Viral Ghibli Style Versi AI, Pihak Pemerintahan Jepang Buka Suara Tentang Pelanggaran Hak Cipta

Penulis: Ruth Anastasia

Diterbitkan:

Viral Ghibli Style Versi AI, Pihak Pemerintahan Jepang Buka Suara Tentang Pelanggaran Hak Cipta
Pemerintahan Jepang buka suara tentang pelanggaran hak cipta (credit: imdb)

Kapanlagi.com - Fenomena gambar bergaya Ghibli yang dihasilkan oleh AI belakangan ini tengah ramai diperbincangkan, terutama di media sosial. Semua ini bermula dari OpenAI yang memperbarui fitur AI image generator GPT-4o pada mesin ChatGPT sehingga dengan hanya memasukkan kata kunci tertentu, pengguna bisa menghasilkan gambar yang menyerupai karya-karya Hayao Miyazaki. Meskipun terlihat mengagumkan, tren ini memicu perdebatan karena menggunakan gaya visual khas Studio Ghibli tanpa izin resmi dari pihak terkait.

Hayao Miyazaki sudah sejak lama menyuarakan kritik terhadap karya berbasis AI. Ia menyebut AI sebagai sesuatu yang “menghina kehidupan itu sendiri” karena tidak memiliki nilai emosional dan kemanusiaan yang menjadi inti dari karya seni. Para seniman dan pelaku industri kreatif di Jepang pun mengungkapkan kekhawatiran mereka akan AI yang dapat merusak nilai orisinalitas dan proses kreatif manusia.

Sebagai tanggapan dari fenomena ini, beberapa anggota parlemen Jepang mulai angkat suara. Mereka mempertanyakan apakah tren gambar AI tersebut melanggar hak cipta dan menekankan pentingnya regulasi yang jelas terkait penggunaan AI dalam karya seni. Pemerintah Jepang bahkan mulai mempertimbangkan untuk meninjau ulang undang-undang hak cipta agar dapat mengantisipasi perkembangan teknologi yang pesat dan dampaknya terhadap dunia kreatif.

1. Tren Gambar AI Bergaya Ghibli yang Viral di Media Sosial

Gambar-gambar AI dengan gaya visual khas Studio Ghibliâ��yang dikenal dengan keindahan alam, nuansa nostalgia, dan karakter yang ekspresifâ��menjadi viral. Pengguna AI generatif, seperti DALL�·E (fitur dalam ChatGPT) dan MidJourney, ramai-ramai membuat gambar berjudul â��Ghibli-styleâ��, bahkan menjadi tren di TikTok dan X (Twitter).

Visual tersebut mengundang decak kagum dari netizen karena tampil begitu mirip dengan karya-karya Hayao Miyazaki seperti MY NEIGHBOR TOTORO atau SPRITED AWAY. Namun, di balik kekaguman itu, muncul pertanyaan besar tentang legalitas dan etika penggunaan gaya khas tersebut oleh AI, terutama tanpa izin resmi dari Studio Ghibli.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Kritik Keras dari Hayao Miyazaki dan Kekhawatiran Industri Kreatif

Pandangan kritis terhadap seni buatan AI juga datang langsung dari Hayao Miyazaki, pendiri Studio Ghibli. Pertanyaan lamanya kembali viral di tengah tren ini, di mana ia menyebut teknologi AI dalam seni sebagai �penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri.� Menurutnya, seni seharusnya lahir dari pengalaman manusia, rasa, dan nilai hidup�bukan sekadar hasil algoritma.

Banyak penggemar Studio Ghibli setuju dengan pandangan ini, menganggap karya buatan Ai tidak memiliki �jiwa� seperti karya asli Ghibli. Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa AI hanyalah alat, dan tergantung bagaimana manusia menggunakannya secara etis.

3. Pemerintah Jepang Turun Tangan, Soroti Potensi Pelanggaran Hak Cipta

Dalam sidang komite kabinet parlemen, seorang anggota parlemen, Masato Imai, mempertanyakan apakah gambar buatan AI yang bergaya Ghibli merupakan pelanggaran hak cipta, menanggapi isu yang sedang ramai akhir-akhir ini. Pertanyaan ini ditanggapi oleh, Hirohiko Nakahara, Pejabat Strategis dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi (MEXT), dengan menyatakan bahwa "hukum hak cipta tidak melindungi gaya atau ide yang tidak mencapai tingkat ekspresi kreatif." Ia juga menekankan bahwa,"jika konten yang dihasilkan AI menunjukkan kesamaan tau ketergantungan ada karya berhak cipta yang sudah ada, maka merupakan pelanggaran hak cipta."

Diskusi ini bahkan mulai mengarah ke pembentukan regulasi yang lebih ketat terhadap penggunaan AI dalam bidang seni dan media. Pemerintah Jepangan tengah mempertimbangkan revisi undang-undang hak cipta untuk mengakomodasi isu-isu baru yang muncul akibat teknologi AI.

(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)

Rekomendasi
Trending