1. Nggak dapat dukungan dari orang terdekat

Vidio.com

Namun siapa sangka, lelaki yang sudah jadi kuli sejak 2008 ini ternyata miliki jalan yang nggak mulus. Setidaknya, ia sempat nggak dapat dukungan dari orang-orang terdekat. "Saya kan orangnya pendiem, jarang ngomong. Boro-boro ngomong di depan umum, ngomong sama orang baru aja suka susah. Jadi mereka kaget aja, sempet ngelarang ngapain sih ikut standup comedy," tukasnya saat dihubungi via telepon pada Jumat (14/9) lalu.

Nggak sampai di situ saja, Didi harus menghadapi rasa minder dan malunya sendiri. "Pertama saya dateng ke komunitas itu kan ngasih tau siapa saya. Mulai jujur ke satu orang, trus saya dapet nasehat-nasehat. Ternyata itu bisa dibahas dan untuk bisa jadi materi, kita harus ikhlas dulu nih. Dari proses ini ngga gampang. Saya udah nyoba, udah berani, tapi hati itu ngga segampang itu," tukas lelaki yang sering nonton Stand Upnya Gilang Bhaskara ini.

2. Ngebomb sudah jadi makanan sehari-hari

Vidio.com

Yup, memang nggak segampang itu. Didi bahkan mau turun saat mengakui dirinya kuli di atas panggung. "Pertama kali saya ngomong di panggung aja, 'Saya Didi saya kuli' rasanya pengen turun aja gitu. Kaya malunya ngga tahan. Karena proses aja. Saya coba terus, coba terus, akhirnya berani. Kuncinya beraniin aja. Karena ngga ada proses tertentu gimana caranya. Berani nyoba, tau-tau enak aja," jelasnya.

Setelah berhasil taklukkan rasa malu, ternyata jaminan lucu nggak lantas menghampirinya. Yup, Didi mengaku bahwa ngebomb sudah jadi makanan sehari-hari. "Ya sering itu mah. Udah jadi makanan komika. Tiap open mic di cafe itu udah sehari-hari. Ya ngebom (istilah) itu udah harus sih, untuk ngebangun mental itu ya dari ngebom. Kalo misalnya lucu terus ngga kebangun mentalnya. Gimana caranya bertahan, kita ngelawak di depan panggung tapi ngga diketawain kan itu ngga enak banget ya, dari situ lah pelajarannya," tukas Didi.

Lebih lanjut, menurut Didi satu-satunya cara menghadapi ngebomb ya cuma latihan. "Caranya ya dengan latihan, dengan jam terbang. Standup tuh karena ilmu praktek jadi ya di praktekan, jadi ngga ada teori khusus. Dicoba lagi dicoba lagi," tutup anak didik David Nurbianto ini.