Fear mengikuti perjalanan Rom bersama Bianca, Lou, Michael, Kim, Benny, Serena, dan Meg, sekelompok sahabat yang memutuskan menghabiskan akhir pekan di sebuah hotel tua dan terpencil demi merayakan ulang tahun Bianca. Rom dikenal sebagai penulis buku laris sekaligus motivator yang kerap bicara soal keberanian menghadapi ketakutan, sementara Bianca adalah tunangannya yang tampak antusias dengan kejutan liburan ini. Kehadiran Lou yang skeptis, pasangan Michael dan Kim dengan kegelisahan masing-masing, serta Benny, Serena, dan Meg melengkapi dinamika pertemanan yang sejak awal terasa hangat namun penuh potensi konflik.

Liburan yang awalnya diniatkan sebagai pelarian santai perlahan berubah menjadi eksperimen psikologis berbahaya. Saat mereka mulai menempati kamar-kamar hotel, Rom menginisiasi diskusi tentang rasa takut. Ia meyakini bahwa setiap orang dikendalikan oleh ketakutan personal, dan satu-satunya cara untuk bebas adalah dengan menghadapinya secara langsung. Di bawah suasana hotel yang sunyi dan penuh sejarah, satu per satu dari mereka mengungkap ketakutan terdalam, tanpa menyadari bahwa pengakuan itu seperti membuka pintu bagi sesuatu yang gelap.

Tak lama setelah sesi curhat tersebut, kejadian aneh mulai bermunculan. Bianca, yang menyimpan trauma terhadap air dan tenggelam, mulai melihat bayangan dan halusinasi terkait air yang terasa semakin nyata. Lou, yang sejak awal meragukan semua omongan soal supranatural, justru menjadi salah satu yang pertama diguncang oleh kehadiran entitas yang membuatnya mempertanyakan apa yang nyata dan apa yang hanya ilusi. Michael dan Kim pun tak luput, ketakutan personal mereka berubah menjadi teror visual dan psikologis yang terus menghantui.

Seiring malam berjalan, hotel tersebut terasa hidup dan memusuhi mereka. KLovers akan melihat bagaimana bangunan tua ini seolah memiliki kesadaran sendiri, memanfaatkan rasa takut para tamunya sebagai sumber kekuatan. Ikatan pertemanan yang sebelumnya solid mulai retak. Rasa saling percaya memudar, digantikan kecurigaan dan paranoia. Mereka mulai bertanya- tanya apakah ancaman terbesar datang dari entitas di hotel, atau justru dari diri mereka sendiri yang mulai kehilangan kendali.

Puncak cerita terjadi ketika teror semakin intens dan tak terbendung. Satu per satu, mereka dipaksa berhadapan dengan mimpi buruk paling personal, dalam bentuk yang brutal dan melelahkan secara mental. Rom, yang selama ini tampil sebagai figur paling percaya diri dan rasional, akhirnya ikut goyah. Prinsip-prinsip motivasi yang selama ini ia yakini diuji habis-habisan, membuktikan bahwa teori tentang keberanian tak selalu mudah diterapkan saat rasa takut mengambil alih segalanya.