Aksi Beringas Masyarakat Pada Musisi (2)
Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Kejadian yang menimpa Beery Manoch beberapa waktu lalu membuat kaget dunia musik tanah air. Pasalnya, penyiraman air keras yang mengenai sebagian kepala, wajah, dan bahu vokalis Saint Loco itu mengakibatkan luka, tak hanya fisik melainkan juga psikis.
Peristiwa demikian memang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi pada musisi tanah air. Pelakunya sendiri, yang saat kejadian berkumpul dengan penggemar Saint Loco, masih terus dicari polisi guna mengetahui motif penyiraman.
Ancaman terhadap musisi sebenarnya bukan rahasia umum. Beberapa musisi Indonesia mengaku pernah mendapat teror sedemikian rupa namun tak sampai terjadi. Tetapi aksi pelaku kali ini memprihatinkan dan patut dikutuk.
Sebab akibat yang ditimbulkan bisa cacat seumur hidup atau lebih parah lagi, menghilangkan nyawa korban. Selain itu, para musisi kini mulai was-was saat manggung atau menggelar jumpa penggemar. Sehingga tanpa disadari muncul opini apakah mereka harus menggunakan jasa pengamanan atau bodyguard?
Pengamat musik, Budy Ace menilai penggunaan bodyguard bagi musisi tanah air, terkait penyiraman air keras terhadap Beery Saint Loco sudah seharusnya dipakai. Namun penggunaan jasa tersebut memang seharusnya bukan karena adanya kasus Beery semata.
"Ada pengaruh tapi tidak relevan. Karena, aksi itu bukanlah terorisme atau teror dalam makna yang sesungguhnya. Pelaku tidak sedang menggertak anak band, atau sedang mengusik ketenangan pemerintahan. Soal security/bodyguard dan standar keamanan lainnya, tanpa menunggu aksi serupa, dari dulu memang sudah harus demikian. Ada prosedur tetap dalam keamanan sebuah pertunjukan musik. Ini kasus baru, hanya insiden oknum terhadap personality anak band. Bukan pada band, bukan pada musisi, bukan pada showbiz," terangnya.
Ia sendiri berpendapat bahwa penyiraman air keras terhadap Beery dilakukan bukan karena kecintaan penggemar yang berlebihan atau karena kebencian teramat dalam. Untuk ini perlu kajian lebih lanjut, sebab Indonesia masih belum dapat dikatakan sama dengan negara lain.
"Dalam konteks Berry, saya kira ini bukan kasus benci tapi rindu (cinta) antara fans dan idola. Pada dasarnya kadar cinta sekaligus benci sosok fans terhadap idolanya di negara berkembang seperti Indonesia jauh berbeda dengan kondisi di negara maju. Variabelnya bisa dilihat dari tingkat peradaban, budaya, cara pandang (mindset), gaya hidup, ekonomi dan pendidikan," kata Budy.
Bahkan saat berbincang dengan KapanLagi.com®, Sabtu (2/11), kakak Abdee Slank ini mengaku belum tahu motif yang terjadi pada musisi oleh penggemarnya di mancanegara.
"Fans yang membunuh idola yang terdengar di negara maju, Amerika dan Inggris misalnya. Pada dasarnya belum pernah terbukti sempurna apa motif para para pembunuh. Tapi asumsi saya, pembunuhan itu dilatarbelakangi oleh dua hal besar. Pertama karena pelaku memiliki kelainan emosional atau psikologi. Kedua, motif bisnis, menyingkirkan saingan. Sulit dibuktikan tapi banyak yang menduga ke arah sana," jelasnya lagi.
Karena itu Budy pun masih ragu jika penyiraman air keras dapat meningkat ke tindak kekerasan seperti menembak. Apalagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih memegang kultur nenek moyang.
"Naudzubillahi min dzalik. Insya Allah, kultur masyarakat kita tidak serendah itu," ucapnya.
Pun dengan motivasi pelaku yang menyiramkan air keras pada Beery, ia mengaku belum tahu apakah ulah fans atau bukan dan bukan teror. Tetapi Budy menduga tindakan pelaku berlatar belakang karena sakit hati namun alah sasaran.
"Fans sejati, tidak akan melukai idolanya, itu teori dasarnya. Jika terbukti terjadi, maka sang penggemar adalah sosok yang sakit jiwanya. Atau sakit hati karena, itu tadi, kecewa atau merasa dikhianati sang idola. Kalo kasus Berry, saya berasumsi itu salah orang dan motifnya sakit hati. Bukan teror," tuturnya.
Di sisi lain, dengan kejadian ini Budy berharap dapat dijadikan pelajaran bagi musisi lain selain tentu standar pengamanan tetap diberlakukan. Karena pada dasarnya menunjukkan sikap arogansi disertai kesombongan, apalagi terhadap penggemar, akan berdampak buruk pada diri sendiri atau mungkin orang di sekitarnya.
"Standar keamanan ditingkatkan. Anak band, kudu rendah hati. Jika Tuhan telah menganugerahi rezeki berlimpah, nama berkibar, penggemar berjubel. Apa gak cukup tuh untuk bersyukur? Plis, jangan ditambah dengan sikap pongah, pamer dan mendominasi penggemarnya. Tanpa penggemar yang beli CD dan tiket konser, emang anak band bisa punya rumah di Pondok Indah?" ujarnya.
Dengan menghargai fans, lanjutnya, maka dengan sendirinya pengamanan dalam gelaran musik dapat berjalan sendiri. Tapi terkadang pengamanan baik juga mutlak diperlukan.
"Soal keamanan itu harus menjadi standar utama untuk sebuah perhelatan musik. Anak band gak perlu punya bodyguard di republik ini. Cukup punya fans yang dihargai, diapresiasi, dan dijadikan sahabat. Namun dalam kondisi tertentu, perlindungan atau keamanan untuk sang idola, jelas nomor satu! Tak ada kompromi untuk standar keamanan sang idola," urai Budy.
Vokalis d Masiv, Ryan juga tidak sependapat bila pelaku penyiraman merupakan penggemar Saint Loco atau Beery. Karena jika benar fans maka tak mungkin melakukan perbuatan yang membuat sakit idolanya.
"Sebenarnya pemain band kalau ketemu fans gak akan ngira ini siapa, itu siapa. Mungkin ini musibah, sama fans kita justru ngerasa fans itu bakal jagain kita. Kalau dia nyelakain kita itu sudah pasti bukan fans," katanya belum lama ini.
Sementara itu vokalis Kangen band Reyhan justru mengaku was-was dengan kejadian yang menimpa Beery walau selama ini tidak pernah mengalami perlakuan aneh dari penggemar.
"Itu namanya tragedi ya. Biar cepat diproses karena kami sebagai band was-was juga. Semoga hal kaya gini lebih diperhatikan," ujarnya ketika ditemui di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, akhir bulan lalu.
"Alhamdulilah, sampai saat ini fans gak ada yang aneh-aneh," lanjutnya.
Sedangkan vokalis Last Child mengaku telah mengantisipasi hal tersebut dengan bodyguard. Tetapi uniknya pengamanan mereka tersebut datang dari penggemar yang memang mau menjaga personil Last Child.
"Kami bodyguard-nya dari para fans, karena mereka punya ketua untuk koordinasi tiap wilayah. Kadang sampai hotel kami diiringi sama mereka. Kami juga kadang diajak jalan pas selesai manggung," ujar Virgoun.
Bahkan perlakukan mengamankan Last Child itu tanpa diminta. Para fans pun melakukannya tanpa pamrih. "Itu inisiatif mereka karena fans club Last Child, Last Friends itu independent dan mereka ngebiayain fans klubnya lewat penjualan merchandise," tuturnya lagi beberapa waktu lalu.
Hal senada diungkapkan wartawan yang juga pengamat musik, Wendi Putranto. Menurutnya penyiraman air keras pada Beery dilakukan bukan oleh penggemar. Pengamanan bagi musisi pun tak mesti diperketat kendati kewaspadaan tetap harus ada.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(kpl/rod/dis/dew)
Editor KapanLagi.com
Advertisement