Karya Apichatpong Weerasethakul Masuk Nominasi Festival Cannes
Kapanlagi.com - Sutradara perfilman Thailand, Apichatpong Weerasethakul (34), mengatakan ia sangat terkejut demi dikabari film arahannya, Tropical Malady, masuk kompetisi untuk meraih anugrah tertinggi Palme d'Or pada Festival Cannes 2004. Pasalnya, ia menganggap filmnya terlalu "sederhana," demikian dikutip dari AFP (Agence France Presse).
"Film ini sangat sederhana sehingga sebenarnya bukan film untuk kelas festival, yang biasanya harus punya nilai dramatis," jelas sutradara yang merupakan peserta pertama asal Thailand untuk kompetisi resmi festival Cannes ke-57 ini.
"Saya agak terkejut karena tak banyak yang terjadi (dalam film ini) dan sebenarnya saya ingin mengetahui reaksi orang lain," kata Apichatpong sebelum terbang pada akhir pekan lalu ke Prancis. Festival berlangsung dari Rabu (12/5) hingga Minggu (23/5).
Sang sutradara muda senang mengikuti rangkaian acara bersama para sineas terkemuka seperti Wong Kar-wai, Coen Bersaudara dan sutradara dokumenter Michael Moore di festival Cannes ke-2004. Tetapi Apichatpong menekankan bahwa film arahannya, yang adalah salah satu dari beberapa film Asia di festival Cannes tahun ini, tak akan mengikuti alur kebanyakan film drama.
Advertisement
"Tropical Malady sebenarnya adalah dua kisah terpisah yang digabung bersama," kata Apichatpong, yang minta dipanggil Joe dan rambutnya yang cepak dengan gaya penampilan casual membuat dirinya tampak seperti ABG saja.
Kedua film terbelah ini "adalah sangat berbeda gayanya, berbeda warna, berbeda tempat," katanya. Tetapi para penonton akan masih bisa mengaitkan segala poinnya.
Dengan film terbaru arahannya, Apichatpong mengatakan ia telah menyampaikan suatu karya mencari diri sendiri. "Ada banyak kiasan dalam film ini tentang hubungan antara sesama jenis dan kebingungan mencari jati diri," katanya.
"Sungguh tak terduga, film ini memiliki struktur klasik dan semi-eksperimental," tambahnya. Yang jelas film Tropical Malady bukan untuk semua orang, tetapi dengan masuk kompetisi festival Cannes 2004, film ini pasti disambut para penonton lebih luas daripada yang diantisipasi Apichatpong.
Film Tropical Malady menampilkan para aktor amatir dan menghabiskan bujet sekitar US$ 1 juta. Diproduksi perusahaan independen Anna Sanders Films dari Prancis, bantuan dana pemerintah Prancis serta bantuan pribadi dari Italia dan Jerman.
Apichatpong, yang berasal dari pedesaan di timur laut Thailand, mengatakan ia merasa sangat tersanjung bisa mewakili Thailand untuk meraih Palme d'Or yang selevel dengan Oscar dari Amerika Serikat.
"Cannes terasa menakutkan. Saya tak menyukai kerumunan orang," aku Apichatgong, "Bahkan berada di toserba menakutkanku," tambahnya.
Ia mengatakan bahwa banyak faktor melawan dalam kompetisi festival Cannes 2004. "Saya rasa saya bisa meraih Palme d'Or, film saya terlalu pribadi," ujarnya, "Tapi Tropical Malady hanya mewakili diriku, bukan Thailand," tambahnya buru-buru.
Tetapi ia merasa tekanan kuat oleh harapan negaranya yang beberapa tahun belakangan telah menghasilkan beberapa film seni yang diperhatikan pasar internasional. Bahkan pasar mengharapkan lebih dari sesuatu yang eksotis semata.
"Banyak orang takkan bangga dengan film kecil ini, yang tak sempurna secara teknis, dan kisahnya tak ada apa-apanya!" katanya rendah hati.
Ia optimis tentang masa depan perfilman negaranya, dengan munculnya generasi baru para sutradara muda. Termasuk di antaranya Penek Ratanuaruang (lewat film Mon Rak Transistor) dan Pimpaka Towira (One Night Husband), yang orisinil dan telah mulai meraih berbagai anugrah pada festival film internasional.
"Kami mulai mendengarkan pandangan lebih pribadi," kata Apichatgong. "Kami telah membuka diri beberapa tahun belakangan dan saya yakin kami akan berlanjut lebih sukses," tambahnya.
(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)
(dst/erl)
Advertisement
-
Teen - Lifestyle Gadget Smartwatch Kece Buat Gen Z yang Stylish, Fungsional, dan Nggak Bikin Kantong Kaget
