Film dan Serial dengan Representasi Kultur Budaya yang Dianggap Buruk

Film dan Serial dengan Representasi Kultur Budaya yang Dianggap Buruk
(Credit Poster Film: www.imdb.com)

Kapanlagi.com -

Ditulis oleh: Adristi Putri Febrianti
Ada sebuah pepatah yang menyarankan agar kita tidak membuat film atau menulis buku yang berlatar tempat yang belum pernah kita kunjungi. Tujuan dari nasihat ini adalah untuk menghindari munculnya bias, stereotip, dan stigma terhadap suatu tempat atau komunitas. Sayangnya, tidak semua orang setuju dengan prinsip ini, dan banyak karya yang terjebak dalam kesalahan tersebut.

Akibatnya, beberapa film justru memperburuk citra budaya yang ingin mereka angkat karena kurangnya riset yang mendalam, dan sering kali karena pembuatnya merasa nyaman dengan posisi mereka sebagai orang kulit putih. Fenomena ini dikenal dengan istilah "white gaze," yaitu pandangan bahwa perspektif orang kulit putih tentang kelompok atau budaya di luar komunitas mereka adalah yang paling benar dan objektif, padahal kenyataannya bisa sangat berbeda.

Film dan serial yang tidak memperhatikan keberagaman perspektif ini sering kali menjadi contoh nyata dari ketidakakuratan budaya yang tidak dipahami dengan baik. Dengan mempelajari pola-pola ini, kita bisa belajar untuk lebih berhati-hati dan sensitif dalam menggambarkan budaya atau tempat yang asing bagi kita, serta menghindari kesalahan serupa dalam karya-karya mendatang.

1. Emilia Perez (2024)

(Credit Poster Film: www.imdb.com)

Secara alur cerita dan format, film EMILIA PEREZ memang memiliki kualitas yang layak untuk meraih penghargaan Oscar. Tak heran jika film ini masuk dalam daftar shortlist Oscar, mendominasi European Film Awards, dan meraih banyak nominasi di ajang Golden Globe. Namun, di balik keberhasilan itu, banyak yang merasa kecewa dengan cara sutradara Jacques Audiard menggambarkan Meksiko dalam film tersebut.

Audiard, yang merupakan orang Prancis, dalam sebuah wawancara mengakui bahwa ia tidak melakukan riset mendalam mengenai Meksiko, bahkan memilih untuk tidak mempelajari bahasa Spanyol secara serius. Keputusan ini menuai kritik, terutama karena ia juga tidak memilih aktor asli Meksiko untuk memainkan tiga peran utama dalam film tersebut. Salah satu keputusan yang paling mendapat sorotan adalah pemilihan Selena Gomez, yang kemampuan berbahasa Spanyolnya dalam film tersebut dianggap tidak sempurna.

Kritik terhadap film ini semakin tajam, mengingat kesalahan dalam representasi budaya Meksiko yang dianggap sangat mencolok. Pemilihan aktor dan pendekatan yang kurang sensitif terhadap budaya setempat telah menjadi bahan perdebatan, membuat banyak penonton mempertanyakan validitas gambaran yang diberikan dalam EMILIA PEREZ.


Simak terus berita seputar film-film menarik! Kalau bukan sekarang, KapanLagi?

2. American Sniper (2014)

(Credit Poster Film: www.imdb.com)

Meskipun meraih kesuksesan besar di Oscar dengan 6 nominasi, film AMERICAN SNIPER ternyata dianggap problematik oleh banyak pihak. Selain meromantisasi perang, film yang disutradarai oleh Clint Eastwood dan diadaptasi dari memoar seorang veteran Perang Irak ini dinilai gagal dalam menyajikan representasi yang adil dan objektif, khususnya terkait dengan penduduk sipil yang menjadi korban perang.

Dalam beberapa adegan, film ini justru cenderung mendemonisasi para penduduk sipil yang terdampak konflik. Selain itu, film ini juga "menyensor" fakta penting bahwa Amerika Serikatlah yang memulai perang di Irak. Alih-alih memberikan gambaran yang utuh tentang situasi tersebut, Eastwood membingkai cerita filmnya dengan propaganda yang menggambarkan bahwa Amerika sedang melakukan operasi militer untuk memerangi terorisme, padahal Perang Irak memiliki latar belakang yang jauh lebih kompleks.

Pendekatan seperti ini membuat AMERICAN SNIPER dikritik karena tidak mengedepankan narasi yang lebih berimbang dan justru mengaburkan kenyataan sejarah. Dengan menyajikan pandangan sepihak, film ini memperlihatkan bagaimana medium film bisa dimanfaatkan untuk membentuk opini publik yang bias terhadap suatu peristiwa besar.

3. Emily in Paris (2020-2024)

(Credit Poster Film: www.imdb.com)

EMILY IN PARIS menjadi sasaran kritik keras dari warganet, terutama dari orang-orang Prancis asli yang merasa bahwa mereka tidak terwakili dengan baik dalam serial ini. Ditulis dari sudut pandang seorang perempuan Amerika yang bekerja di Paris, banyak adegan dan percakapan dalam serial ini yang dianggap sangat stereotipikal dan tidak akurat.

Salah satu hal yang paling mendapat sorotan adalah cara berpakaian Emily, yang dianggap berlebihan dan tidak sesuai dengan gaya hidup Parisian. Selain itu, fakta bahwa Emily (Lily Collins) tidak bisa berbahasa Prancis sama sekali meskipun bekerja di perusahaan lokal dinilai sangat tidak realistis. Alih-alih berfokus pada pekerjaannya, karakter Emily malah lebih terlihat seperti seorang turis yang sedang berlibur di kota tersebut.

Lebih jauh lagi, produser serial ini memotret Paris sebagai kota yang sangat estetik, tanpa menggambarkan masalah nyata seperti kebersihan atau ketimpangan sosial yang ada di sana. Jika ingin mendapatkan gambaran yang lebih realistis tentang kehidupan di Paris, banyak yang menyarankan untuk menonton film-film yang disutradarai oleh sineas Prancis asli, yang lebih jujur dalam menggambarkan keadaan kota tersebut.

Rekomendasi
Trending