliau memang dirawat di Cape Town sejak 3 bulan lalu," ucap Gilang, ketika ditemui di rumahnya.
Rencananya, jenazah akan tiba di Indonesia dari Afrika Selatan pada hari Sabtu depan. Selama ini, almarhum yang dikenal sebagai sastrawan tinggal di sana bersama istrinya, Safrida Ramadhan dan berkarya di Afrika.
Advertisement
"Saya sangat sedih dan kehilangan. Apalagi beliau meninggal tepat di hari kelahirannya," ujar Gilang.
Sebelum meninggal, lanjut Gilang, ayahnya sempat meninggalkan pesan-pesan untuknya. "Beliau berpesan kepada saya, agar saya tetap eksis dalam berkarya. Dia juga meminta Shahnaz (istri Gilang, red) untuk menjaga saya," papar Gilang.
Bagi Gilang, ayahnya adalah sosok pria yang tidak neko-neko. "Beliau orang yang lurus. Beliau juga meninggal dalam keadaan senyum," kenang Gilang.
Almarhum meninggal di usia 79 tahun, meninggalkan satu istri, dua anak dan lima orang cucu. Bagi anak muda sekarang, nama Ramadhan Kartahadimadja memang terasa asing. Tapi, bagi pencinta seni dan sastra, nama Ramadhan KH. sangat populer. Sejumlah karyanya dianggap punya nilai kesusastraan tinggi.
Nama Ramadhan KH. makin menjulang setelah menulis biografi Soeharto yang berjudul 'Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya', yang diterbitkan oleh PT Citra Lamtoro Gung Persada.
Ramadhan mulai mengenal sastra sejak muda. Kebetulan ia mendapat beasiswa untuk studi ke Belanda. Di sana, Ramadhan mengikuti kursus jurnalistik dan secara tidak langsung mulai menggeluti dunia kewartawanan. Dalam perkembangannya lebih dikenal sebagai sastrawan, meskipun dalam kenyataannya memegang aneka ragam redaksi penerbitan.
Sekembalinya ke Indonesia, ia menjadi redaktur majalah Kisah, yang berisi kisah-kisah singkat atau cerita pendek yang bernuansa sastra, serta pernah duduk dalam redaksi mingguan Siasat dan Siasat Baru.
Sejumlah bukunya antara lain Periangan Si Jelita, yang ditulisnya di tahun 1957. Lalu, Royan Revolusi, yang memperoleh penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta. Karyanya yang juga banyak dikenal orang ialah Kuantar ke Gerbang, yang konon memenuhi permintaan Ratna Djuami, anak angkat Bung Karno, yang kemudian menjadi nyonya Asmara Hadi.
Bersama dengan G. Dwipayana, Ramadhan KH ditunjuk untuk menulis biografi mantan Presiden Soeharto, dengan judul 'Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya', yang diterbitkan oleh PT Citra Lamtoro Gung Persada.
(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)
(zee/bun)
Anton
Advertisement