Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso
Crime Documentary

Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso

2023 86 menit TV-MA
6.5/10
Rating 5.9/10
Sutradara
Rob Sixsmith
Penulis Skenario
Rob Sixsmith
Studio
Beach House Pictures

Dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso membuka kembali kisah tragis kasus kopi sianida yang mengguncang Indonesia pada Januari 2016. Ceritanya dimulai dengan reuni kecil antara Jessica Kumala Wongso dan sahabat lamanya, Wayan Mirna Salihin, di sebuah kafe di Grand Indonesia Mall, Jakarta. Jessica datang lebih dulu dan memesan es kopi Vietnam untuk dirinya dan Mirna, sementara suasana obrolan teman-teman lama tampak hangat dan penuh nostalgia. Tapi momen bahagia itu berubah mencekam ketika Mirna meneguk kopinya, tak lama kemudian dia tiba-tiba kejang, mulutnya berbusa, kemudian pingsan, dan akhirnya meninggal dunia di rumah sakit.

Dalam dokumenter ini, sutradara Rob Sixsmith menyajikan sudut pandang dari banyak pihak: dari ayah Mirna, Edi Darmawan, yang dengan tegas menuduh Jessica sebagai pelaku pembunuhan; saudara kembar Mirna, Sandy Salihin; hingga pengacara Jessica, Otto Hasibuan, barista dan manajer Kafe Olivier; serta saksi ahli yang terlibat saat persidangan. Selain itu, ada rekaman CCTV dari kafe, cuplikan liputan persidangan, dan wawancara eksklusif dengan Jessica Wongso sendiri selama di penjara, yang makin membuka lapisan kisah tersebut: bukan hanya soal fakta pengadilan, tetapi juga perasaan, trauma, dan interpretasi ulang terhadap peristiwa itu.

Dokumenter ini nggak hanya mengulas kronologi kematian Mirna, tetapi juga mempertanyakan beberapa aspek bukti forensik serta legalitas proses hukum yang pernah dilakukan. Ada diskusi soal seberapa kuat bukti sianida, bagaimana forensik bekerja, dan apakah sistem peradilan Indonesia saat itu benar-benar adil dalam menangani kasus kontroversial ini. Penayangan dokumenter ini di Netflix berhasil membangkitkan kembali perdebatan publik, bukan sekadar nostalgia kasus lama, tetapi refleksi tentang keadilan, persepsi, dan keraguan yang mungkin masih terus melekat.

Satu fakta menarik: dokumenter ini disutradarai oleh Rob Sixsmith, sosok yang sebelumnya sudah punya nama di dunia dokumenter internasional dan punya pengalaman meliput banyak kisah faktual. Ia berhasil menembus tembok penjara untuk wawancara langsung dengan Jessica, yang menjadi bagian penting dari narasi. Keberadaan wawancara eksklusif ini terasa sangat penting karena membuka 'suara Jessica' yang selama ini tersudutkan publik.

Film dokumenter ini diproduksi oleh Beach House Pictures, dan diedarkan oleh Netflix, yang membuat jangkauannya sangat luas. Durasi dokumenternya sekitar 86 menit, cukup padat untuk mengulas bagaimana tragedi di meja kopi bisa jadi bahan penyelidikan, konflik hukum, dan drama emosional antar keluarga dan pihak pengacara.

Salah satu elemen paling menohok di dokumenter ini adalah wawancara dengan tokoh-tokoh sentral di kasus, seperti ayah Mirna, Edi Darmawan, yang menyatakan keyakinannya bahwa Jessica benar-benar bertanggung jawab. Ada juga pengacara Jessica, Otto Hasibuan, yang memberikan sudut pandang pembelaan sekaligus kritik terhadap proses persidangan. Kehadiran barista dan manajer Kafe Olivier menambah lapisan 'dari lapangan': bagaimana karyawan kafe itu menyaksikan kejadian aneh di meja kopi, serta keberadaan rekaman CCTV yang menjadi salah satu bukti penting.

Dalam dokumenter ini, forensik juga mendapat sorotan mendalam. Tim pembuat film mengangkat kembali hasil tes racun sianida, dan narasumber ahli mendiskusikan seberapa banyak sianida yang ditemukan, serta apakah bukti tersebut benar-benar cukup kuat untuk menjatuhkan vonis. Ada narasi baru yang ditawarkan: bahwa beberapa elemen dalam pengadilan mungkin belum sepenuhnya jelas atau bisa dipertanyakan ulang.

Meski ini dokumenter kriminal serius, ada sisi sangat manusiawi dan emosional: buku harian Jessica pernah ditampilkan, di mana dia menumpahkan perasaan frustasi, keputusasaan, dan rasa tidak dimengerti. Ruang emosional ini menjadi kunci supaya penonton tidak hanya melihat Jessica sebagai 'tersangka pembunuh', tapi juga sebagai manusia yang mengalami tekanan besar, trauma, dan keraguannya sendiri.

Tayangan Ice Cold sempat memicu reaksi publik yang sangat kuat. Ada yang merasa dokumenter ini membuka fakta-fakta baru dan memberi sudut pandang yang lebih adil, tetapi ada juga kritik keras: Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) sampai mengingatkan penonton bahwa film dokumenter bukanlah fakta absolut, melainkan interpretasi dari pembuatnya. Hal ini menimbulkan diskusi besar soal tanggung jawab pembuat film dalam menampilkan kasus nyata.

Menurut sejumlah laporan, trailer dokumenter ini mendapat perhatian luar biasa di media sosial dan platform streaming. Ada puluhan juta penonton yang menonton cuplikan trailer, menunjukkan betapa besarnya rasa penasaran masyarakat terhadap kasus kopi sianida yang sempat jadi sorotan nasional.

Sisi teknis produksi pun menarik: karena ini film dokumenter, kru harus bekerja dengan arsip lama (rekaman CCTV, klip berita, dokumen sidang) sekaligus mewawancara sejumlah narasumber yang sebelumnya sulit dijangkau. Tantangan besar seperti izin wawancara di penjara, mengakses data persidangan, hingga melakukan riset forensik membuat proses produksi dokumenter ini bukan pekerjaan ringan.

Lebih jauh, dokumenter ini juga dianggap sebagai kritik tak langsung terhadap sistem peradilan pidana di Indonesia. Beberapa narasumber di dalam film menyebut bahwa kasus Jessica Wongso bisa jadi cermin kegagalan prosedur hukum: bagaimana bukti dikumpulkan, bagaimana persidangan dipublikasikan, dan bagaimana opini publik terbentuk sangat cepat di media massa dan online.

Dale Self
Fristian Griec Self
Otto Hasibuan Self
Jaja Self
Timothy Marbun Self
Edi Darmawan Salihin Self
Made Sandy Salihin Self
Erin Nicole Lundquist Jessica Wongso

Jadwal Film