Tak Lagi Dibilang So White, Oscar Kali Ini Penuh Keberagaman
Diperbarui: Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Oscar selama ini diterpa dengan berbagai kritik. Mulai dari kritik mengenai keberagaman, keterlibatan perempuan, hingga pelecehan seksual. Puncaknya tahun lalu saat Oscar dikritik dengan ‘#OscarSoWhite’. Nampaknya Oscar 2018 mulai menunjukkan perubahan atas kritik-kritik tersebut.

Kritik soal pelecehan seksual menjadi salah satu yang turut mengubah perhelatan di malam itu. Dimulai dari absennya Harvey Weinstein. Harvey Weinstein dilaporkan telah melakukan pelecehan seksual terhadap para seleb. Seperti yang dilansir dari bbc, beberapa seleb mengaku pernah dilecehkan oleh Weinstein, diantaranya Ashley Judd, Cara Delevingne, Zoe Brock, hingga aktris Perancis Lea Seydoux.
Tuduhan soal pelecehan seksual ini kemudian memunculkan aksi ‘#MeToo’ dan ‘Time’s Up’. Industri Hollywood telah didesak untuk melakukan pemeriksaan sekaligus pembelaan. Kedua aksi itu menjadi bahasan dalam Oscar malam itu melalui monolog Jimmy Kimmel serta kehadiran Ashley Judd, Annabella Sciorra dan Salma Hayek di panggung. Ketiga aktris tersebut memiliki pengalaman pahit bersama Weinstein.
Advertisement

Hayek mengakhiri speechnya dengan meminta lebih banyak ‘persamaan, keragaman, inklusi dan interseksi’ seperti yang dirayakan sepanjang malam itu. Mulai dari kehadiran proyek-proyek latin yang mewarnai nominasi (THE SHAPE OF WATER, COCO, dan A FANTASTIC WOMAN), kehadiran para artis transgender (aktris Daniela Vega dan dokumenter Yance Ford), hingga para seleb senior yang turut hadir: Eva Marie Saint, Rita Moreno serta penulis skenario James Ivory. Ivory sendiri bahkan menjadi pemenang Oscar tertua dalam sejarah. Ia memenangkan penghargaan untuk penulis naskah adaptasi terbaik.
Selanjutnya yakni perubahan atas kritik tentang minimnya apresiasi atas perempuan dalam industri Hollywood. Masuknya Greta Gerwig dalam nominasi sutradara terbaik menjadi bukti akan perubahan tersebut. Ya Greta Gerwig adalah sutradara perempuan kelima yang pernah masuk nominasi selama 90 tahun Oscar berkiprah. Sementara selama ini hanya satu sutradara perempuan yang pernah menjadi juara, yakni Kathryn Bigelow. Sama luar biasanya dengan masuknya Rachel Morrison dalam nominasi kategori sinematografi, atas karya indahnya dalam film MUDBOUND.

Yang terakhir, yakni perubahan atas kritik keberagaman. Kemenangan Jordan Pelee dalam kategori penulis original screenplay atas film GET OUT ini menjadi salah satu buktinya. Jordan Pelee adalah penulis berkulit hitam pertama yang jadi juara dalam kategori itu.
Ada juga Lee Unkrich, yang menerima penghargaan pada kategori animated feature film atas COCO. Kemenangan COCO adalah sebuah bentuk diversity. Unkrich menekankan pada ‘Representasi penting’ dalam pidatonya. Sementara kemenangan Guillermo del Toro sebagai sutradara terbaik menunjukkan bahwa mereka yang berdarah latin juga dapat berjaya di Oscar.
Keberagaman Oscar 2018 juga dinilai dari hadirnya para sineas dari generasi sebelumnya. Hal tersebut terbukti dengan kemenangan Roger Deakins atas BLADE RUNNER 2049, yang tahun ini menerima nominasi ke-14nya. Roger Deakins akhirnya menjadi juara di usia 68.
Disadur oleh Tantri D. Rahmawati dari The Washington Post.
(Rumah tangga Tasya Farasya sedang berada di ujung tanduk. Beauty vlogger itu resmi mengirimkan gugatan cerai pada suaminya.)
(kpl/mag)
Editor Kapanlagi.com
Advertisement