Buku Primbon Jawa Karena Gempa: Menafsirkan Pesan Alam

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diperbarui: Diterbitkan:

Buku Primbon Jawa Karena Gempa: Menafsirkan Pesan Alam
buku primbon jawa karena gempa (credit: AI Pict)
buku primbon jawa karena gempabuku primbon jawa karena gempa

Buku Primbon Jawa Karena Gempa: Menafsirkan Pesan Alam

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sering terjadi di Indonesia. Selain dipandang dari sisi ilmiah, masyarakat Jawa sejak zaman dahulu memiliki penafsiran tersendiri terhadap peristiwa gempa bumi yang terekam dalam buku-buku primbon. Mari kita telusuri lebih dalam makna gempa bumi menurut kearifan lokal Jawa.

1. Pengertian Primbon Jawa

Primbon Jawa merupakan kitab warisan leluhur yang berisi berbagai macam ilmu titen atau ilmu pengamatan terhadap gejala alam dan kehidupan. Salah satu bahasan dalam primbon adalah tafsir mengenai peristiwa gempa bumi. Masyarakat Jawa meyakini bahwa gempa bumi membawa pesan tersembunyi dari Sang Pencipta.

Dalam bahasa Jawa, gempa bumi dikenal dengan istilah "lindu". Primbon mengaitkan makna gempa dengan waktu terjadinya, baik bulan maupun siang/malam. Penafsiran ini didasarkan pada pengamatan dan pengalaman hidup nenek moyang Jawa selama ratusan tahun.

Meskipun tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, primbon tetap dianggap sebagai kearifan lokal yang patut dilestarikan. Bagi sebagian masyarakat, primbon menjadi pedoman untuk mawas diri dan introspeksi ketika terjadi bencana alam.

2. Sejarah Buku Primbon Jawa

Tradisi menulis primbon di Jawa sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Salah satu primbon tertua yang masih ada adalah Kitab Primbon Betaljemur Adammakna karangan Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningrat dari Keraton Yogyakarta pada abad ke-18.

Pada masa selanjutnya, banyak cendekiawan dan budayawan Jawa yang ikut menulis dan mengembangkan primbon, termasuk Raden Ngabehi Ranggawarsita, pujangga besar Keraton Surakarta pada abad ke-19. Primbon terus berkembang dan diturunkan dari generasi ke generasi.

Di era modern, primbon masih dilestarikan dan diterbitkan dalam bentuk buku. Beberapa primbon populer antara lain Kitab Primbon Betaljemur Adammakna, Primbon Jawa Serbaguna, dan Primbon Atassadhur Adammakna. Meski zaman berubah, minat masyarakat terhadap primbon masih cukup tinggi.

3. Tafsir Gempa Berdasarkan Bulan Jawa

Dalam primbon Jawa, makna gempa bumi ditafsirkan berdasarkan bulan terjadinya menurut penanggalan Jawa. Berikut ini adalah beberapa contoh tafsirnya:

  • Sura: Jika gempa terjadi di siang hari, pertanda akan muncul wabah penyakit. Jika malam hari, akan terjadi kelangkaan bahan makanan.
  • Sapar: Gempa di siang hari menandakan banyak orang akan berpindah tempat. Jika malam hari, pertanda kehidupan akan makmur.
  • Mulud: Gempa siang hari berarti akan banyak fitnah. Jika malam hari, akan datang musim hujan disertai angin kencang.
  • Bakda Mulud: Gempa siang hari pertanda banyak perselisihan. Jika malam hari, akan ada masa kemakmuran.
  • Jumadilawal: Gempa siang hari berarti akan banyak kejahatan. Jika malam, pertanda akan terjadi kemarau panjang.

Penafsiran untuk bulan-bulan lainnya juga memiliki makna yang beragam, baik positif maupun negatif. Namun perlu diingat bahwa tafsir ini tidak bersifat mutlak dan lebih merupakan kearifan lokal warisan leluhur.

4. Makna Gempa Berdasarkan Waktu

Selain bulan, primbon Jawa juga menafsirkan makna gempa berdasarkan waktu terjadinya, yaitu siang atau malam hari. Secara umum, gempa yang terjadi di siang hari cenderung ditafsirkan membawa pertanda kurang baik. Sementara gempa di malam hari lebih sering diartikan sebagai pertanda positif.

Beberapa contoh tafsir gempa berdasarkan waktu:

  • Gempa siang hari: Pertanda akan terjadi kekacauan, perselisihan, wabah penyakit, atau kesulitan ekonomi.
  • Gempa malam hari: Pertanda akan datang kemakmuran, ketentraman, atau hal-hal baik lainnya.

Namun perlu dicatat bahwa penafsiran ini tidak selalu konsisten untuk setiap bulan. Ada kalanya gempa malam hari juga ditafsirkan membawa pertanda kurang baik, tergantung bulan terjadinya.

5. Cara Membaca Primbon Gempa

Untuk membaca tafsir gempa dalam primbon Jawa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Tentukan tanggal terjadinya gempa menurut penanggalan Jawa
  2. Perhatikan bulan Jawa saat gempa terjadi
  3. Catat apakah gempa terjadi di siang atau malam hari
  4. Baca tafsir yang sesuai dengan bulan dan waktu terjadinya gempa
  5. Pahami bahwa tafsir bersifat simbolis, bukan ramalan pasti

Penting untuk diingat bahwa primbon sebaiknya dibaca sebagai kearifan lokal, bukan sebagai pedoman mutlak. Tafsir primbon lebih tepat dijadikan bahan introspeksi diri dan masyarakat.

6. Manfaat Mempelajari Primbon Gempa

Meski tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, mempelajari primbon gempa tetap memiliki beberapa manfaat:

  • Melestarikan kearifan lokal dan warisan budaya Jawa
  • Memahami cara pandang leluhur terhadap fenomena alam
  • Meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam
  • Menjadi bahan introspeksi diri dan masyarakat
  • Menambah wawasan tentang kebudayaan Nusantara

Namun perlu diingat untuk tetap mengutamakan pendekatan ilmiah dalam menghadapi bencana alam. Primbon sebaiknya dilihat sebagai warisan budaya, bukan pedoman utama.

7. Perbedaan Primbon dengan Ilmu Seismologi

Meski sama-sama membahas gempa bumi, terdapat perbedaan mendasar antara primbon Jawa dengan ilmu seismologi modern:

  • Primbon bersifat mistis dan simbolis, seismologi bersifat ilmiah
  • Primbon menafsirkan makna gempa, seismologi menjelaskan penyebab gempa
  • Primbon didasarkan pengamatan empiris, seismologi menggunakan metode ilmiah
  • Primbon tidak dapat memperkirakan gempa, seismologi dapat memprediksi potensi gempa
  • Primbon adalah warisan budaya, seismologi adalah cabang ilmu pengetahuan

Meski berbeda, keduanya dapat berjalan beriringan sebagai kekayaan pengetahuan manusia. Primbon mewakili kearifan lokal, sementara seismologi mewakili kemajuan ilmu pengetahuan.

8. Kontroversi Seputar Primbon Gempa

Penggunaan primbon untuk menafsirkan gempa bumi tidak lepas dari kontroversi. Beberapa kritik yang sering muncul antara lain:

  • Dianggap tidak ilmiah dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya
  • Berpotensi menimbulkan kepanikan yang tidak perlu di masyarakat
  • Dapat mengalihkan perhatian dari upaya mitigasi bencana yang sesungguhnya
  • Dianggap sebagai bentuk takhayul yang tidak sesuai dengan ajaran agama
  • Berpotensi disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab

Di sisi lain, pendukung primbon berargumen bahwa kitab ini merupakan warisan budaya yang patut dilestarikan. Mereka menekankan bahwa primbon sebaiknya dibaca sebagai kearifan lokal, bukan sebagai pedoman mutlak.

9. Primbon Gempa di Era Modern

Di tengah kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, primbon gempa masih memiliki peminatnya sendiri. Beberapa fenomena terkait primbon gempa di era modern antara lain:

  • Digitalisasi naskah-naskah primbon kuno
  • Penerbitan buku-buku primbon dalam format modern
  • Munculnya aplikasi mobile berbasis primbon
  • Diskusi primbon di media sosial pasca kejadian gempa
  • Upaya pelestarian primbon sebagai warisan budaya tak benda

Meski tidak lagi menjadi acuan utama, primbon gempa tetap menjadi bagian dari khazanah budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Tantangannya adalah bagaimana memosisikan primbon secara proporsional di tengah kemajuan ilmu pengetahuan.

10. Kesimpulan

Buku primbon Jawa tentang gempa merupakan warisan kearifan lokal yang menarik untuk dipelajari. Meski tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, primbon mencerminkan cara pandang leluhur Jawa terhadap fenomena alam. Di era modern, primbon sebaiknya dilihat sebagai khazanah budaya, bukan sebagai pedoman utama menghadapi bencana. Yang terpenting adalah tetap mengutamakan pendekatan ilmiah dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana alam.

Rekomendasi
Trending