Review Film FANTASTIC FOUR FIRST STEPS: Langkah Awal yang Menjanjikan
Diperbarui: Diterbitkan:

Poster FANTASTIC FOUR FIRST STEPS. Foto: Marvel Studios
Kapanlagi.com - Disengaja atau tidak, dua film superhero rilis di bulan yang sama, FANTASTIC FOUR FIRST STEPS (23 Juli) dan SUPERMAN (9 Juli). Masing-masing punya tugas yang sama, yakni membawakan sesuatu yang segar di tengah ramai isu "superhero fatigue", dimana penonton sudah lelah menikmati film superhero yang itu-itu saja.
Tugas FANTASTIC FOUR FIRST STEPS sangatlah berat. Setelah dua kali reboot dan versi 2015 jeblok secara komersil, Disney dan Marvel Studios harus membuktikan versi baru yang dibintangi Pedro Pascal (Reed Richards), Vanessa Kirby (Susan Storm), Joseph Quinn (Johnny Storm), dan Ebon Moss Bachrach (The Thing) ini sebagai sebuah langkah tepat. Ditambah lagi, film ini jadi jembatan penting untuk bisa membawa jalinan cerita Marvel Cinematic Universe (MCU) lebih luwes menuju ke dua film AVENGERS: DOOMDAYS dan SECRET WARS.
FANTASTIC FOUR FIRST STEPS berfokus kepada keluarga superhero Marvel dalam upayanya menyelamatkan bumi dari Sang Galactus (Ralph Ineson), pemangsa planet. Naas bagi Bumi 828 (semesta parallel) yang dipilih oleh Silver Surfer (Julia Garner) sebagai menu makan Sang Galactus berikutnya. Belum cukup ancaman setara kiamat itu, Susan atau akrab dipanggil Sue juga tengah hamil besar.
Advertisement
1. Kreativitas Matt Shackman
The Fantastic Four
Pilihan mengambil setting 60-an dan di Bumi paralel adalah langkah yang strategis. Selain memang untuk kebutuhan cerita yang akan menguatkan imej retro futuristik yang menjadi branding awal Fantastic Four, ini adalah upaya untuk menghindari plot hole di tengah jalinan jarring cerita MCU. Pertanyaan semacam "Di mana Fantastic Four saat Thanos muncul?" atau "Apa yang mereka lakukan saat Civil War?" tidak perlu lagi dirisaukan.
Matt Shackman juga mengambil pilihan yang tepat dengan mengambil jalan tengah dalam menghadirkan origin story tim Fantastic Four ini. Ia padatkan origin storynya sebagai upaya jalan tengah sehingga tak sampai seperti yang dilakukan John Watt dalam SPIDER-MAN HOMECOMING. Matt mengemasnya dalam narasi bergaya iklan di era 60-an sebagai appetizer.
Bagi kalian yang pernah menonton serial Cartoon Network, THE JETSONS, FF mengusung vibe visual yang sama. Di mana suasana retro yang kentara dari fashion dan lifestyle para tokohnya dipadukan dengan kemutakhiran teknologinya.
Namun meringkas origin story ini juga bukan tanpa risiko. Ada banyak detail cerita yang akan terasa "tiba-tiba hadir" karena dibutuhkan untuk plot filmnya. Ambil contoh misalnya Reed yang menemukan mesin teleportasi atau Ben The Thing yang tiba-tiba tangkas menjadi bidan persalinan. Planting dalam skenarionya tidaklah banyak sehingga momen "tiba-tiba hadir" banyak bermunculan seiring film berjalan.
(Kondisi Vidi Aldiano bikin khawatir, kesakitan jalan di panggung dan dituntun Deddy Corbuzier.)
2. Empat Aktor yang Believeable Sebagai Keluarga
Kelemahan ini untungnya bisa dialihkan oleh chemistry keempat tokoh utamanya. Love chemistry antara Reed dan Susan diberi highlight sejak awal film dimulai. Tidak hanya dari dialog-dialog suami istri yang terlontar dari keduanya, tapi juga pemilihan adegan-adegan pasutri. Para penonton yang sudah punya pasangan pasti ikut gemas ketika menyaksikan Reed yang bingung mencari lokasi botol vitaminya, sementara Susan bisa dengan mudah membantunya menemukannya.
Sementara chemistry dari Ben, Johnny, dan Herbie (robot asisten Fantastic Four) bisa terlihat dari adegan-adegan keseharian. Seperti misalnya Johnny menyelupkan jarinya ke dalam panci untuk menyicip kuah spaghetti sungguh terasa penonton dibawa masuk ke dalam keseharian keluarga Fantastic Four. Tektokan Ebon Moss dan Joseph dalam berdialog mampu meyakinkan penonton bahwa mereka adalah sahabat rasa keluarga. Sungguh surealis melihat mereka berempat kemudian berdebat dan saling bantu ketika berada dalam pesawat antariksa yang melaju dalam wormhole, seakan mereka sedang piknik naik caravan.
Advertisement
3. Terasa Intim Sekaligus Megah
Kisah Fantastic Four benar-benar surealis ketika menabrakkan sesuatu yang dekat (kisah keluarga) dengan latar yang sangat futuristik (alien, sains, dan perjalanan luar angkasa). Jess Hall yang pernah bekerja dengan Matt Shackman paham betul akan kebutuhan itu sehingga ia bisa mengambil shot-shot yang terasa intim tapi juga grande. Ada dua adegan yang secara sinematografi digarap dengan sangat matang yakni ketika tim Fantastic Four pertama kali bertemu dengan sang Galactus dan tentunya di saat penentuan alias adegan pertempuran finalnya.
Matt dan Jess punya PR besar untuk menghadirkan adegan luar angkasa yang fantastis, terlebih ketika di era sekarang ketika penonton sudah sangat familiar dengan adegan-adegan semacam ini. Shot-shot luar angkasa di INTERSTELLAR dan GRAVITY saja misalnya, masih lekat di benak penonton. Belum lagi FF harus bisa melebihi ekspektasi fans yang sudah dipuaskan lewat INFINITY WAR dan ENDGAME. Lewat adegan pertemuan dengan Galactus, PR itu sudah terjawab sebagian.
Matt dan Jess juga diuntungkan dengan pilihan angle yang kaya karena sosok Galactus itu sendiri. Mereka memainkan top angle, low angle, dan banyak lagi angle yang makin membuat penonton merasakan seperti apa rasanya melawan sosok raksasa.
4. Extraterestrial VillainÂ
Last but not least, kualitas sebuah cerita sangat bergantung juga kepada treatment yang diberikan kepada sosok villainnya itu sendiri. Galactus dan Silver Surfer belum bisa semenancap Thanos atau Loki, tapi keduanya secara visual mampu memikat sebagai sosok "extraterestrial". Julia Gardner sebagai peselancar luar angkasa dengan ekspresinya yang non-human mampu membawakan kengeriannya ketika pertama kali datang ke Bumi dan mengabarkan tentang kiamat.
Sementara aura mengerikan Galactus hadir lewat detail visualnya yang sangat mekanik dan kosmik. Belum lagi ditunjang suara aktornya yang sangat berat dan mengintimidasi.
5. Rating Dari KapanLagi.com
FANTASTIC FOUR FIRST STEPS hadir sebagai langkah awal menjanjikan untuk MCU. Melanjutkan track yang sudah bagus sejak THE THUNDERBOLTS. Marvel Tidak lagi menjanjikan adegan aksi berhamburan CGI tapi lupa dengan kekuatan cerita mereka terletak pada sosok para superheronya. Di tangan Matt Shackman, FF hadir sebagai sebuah kisah superhero keluarga yang stylish, hangat, sekaligus padat menyajikan adegan aksi. Kalau kata The Thing, It's clobberin timeeee. Nilai 8/10 layak disematkan untuk FANTASTIC FOUR STEPS.
Akhir kata, bersiaplah untuk kejutan easter egg seputar Doctor Doom di film ini.
(Segera nikah! Clara Shinta dan Lxa posting foto pre-wedding tanpa bersentuhan.)
(kpl/dka)
Mahardi Eka Putra
Advertisement