Kapanlagi.com - Menulis sketsa sosial yang berisi kritikan dan opini tentang peristiwa mutakhir di Indonesia bisa jadi adalah keahlian sang aktor teater Butet Kertaredjasa. Setelah mulai rajin menulis setiap minggunya di harian Suara Merdeka edisi Minggu sejak September tahun lalu, akhirnya Butet memutuskan untuk membukukan 54 artikelnya di dalam satu buku berjudul PRESIDEN GUYONAN.Ditemui dalam acara launching PRESIDEN GUYONAN di Graha Bhakti Budaya, Cikini, Jakarta Pusat, semalam (Rabu, 26/11), Butet mengaku tidak pernah mendapat protes akibat kritikannya yang cukup berani itu. "Ini adalah suatu refleksi bersama, kalau mereka nggak terima ya nggak apa-apa. Itu resiko orang yang mengritik," katanya.Namun walau tidak pernah mendapat protes, Butet ternyata pernah mendapatkan feedback dari janda Sophan Sophiaan, Widyawati yang mengaku keberatan dengan salah satu artikel Butet tentang kematian sang suami."Waktu saya menulis tentang almarhum Sophan Sophiaan, di situ Mbak Wid (Widyawati -red) kayaknya keberatan. Dia bilang kepada saya, 'Mas, itu saya ingin menjelaskan.' Trus saya bilang, 'Ya silahkan, nanti kita ketemu.' Tapi sebagai penulis saya tulus memberikan suatu penghormatan kepada almarhum Sophan Sophiaan."Butet menuturkan bahwa sebenarnya apa yang dimaksudkannya adalah mengritik pemerintah kenapa memberi fasilitas jalan raya yang buruk. Namun di saat yang sama, dia juga menyentil tradisi moge (motor gede) meskipun tak membantah bahwa dirinya mengagumi dan memuja almarhum Sophan Sophiaan."Di situ saya kasih judulnya Kebangkrutan Nasional karena dia meninggal saat memperingati Kebangkitan Nasional," tutur kakak kandung musisi kondang Indonesia, Jaduk Ferianto ini. Selain mengritik politisi dan pemerintah, dalam buku itu Butet juga mengritik rekan sesama senimannya, Roy Marten. Dia sangat menyayangkan kejadian itu karena membuat sang artis besar menjadi bagai keledai yang selalu terjatuh ke lubang yang sama (narkoba).