Setelah berkutat sebagai produser atau penulis skenario beberapa judul horor, Guillermo Del Toro kembali memegang kendali utama di ranah yang membesarkan namanya. Sebagai pembeda, kali ini pria asal Mexico tersebut memberi sentuhan romansa yang kental dalam CRIMSON PEAK.Draf naskah CRIMSON PEAK sebenarnya sudah ditulis Del Toro pasca perilisan PAN'S LABYRINTH medio 2006 silam. Namun karena berbagai proyek, termasuk keikutsertaan mengembangkan trilogi THE HOBBIT, draf tersebut baru menemukan jalan setelah petinggi Legendary Pictures tertarik mengembangkannya.Bersetting tahun 1901, Edith Cushing (Mia Wasikowska) adalah putri semata wayang pengusaha kaya raya di Buffalo, New York. Hidup gadis itu berubah sejak ia bertemu dan menikah dengan Thomas Sharpe (Tom Hiddleston), pria Inggris misterius yang mengGemari karya tulis Edith.Setelah menikah Edith diboyong tinggal di Allerdale Hall, sebuah hunian mewah tempat Thomas dan kakak wanitanya, Lucille Sharpe (Jessica Chastain), tumbuh besar. Sayangnya di sana Edith tak pernah tidur tenang karena selalu diteror arwah wanita berlumuran darah.
Menilik dari sisi cerita dan karakterisasi tokoh-tokoh utamanya, sebenarnya CRIMSON PEAK tidak menyajikan sesuatu yang baru. Penonton akan dengan mudah mengikuti alur tertebak dari film yang diproklamirkan sebagai romance gothic alih-alih horor.Tapi ingat, ini karya seorang Guillermo Del Toro. Walau lemah di penceritaan, ia melepaskan seluruh tenaga pada visual yang cantik dari riset mendalam terkait busana abad 19 yang dikenakan para pemain hingga set lokasi. Terutama setting mansion Allerdale Hall yang dibangun di sebuah studio tiga lantai secara total dan mendetail sampai ke pernak-pernik furniturenya. Asal tahu saja, sang sutradara mengungkap bila set CRIMSON PEAK merupakan set terbaik dari semua film-filmnya.Kecantikan setting bersinergi dengan performa trio Wasikowska, Hiddleston dan Chastain. Meski kalau boleh jujur akting antagonis Chastain, terutama 30 menit sebelum film berakhir, lebih menarik perhatian dibanding dua koleganya yang bermain aman.Bagi yang rindu dark fantasy ala Del Toro, sangat sayang untuk melewatkan film satu ini. Terutama bagi kamu yang ingin menambah perbendaharaan film-film sejenis setelah REBECCA (1940) karya maestro Alfred Hitchcock atau filmografi Mario Bava yang lekat dengan unsur gothic.Â