Mellissa Grace: Geng Selebriti itu Fenomena yang Wajar

Mellissa Grace: Geng Selebriti itu Fenomena yang Wajar Istimewa

Kapanlagi.com - Geng selebriti marak bermunculan belakang ini. Mulai Girlsquad, Geng Menteri Ceria, Geng Tempe, sampai Geng Mama Sederhana. Secara rutin setiap anggotanya mengunggah aktivitas bersama di media sosial. Tak jarang unggahan mereka, mulai dari foto bersama, pemotretan, aksi amal, atau sekadar kumpul menjadi topik pembicaraan pengguna media sosial.


Maraknya geng selebriti ini bukan sebuah tren baru. Dalam pandangan psikolog, Mellissa Grace, M. Psi., geng selebriti adalah fenomena wajar untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial.


Mellissa Grace, M.Psi., psikolog. Baginya geng selebriti adalah fenomena wajar. (Foto: Dokumentasi pribadi Mellissa Grace)Mellissa Grace, M.Psi., psikolog. Baginya geng selebriti adalah fenomena wajar. (Foto: Dokumentasi pribadi Mellissa Grace)

"Wajar jika manusia memiliki keinginan untuk berkumpul, bergabung dengan orang-orang yang dianggap punya kesamaan dengan mereka, termasuk selebriti dengan membentuk geng dan meng-share foto-foto. Itu adalah fenomena yang sangat wajar. Karena yang melakukan public figure, apapun yang dilakukan mereka memperoleh sorotan ekstra dibanding yang lain," jelas Mellissa saat dihubungi KapanLagi.com via telepon.


Anggota-anggota geng selebriti ini, jika diamati, juga memiliki kesamaan antara satu dengan lain. Ada yang memiliki profesi yang sama atau status sosial yang sama. Dengan membentuk geng bersama orang-orang yang punya kesamaan, mereka mendapat support emosional yang mereka butuhkan.


"Jadi geng atau arisan sosialita buat mereka sendiri yang paling pasti adalah mendapatkan emotional support bahwa nih saya nggak sendirian. Bila kemudian berkumpul dengan orang yang lebih populer atau tinggi kelas sosialnya, bagi beberapa orang itu adalah efek atau bonus yang juga mungkin meningkatkan konsep diri atau harga diri mereka terhadap diri mereka sendiri. Itu juga menimbulkan kebanggaan tersendiri ketika bisa terus mempertahankan atau memaintance kelompok sosial yang mereka dirikan bersama karena kedekatan atas kesamaan pekerjaan, kesamaan minat atau kesamaan kelas sosial," paparnya.


Girlsquad, salah satu geng selebriti. Salah satu ciri khas mereka adalah photoshoot berkonsep unik. (instagram.com/ramadhaniabakrie)Girlsquad, salah satu geng selebriti. Salah satu ciri khas mereka adalah photoshoot berkonsep unik. (instagram.com/ramadhaniabakrie)

Meski reaksi pengguna medsos beragam seputar geng selebriti ini, tak bisa dipungkiri bahwa mayoritas mendapat respon positif dari follower mereka. Respon positif tersebut lantas membuat mereka makin percaya diri dengan apa yang mereka lakukan.


"Kalau dalam psikologi terutama aliran behavioristik yang beranggapan bahwa semua perilaku yang mendapatkan reward akan diulang dikemudian hari. Kalau dengan memposting foto kegiatan mereka kemudian mendapat tanggapan positif ya perilaku itu akan cenderung diulang di kemudian hari," jelasnya.


Ambil contoh Girlsquad yang identik dengan pemotretan mereka yang berkonsep. Setiap hasil foto mereka selalu ditunggu. Beda lagi dengan Geng Menteri Ceria yang lebih menonjolkan obrolan mereka yang direkam dan diunggah di YouTube.


KHAWATIR MASYARAKAT MENIRU GENG SELEB?


Aktivitas geng selebriti selalu dinanti oleh follower mereka. Boleh dikatakan, status mereka sebagai selebriti membuat mereka lebih disorot oleh follower dan juga netizen. Jumlahnya tidak sedikit, dari belasan ribu sampai jutaan pengguna internet menyoroti mereka. Tak pelak hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa apa yang dilakukan geng selebriti bakal ditiru oleh netizen.


Dampak seperti ini dirasa wajar juga oleh Mellissa mengingat manusia punya kemampuan untuk belajar dari pengalaman orang lain. Dengan melihat apa yang dilakukan geng selebriti dan popularitas yang diperoleh, bisa jadi netizen turut melakukan hal yang sama.


"Masyarakat yang meniru mungkin juga sudah punya geng dari lama jadi bukan masalah niru nggak niru, tapi ada juga beberapa kalangan yang memang ingin menyamakan diri mereka dengan idola mereka. Lebih ke arah mereka ingin mendapatkan respon positif, yang kurang lebih sama dengan apa yang mereka pelajari dari perilaku orang lain atau idola mereka," terangnya.


Namun satu yang ditekankan Mellissa, bahwa proses meniru tersebut tidak boleh dipaksakan. "Misalnya sampai utang cuma untuk foto di tempat yang prestigious. Itu akan berdampak negatif buat mereka dan lingkungan sekitar," tegasnya.


Mellissa menyebutkan bahwa bisa jadi netizen mendapatkan dampak yang tidak diinginkan jika memaksakan diri meniru para selebriti tersebut.


"Bukan mendapatkan reward yang diinginkan, justru memperoleh komentar nyinyir dari orang-orang yang mengenal mereka secara pribadi dalam arti ini gaya hidupnya harusnya nggak kayak gini tapi kok memaksakan. Sesuatu yang berlebihan kan tidak baik efeknya. Kalau terlalu memaksakan harusnya tidak bisa tapi berusaha dibisain dan efeknya tidak baik," pungkasnya.


(Lagi-lagi bikin heboh! Setelah bucin-bucinan, sekarang Erika Carlina dan DJ Bravy resmi putus!)

(kpl/abs/dka)

Reporter:

Adi Abbas Nugroho

Rekomendasi
Trending