10 Film Korea Berdasarkan Kisah Nyata, Dari Genre Action hingga Drama Menyedihkan

Penulis: Annisa Rafifah

Diterbitkan:

10 Film Korea Berdasarkan Kisah Nyata, Dari Genre Action hingga Drama Menyedihkan
Silenced, Hope, Miracle In Cell No. 7 (mydramalist)

Kapanlagi.com - Fakta dan emosi bertemu di layar lebar Korea Selatan. Industri perfilman Korea tak hanya dikenal lewat dramanya yang menyentuh, tetapi juga melalui film-film berdasarkan kisah nyata yang mengguncang dan menginspirasi.

Dari kisah kelam kejahatan kemanusiaan hingga potret kepahlawanan sehari-hari, film-film ini menyuguhkan cerita dengan kedalaman emosi. Mereka menghadirkan kekuatan narasi yang mampu menyentuh nurani penonton.

Artikel ini mengulas film Korea terbaik yang diangkat dari kisah nyata, memperkenalkan kembali tragedi dan pahlawan yang sempat terlupakan. Lebih dari sekadar hiburan, film-film ini menunjukkan bahwa seni bisa memicu reformasi sosial dan keadilan sejarah. KapanLagi.com telah merangkum dari berbagai sumber, pada Sabtu (21/06/2025).

1. Silenced: Film Korea yang Mengubah Hukum di Dunia Nyata

Silenced adalah film drama Korea Selatan tahun 2011 yang diangkat dari novel The Crucible karya Gong Ji-young berdasarkan kisah nyata. Film ini mengikuti kisah Kang In-ho, seorang guru seni yang baru pindah ke sekolah khusus tunarungu di kota kecil bernama Gwangju.

Film ini membuka luka lama dari kasus pelecehan seksual anak-anak tunarungu di Gwangju Inhwa School. Dibintangi Gong Yoo, Silenced mendorong lahirnya "Undang-Undang Dogani", menghapus kadaluarsa hukum terhadap kejahatan seksual terhadap anak dan penyandang disabilitas.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Memories of Murder: Thriller Korea dari Kasus Nyata yang Lama Tak Terpecahkan

Memories of Murder (2003), disutradarai oleh Bong Joon-ho, diangkat dari kasus nyata pembunuhan berantai Hwaseong—salah satu kasus kriminal paling mengerikan di Korea Selatan yang terjadi antara tahun 1986 hingga 1991. Identitas pelaku asli, Lee Choon-jae, baru terungkap lebih dari satu dekade setelah filmnya dirilis.

Film ini mengikuti dua detektif dengan pendekatan sangat berbeda yang berjuang untuk memecahkan serangkaian pembunuhan brutal terhadap perempuan, di tengah tekanan sosial dan keterbatasan teknologi forensik era 80-an.

Ketegangan meningkat seiring frustrasi dan kegagalan demi kegagalan dalam menemukan pelaku. Identitas si pembunuh tetap menjadi misteri dalam film, mencerminkan kenyataan pahit bahwa kasus ini tidak terpecahkan hingga lebih dari tiga dekade kemudian—baru pada tahun 2019, pelakunya, Lee Choon-jae, diidentifikasi melalui DNA.

3. The Chaser: Serial Killer Korea yang Menginspirasi Teror Sinematik

The Chaser (2008), disutradarai oleh Na Hong-jin, terinspirasi dari kasus nyata pembunuh berantai Yoo Young-chul, yang membunuh lebih dari 20 orang di awal 2000-an. Film ini mengikuti Eom Joong-ho, seorang mantan detektif yang kini menjadi mucikari, dan mendapati bahwa beberapa wanita yang bekerja untuknya menghilang secara misterius.

Film ini menggambarkan kritik tajam terhadap inefisiensi dan lambannya sistem hukum, serta ketegangan psikologis yang tak memberi ruang bernapas bagi penonton. The Chaser memadukan realisme brutal dengan narasi yang mengguncang, menciptakan salah satu film kriminal Korea yang paling dikenang secara internasional.

4. The Last Princess: Tragedi Kerajaan Korea yang Terlupakan

The Last Princess (2016), disutradarai oleh Hur Jin-ho dan dibintangi oleh Son Ye-jin, mengisahkan kehidupan nyata Putri Deokhye, putri terakhir dari Dinasti Joseon yang terlupakan oleh sejarah.

Melalui akting emosional Son Ye-jin, film ini menghidupkan kembali kisah Putri Deokhye yang dipaksa tinggal di Jepang dan kehilangan segalanya selama masa penjajahan. Ini adalah potret pilu dari sejarah yang pernah dihapus.

5. A Taxi Driver: Pahlawan Gwangju yang Tak Pernah Ingin Terkenal

A Taxi Driver (2017), disutradarai oleh Jang Hoon dan dibintangi oleh Song Kang-ho, diangkat dari kisah nyata tentang Kim Man-seob, seorang sopir taksi Seoul yang secara tak sengaja terlibat dalam misi bersejarah. Ia ditugaskan mengantar Jürgen Hinzpeter, seorang jurnalis asal Jerman, ke kota Gwangju saat terjadi pemberontakan pro-demokrasi tahun 1980.

Film ini menjadi saksi keberanian sipil dalam mengungkap kebrutalan militer saat Pemberontakan Gwangju 1980. A Taxi Driver adalah penghormatan bagi keberanian orang biasa yang memilih berdiri di sisi kebenaran, serta menjadi pengingat pentingnya kebebasan pers dalam mengungkap kebenaran.

6. 71: Into the Fire – Ketika Pelajar Menjadi Patriot

71: Into the Fire (2010), disutradarai oleh John H. Lee, mengangkat kisah nyata 71 siswa tentara muda Korea Selatan yang berjuang mempertahankan Sekolah Menengah Putri Pohang dari serangan pasukan Korea Utara selama Perang Korea pada Juni 1950.

Film ini menggambarkan kepahlawanan anak muda di garis depan Perang Korea. Meski dramatisasi ditambahkan, kisah nyatanya tetap menginspirasi. Dengan visual pertempuran yang intens dan emosi yang menggetarkan, 71: Into the Fire adalah penghormatan terhadap pengorbanan mereka yang hampir terlupakan oleh sejarah.

7. HOPE: Luka Seorang Anak dan Kekuatan Keluarga dalam Menghadapi Trauma

HOPE (2013), disutradarai oleh Lee Joon‑ik, diangkat dari kisah nyata kasus Cho Doo‑soon yang terjadi pada Desember 2008. Mengisahkan seorang pelaku berusia 57 tahun memperkosa dan melukai parah anak perempuan berusia 8 tahun bernama "Na‑young" (Im So‑won dalam film) di toilet umum dekat sekolahnya

HOPE mengangkat dampak psikologis sebuah tragedi pemerkosaan terhadap korban anak dan keluarganya. Mengambil sudut pandang penuh harapan meski diliputi duka, HOPE menggambarkan bagaimana keluarga, komunitas, dan sistem kesehatan mental bersinergi untuk mendukung penyembuhan So‑won.

8. Miracle in Cell No. 7: Ketidakadilan Hukum dan Harapan dari Balik Jeruji

Miracle in Cell No. 7 (2013), disutradarai oleh Lee Hwan-kyung, adalah film drama keluarga Korea Selatan yang terinspirasi dari kasus nyata pengakuan palsu yang menjerat seorang pria penyandang disabilitas mental.

Meski bernuansa ringan dan menghangatkan hati, film ini berakar pada tragedi salah hukum yang menimpa pria dengan disabilitas mental. Isu reformasi peradilan pidana menjadi gaung kuat di balik narasi emosionalnya. Tak hanya menguras emosi, Miracle in Cell No. 7 juga menyampaikan pesan mendalam tentang cinta tanpa syarat antara ayah dan anak.

9. May 18: Potret Kepedihan Gwangju dalam Skala Kemanusiaan

May 18 disutradarai oleh Kim Ji‑hoon, menggambarkan peristiwa nyata Pemberontakan Gwangju dari 18 hingga 27 Mei 1980, ketika warga sipil—khususnya mahasiswa—berdiri melawan tindakan militer yang menindas di bawah pemerintahan militer Chun Doo‑hwan.

Film ini adalah ode untuk para korban Gwangju Uprising. Tanpa menggurui, May 18 menyuguhkan pergolakan batin masyarakat sipil yang berdiri melawan tirani.

10. The Attorney: Ketika Pengacara Biasa Menjadi Pembela Demokrasi

The Attorney, disutradarai oleh Yang Woo-seok, terinspirasi dari kisah nyata Roh Moo-hyun, mantan Presiden Korea Selatan yang memulai kariernya sebagai pengacara pajak dan kemudian dikenal karena membela hak asasi manusia. Film ini mengangkat Kasus Burim tahun 1981, di mana 22 mahasiswa, guru, dan pekerja kantoran ditangkap secara tidak sah oleh pemerintah militer atas tuduhan aktivitas pro-komunis.

The Attorney adalah drama hukum yang kuat dan emosional, menyoroti pentingnya keadilan, keberanian moral, dan suara individu dalam melawan sistem represif. Film ini tidak hanya menggugah hati, tapi juga merekam momen penting dalam perjuangan demokrasi Korea Selatan.

(kpl/anf)

Reporter:

Annisa Rafifah

Rekomendasi
Trending