Kisah Inspiratif Animasi Wayang 'Desa Timun', Karya Lokal yang Kini Mendunia

Penulis: Nola Agita Putri

Diterbitkan:

Kisah Inspiratif Animasi Wayang 'Desa Timun', Karya Lokal yang Kini Mendunia
Kisah menginspirasi karya lokal aniwayang Desa Timun. Source: instagram/daudnugraha.rt & instagram/desatimun

Kapanlagi.com - Tak disangka, wayang kulit, sebagai warisan budaya Indonesia yang sangat kaya, mampu menarik perhatian generasi muda. Salah satu contoh nyata adalah animasi wayang Desa Timun, sebuah karya lokal yang berhasil melampaui batas usia dan budaya.

Menariknya, di balik keberhasilan animasi Desa Timun, ada sosok Daud Nugraha yang berhasil menciptakan karya animasi yang unik. Pendidikan yang dijalani di FSRD ITB menjadi titik balik yang memungkinkannya menggabungkan wayang dengan dunia animasi.

Selain itu, melalui animasi Desa Timun, Daud juga mulai memperkenalkan budaya Indonesia ke panggung internasional, sekaligus membuka peluang baru bagi seni tradisional untuk berkembang dan dinikmati oleh generasi muda. Beruntung, KapanLagi dapat kesempatan untuk ngobrol langsung dengan Daud Nugraha dalam sebuah sesi interview eksklusif. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini..

1. Hasil Cinta pada Wayang Kulit

Daud Nugraha mengungkapkan bahwa Desa Timun dimulai dari perkenalan orang tuanya terhadap wayang kulit sebagai bagian dari budaya lokal. Kecintaan yang mendalam terhadap seni tradisional ini pun tumbuh, sehingga ia sempat memiliki impian untuk menjadi dalang, meskipun hanya bermain wayang dengan alat yang sederhana.

"Dari kecil orang tua saya sudah memperkenalkan saya dengan wayang kulit. Jadi, memang sudah senang sejak kecil, dan saya suka sekali memainkannya. Ya, sejak kecil memang sempat cita-cita pengen jadi dalang, walaupun tidak pernah dibelikan gedebok pisang," ujar Daud.

Di lain sisi, ia juga pernah terpengaruh oleh gaya ilustrasi Jepang. Namun, ia menerima nasihat untuk selalu menghargai warisan budaya Indonesia. Hal ini kembali menyalakan kecintaannya pada wayang kulit dan mendorongnya untuk lebih mendalami seni tradisional tersebut. Akhirnya, ia berhasil menciptakan karya inovatif yang menggabungkan animasi modern dan wayang kulit, yang kemudian dikenal dengan nama aniwayang.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Go International

Tidak hanya berhasil menarik minat penonton di dalam negeri, animasi Desa Timun kini juga mampu menembus pasar internasional, termasuk Jepang dan India. Di Jepang, animasi ini sukses memikat hati penonton, khususnya anak-anak, berkat proses dubbing langsung ke dalam bahasa Jepang. Dalam proses tersebut, peran seiyuu atau pengisi suara diputar untuk memberikan pengalaman baru bagi penonton.

Sementara itu, momen tak terlupakan juga terjadi saat pemutaran perdana Desa Timun di Jaipur International Film Festival, India. Auditorium sekolah yang dipenuhi ribuan anak-anak menjadi saksi antusiasme luar biasa yang mereka tunjukkan saat menyaksikan pertunjukan wayang ini. Pesona wayang animasi tersebut begitu memikat, sehingga para siswa dengan semangat mendekati para pembuat film untuk berjabat tangan dan meminta tanda tangan sebagai bentuk apresiasi.

Dengan demikian, hal ini membuktikan bahwa keberhasilan Desa Timun di tingkat internasional menunjukkan bahwa karya ini tetap memiliki daya tarik tersendiri, dan mampu mengundang perhatian penonton dari berbagai kalangan generasi muda di seluruh dunia.

3. Fokus Animasi Desa Timun

Daud Nugraha menjelaskan bahwa setelah sukses dengan animasi wayang Desa Timun, ia akan melanjutkan serial Ijo dan Mas yang diadaptasi dari cerita rakyat. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan kembali cerita rakyat Indonesia agar lebih relevan dengan kehidupan masa kini.

Namun, untuk saat ini Daud akan tetap memfokuskan perhatian pada pengembangan Desa Timun sebagai Intellectual Property (IP) baru di Indonesia, karena animasi tersebut masih tergolong baru dan sedang dalam tahap perkembangan. Menurutnya, memiliki IP ibarat merawat anak yang perlu perhatian agar bisa tumbuh dan dikenal luas.

"Saya memfokuskan kepada Desa Timun dulu karena Desa Timun kan sebuah IP yang masih baru, dan industri IP di Indonesia juga masih berkembang. Jadi, punya IP itu sama kayak punya anak, punya anak yang harus kita nurture, harus kita rawat, kita kasih makan, kita besarkan, kita kenalkan ke teman-teman, sampai akhirnya dia besar dan bisa sukses sendiri," ujar Daud dalam sesi wawancaranya dengan KapanLagi.com.

Meskipun ada rencana untuk mengembangkan IP baru di masa depan, namun Daud menegaskan bahwa fokus utamanya saat ini adalah pada Desa Timun. Ini penting agar ketika IP baru tersebut diluncurkan, pengenalan terhadap Desa Timun sudah kuat, sehingga mempermudah pengenalan IP baru lainnya. Dengan demikian, perjalanan panjang Desa Timun diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam kemajuan industri IP di Indonesia.

KLovers, apa tanggapanmu mengenai inspirasi kebudayaan ini? Tulis komentarmu di bawah, ya. Pastikan untuk terus mengikuti berita terkini dari KapanLagi. Karena kalau bukan sekarang, KapanLagi?

(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)

Rekomendasi
Trending