Proses Produksi Kilat Jadi Sorotan, Ini Kesalahan Logika 'MERAH PUTIH: ONE FOR ALL'

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diterbitkan:

Proses Produksi Kilat Jadi Sorotan, Ini Kesalahan Logika 'MERAH PUTIH: ONE FOR ALL'
Faktor yang membuat Merah Putih One For All dikritik (credit:youtube.com/@CGVKreasi)

Kapanlagi.com - Film animasi MERAH PUTIH: ONE FOR ALL yang dijadwalkan tayang pada 14 Agustus 2025 awalnya diharapkan menjadi kebanggaan perfilman nasional. Dengan anggaran Rp6,7 miliar, film ini digadang-gadang mampu bersaing di kancah internasional dan menghadirkan cerita heroik yang menginspirasi.

Namun, harapan tersebut justru berbalik menjadi gelombang kritik dari publik dan para kritikus film. Berbagai komentar tajam muncul, mulai dari kualitas visual yang dinilai kaku, alur cerita yang dianggap klise, hingga dugaan penggunaan teknologi suara berbasis AI.

Bahkan sebelum perilisan resminya, cuplikan trailer film ini sudah memicu perdebatan di media sosial. Banyak yang menyoroti detail teknis yang terlewat, dugaan penjiplakan karakter, hingga penggunaan aset yang dianggap tidak sesuai.

Temukan berita lainnya terkait MERAH PUTIH: ONE FOR ALL di Liputan6.com.

1. Kualitas Visual yang Dinilai Kaku

Kritik pertama yang muncul mengarah pada kualitas visual film yang dianggap tidak memenuhi standar animasi modern. Beberapa penonton menyamakan tampilannya dengan grafis game era PlayStation 2. Minimnya detail pada latar dan pergerakan karakter membuat pengalaman menonton terasa kurang hidup.

Visual yang kaku ini juga mempengaruhi kemampuan film dalam menyampaikan emosi cerita. Bagi sebagian penonton, hal ini mengurangi kedalaman adegan-adegan penting yang seharusnya memicu empati.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Alur Cerita yang Datar dan Klise

Alur cerita MERAH PUTIH: ONE FOR ALL disebut terlalu datar dan penuh klise. Narasinya bahkan dibandingkan dengan iklan layanan masyarakat oleh beberapa warganet. Pola penceritaan yang mudah ditebak membuat penonton kehilangan rasa penasaran sejak awal film.

Meski mengusung tema patriotisme, eksekusi cerita dinilai kurang menggugah. Beberapa penonton merasa film ini gagal membangun ikatan emosional yang kuat.

3. Dialog dan Dugaan Suara Berbasis AI

Dialog dalam film ini menjadi salah satu titik sorotan besar. Banyak yang menduga suara karakter dihasilkan dengan teknologi AI. Intonasi datar membuat interaksi antar tokoh terasa kaku dan tidak alami.

Kualitas suara yang seperti ini berdampak langsung pada penghayatan cerita. Penonton menganggap karakter-karakter tersebut kehilangan jiwa dalam penyampaiannya.

4. Kesalahan Teknis dan Detail yang Terlewat

Beberapa kesalahan teknis dalam film memicu reaksi lucu sekaligus kecewa. Contohnya, burung kakak tua yang justru bersuara seperti monyet. Ketidaksesuaian ini membuat beberapa penonton menganggap film kurang melalui proses pengecekan yang memadai.

Selain itu, ada papan tulisan berbahasa Hindi yang tidak dihapus dalam salah satu adegan. Detail kecil seperti ini menjadi bahan candaan sekaligus kritik tajam di media sosial.

5. Dugaan Penjiplakan dan Proses Produksi Kilat

Warganet juga menemukan kemiripan desain karakter dengan karya lain yang sudah ada sebelumnya. Dugaan penjiplakan ini memunculkan pertanyaan besar soal orisinalitas. Perdebatan tentang etika kreatif pun mengemuka di kalangan pecinta animasi.

Proses produksi yang disebut hanya memakan waktu kurang dari sebulan menjadi sorotan tambahan. Dengan anggaran Rp6,7 miliar, publik mempertanyakan bagaimana waktu dan dana tersebut dialokasikan.

6. Q&A Populer Tentang Merah Putih: One For All

Q: Apa saja kesalahan logika dalam film MERAH PUTIH: ONE FOR ALL?
A: Kesalahan logika termasuk kualitas visual yang buruk, alur cerita yang klise, dan dugaan penggunaan suara berbasis AI.

Q: Mengapa film ini mendapat kritik tajam?
A: Film ini mendapat kritik tajam karena kualitas produksi yang dianggap tidak sebanding dengan anggaran yang dikeluarkan.

Q: Apa yang menjadi sorotan utama dari film ini?
A: Sorotan utama termasuk kualitas visual, alur cerita, dan dugaan penjiplakan karakter.

Yuk, baca artikel seputar rekomendasi film animasi lainnya di Kapanlagi.com. Kalau bukan sekarang, KapanLagi?

(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)

Rekomendasi
Trending