Wawancara Bareng Hestu Saputra Tentang 'CINTA TAPI BEDA'

Penulis: Adi Abbas Nugroho

Diterbitkan:

Wawancara Bareng Hestu Saputra Tentang 'CINTA TAPI BEDA'
Foto: Agus Apriyanto @KapanLagi.com®

Kapanlagi.com - Hestu Saputra akhirnya angkat bicara secara langsung untuk menjawab kontroversi dan perdebatan yang muncul akibat filmnya CINTA TAPI BEDA.
Ditemui usai menggelar person di FX Mall, Senayan, Selasa (8/1), Hestu menggambarkan kegelisahan juga keikhlasannya atas tanggapan yang muncul dari film terbarunya.
Sebagai sutradara, Hestu tak melarikan diri ketika filmnya mendapat hujatan. Bahkan, hingga film itu dilaporkan melecehkan masyarakat Minang. Simak wawancara KapanLagi.com® berikut ini.

1. 'CINTA TAPI BEDA' serta Kepentingan Produser dan Sineas Film

'CINTA TAPI BEDA' serta Kepentingan Produser dan Sineas Film

"Kita perlu mengklarifikasi. Karena sebenarnya kepentingan PH maupun saya, sendiri-sendiri. Saya pengin bikin karya film. Multivision sebagai PH butuh berbisnis.

Kepentingan-kepentingan itu bukan mengarah SARA ataupun membuat kebencian. Bagaimanapun dari PH pengin penontonnya banyak dan untung. Kalau dari saya ya buat apa bikin film kalau nggak ditonton, harapan saya tentu banyak penonton juga agar banyak yang bisa nikmati film saya."

(Kondisi Fahmi Bo makin mengkhawatirkan, kini kakinya mengalami sebuah masalah hingga tak bisa digerakkan.)

2. Tentang Tuduhan SARA?

Tentang Tuduhan SARA?

"Mereka itu ngambil bagian mana bahwa itu isu SARA? Mereka langsung melapor tanpa diskusi. Padahal sebelumnya kita juga ada sneak preview. Kemarin terakhir nonton sama Habib juga ada diskusi. Ini nggak ada salahnya temen-teman dari Minang kalau mau diskusi.  Tapi tiba-tiba melaporkan kita."

3. Bagaimana Dengan Proses di Lembaga Sensor Film?

Bagaimana Dengan Proses di Lembaga Sensor Film?

"Nggak ada adegan dipotong sama sekali. Dari LSF juga tidak ada catatan. Lulus sensor 100%."

4. Soal Minang dan Agama Katolik?

Soal Minang dan Agama Katolik?

"Pertama yang harus dibawahi saya tidak menampilkan suku atau etnis Minang. Memang saya menampilkan Diana tinggal di Padang, pulang di Padang. Di Padang memang identik dengan muslim, dengan kebudayaan Minang. Tapi ketika saya di sana saya menemukan ada gereja, ada vihara, ada pecinan.

Di Padang juga ada kerukunan beragama. Nggak masalah. Kita buat cerita pasti lewat survey dan riset langsung di Padang. Kebhineka tunggal ekaan di Indonesia itu memang ada."

5. Soal Daging Babi Rica-Rica

Soal Daging Babi Rica-Rica

"Di situ sebenarnya saya mau menciptakan toleransi dan menghormati. Stella yang muslim, suaminya yang Katolik, mereka diberi sajian yang berbeda dengan alat masak dan makan yang berbeda. Realitanya kerukunan keberagaman di Indonesia itu masih ada."

6. Film Diturunkan Dari Peredaran?

Film Diturunkan Dari Peredaran?

"Kalau saya, bagaimana sutradara bikin karya pengin ditonton sebanyak-banyaknya orang. Bahkan juga berprestasi. Tapi kalau film ini menimbulkan konflik kalau diturunin ya gak masalah. Jangan sampai ada korban atau kerusuhan gara-gara film ini. Cuma saya tidak berwenang untuk menurunkan,

Beresiko bukan apa yang muncul sekarang, kita sudah hati-hati sekali tidak mau ada yang terluka. Ternyata masih ada saja yang terluka. Tapi saya menghargai pemikiran setiap orang berbeda-beda. Satu gambar atau lukisan itu."

7. Nggak Ada Complain Langsung?

Nggak Ada Complain Langsung?

"Complain langsung tidak ada. Kalau saya baca review-review itu saya kesulitan menjelaskan langsung karena ada yang salah menuliskan gadis Minang. Padahal bukan, itu gadis yang tinggal di Padang saja. Di adegan juga dijelaskan lewat om Roy. Mana saya menampilkan aksesoris Minang? Tidak ada."

8. Mendatangi Polda Memberi Penjelasan?

Mendatangi Polda Memberi Penjelasan?

"Itu dari pihak Multivision yang akan menanggapi laporan. Kalau saya pribadi ngapain ke situ-situ. Apapun bisa saya jelaskan biar nggak ada kebencian. Tapi karena mereka langsung menutup ruang mediasi ya saya kaget. Ini juga yang membuat klarifikasi pihak Multivision."

9. Ada Pembelajaran Tersendiri?

Ada Pembelajaran Tersendiri?

"Oh ya, ketika saya bikin film pertama PENGEJAR ANGIN itu nggak ada kasus cuma memang ada kekuarangan. Di sini saya harus berhadapan dengan tokoh-tokoh untuk berdiskusi. Ini lebih ke beban moral ketika mereka punya salah pengertian jadi beban moral. Apalagi sampai ke media itu jadi isu nasional."

10. Apakah Kontrovers Untuk Kepentingan Promo?

Apakah Kontrovers Untuk Kepentingan Promo?

"Pasti ada suara sumbang yang mengatakan manajeman konflik untuk promo. Siapa yang mau dengan urusan hukum? Kalau itu jadi kontroversi dan menyebabkan masyarakat konflik saya ikhlas diturunin. Saya ikhlas itu kan sudah jadi jawaban seharusnya."

11. Sejak Kontroversi Ada Kenaikan Penonton?

Sejak Kontroversi Ada Kenaikan Penonton?

"Nggak ada, rata. Penonton-penonton saya menilai mereka mendapatkan pesan dari percintaan beda agama. Terakhir kemarin 180 ribu. Itu memang sudah lumayan tapi jauh dari target."

12. Kapok Bikin Film?

Kapok Bikin Film?

"Nggak kapok, malah bikin lagi-bikin lagi. Ke depan sedang mengerjakan film SOEKARNO dengan mas Hanung. Ini bukan trauma, tapi beban moral. Masak saya gara-gara film ini saya kehilangan teman dan saudara. "

13. Nggak Ada Niat Menyakiti?

Nggak Ada Niat Menyakiti?

"Buat apa film kalau gak ditonton. Buat apa juga saya menyakiti saudara-saudara di Minang. Banyak temen saya yang dari Minang. Saya jelas nggak mau kehilangan temen saudara karena kebencian yang timbul akibat film ini."

(Tom Holland alami gegar otak ringan saat lakukan syuting SPIDER-MAN: BRAND NEW DAY.)

(kpl/uji/abs)

Reporter:

puji puput

Rekomendasi
Trending