Bukan Horor Biasa, 'THE LIFE OF CHUCK' Tawarkan Kisah Emosional dari Pikiran Stephen King

Penulis: Ruth Anastasia

Diterbitkan:

Bukan Horor Biasa, 'THE LIFE OF CHUCK' Tawarkan Kisah Emosional dari Pikiran Stephen King
Tom Hiddleston dalam film 'THE LIFE OF CHUCK' (credit: youtube.com/@neonrated)

Kapanlagi.com - Film terbaru THE LIFE OF CHUCK yang dibintangi oleh Tom Hiddleston dan disutradarai oleh Mike Flanagan sukses mencuri perhatian lewat trailer perdananya. Diadaptasi dari salah satu cerita pendek Stephen King dalam antologi If It Bleeds, film ini menghadirkan narasi yang unik dan emosional, jauh dari nuansa horor yang biasanya melekat pada karya sang penulis. Dengan alur cerita yang bergerak mundur, film ini membawa penonton menyusuri tiga fase penting dalam hidup Chuck Krantz—dari kematiannya hingga masa kecilnya.

Disajikan secara reflektif dan menyentuh, THE LIFE OF CHUCK menyoroti perjalanan hidup manusia dengan cara yang tak biasa. Film ini lebih fokus pada makna eksistensi, ingatan, dan dampak kehidupan seseorang terhadap dunia di sekitarnya, ketimbang menampilkan elemen menegangkan. Adegan ikonik berupa tarian selama tujuh menit yang diperankan oleh Tom Hiddleston dan Annalise Basso bahkan menjadi highlight utama trailer dan memperkuat sisi artistik cerita.

Film ini juga diperkuat jajaran pemeran papan atas seperti Mark Hamill, Karen Gillan, Chiwetel Ejiofor, hingga Nick Offerman sebagai narator. Setelah tayang perdana di Toronto International Film Festival 2024 dan memenangkan People's Choice Award, antusiasme publik pun semakin tinggi menjelang penayangan resmi pada Juni 2025. Dengan pendekatan narasi yang berbeda, film ini digadang-gadang jadi salah satu adaptasi karya Stephen King yang paling menyentuh hati.

1. Sinopsis �THE LIFE OF CHUCK�

THE LIFE OF CHUCK menceritakan kehidupan seorang pria bernama Charles "Chuck" Krantz melalui tiga babak utama dalam hidupnya�dimulai dari akhir hidupnya dan mundur ke masa-masa sebelumnya. Film ini dibuka dengan suasana dunia yang perlahan-lahan mengalami kehancuran misterius, dan nama Chuck mulai muncul di berbagai tempat, seolah menjadi simbol dari keruntuhan itu. Dari situ, cerita bergerak mundur ke masa-masa ketika Chuck menjalani hidupnya, hingga akhirnya penonton diajak menyaksikan masa kecilnya yang penuh keajaiban dan makna.

Melalui pendekatan naratif yang tidak biasa, film ini menggambarkan bagaimana satu kehidupan biasa bisa memiliki dampak luar biasa terhadap dunia di sekitarnya. Alih-alih berfokus pada konflik eksternal, THE LIFE OF CHUCK lebih menyoroti nilai-nilai kehidupan, seperti kenangan, cinta, kehilangan, dan eksistensi. Film ini merupakan kisah reflektif dan menyentuh yang mengajak penonton untuk merenungi perjalanan hidup manusia dari sudut pandang yang berbeda�bukan dari bagaimana semuanya dimulai, tetapi dari bagaimana semuanya berakhir.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Transformasi Gaya Adaptasi Karya Stephen King

Adaptasi THE LIFE OF CHUCK menunjukkan transformasi gaya dalam mengangkat karya Stephen King ke layar lebar. Berbeda dari mayoritas adaptasi sebelumnya yang kental dengan nuansa horor dan elemen supranatural mencekam, film ini memilih pendekatan yang lebih emosional dan kontemplatif. Mike Flanagan sebagai sutradara membawa narasi dengan sentuhan filosofis, menggambarkan kehidupan tokoh utama, Chuck Krantz, secara mendalam dan menyentuh. Cerita yang bergerak dari kematian menuju masa kecil ini menyoroti hal-hal sederhana dalam kehidupan manusia, seperti memori, pengaruh terhadap orang lain, dan makna keberadaan.

Pendekatan ini menjadi angin segar dalam dunia sinema adaptasi King yang selama ini identik dengan ketegangan dan kegelapan. THE LIFE OF CHUCK justru mengandalkan kekuatan naratif dan emosi karakter untuk membangun hubungan dengan penonton, bukan dari rasa takut. Gaya bercerita yang lebih reflektif ini menunjukkan bahwa karya Stephen King tak selalu harus ditampilkan lewat genre horor semata, tetapi juga dapat diolah menjadi kisah yang menyentuh sisi paling personal manusia. Transformasi ini memperluas persepsi publik terhadap kedalaman karya King dan membuka ruang baru bagi eksplorasi tema-tema eksistensial dalam film.

3. Narasi Terbalik yang Menyentuh dan Unik

THE LIFE OF CHUCK menghadirkan struktur naratif yang tidak biasa, yakni dengan alur cerita yang berjalan secara terbalik�dimulai dari kematian tokoh utama, Chuck Krantz, lalu mundur ke fase-fase sebelumnya dalam hidupnya. Pendekatan ini membuat penonton langsung dihadapkan pada akhir cerita sejak awal, sehingga fokus bukan lagi pada �apa yang akan terjadi,� tetapi lebih pada �mengapa dan bagaimana semuanya bisa sampai di titik itu.� Narasi seperti ini secara tidak langsung mengajak penonton untuk merenungi makna kehidupan melalui potongan-potongan momen yang perlahan-lahan terungkap seiring berjalannya film.

Keputusan untuk menggunakan alur mundur jelas menunjukkan keberanian Mike Flanagan sebagai sutradara, yang berani menantang pakem konvensional dalam dunia film, khususnya dalam adaptasi karya Stephen King. Struktur ini juga memberikan nuansa emosional yang lebih kuat karena tiap babak kehidupan yang disuguhkan terasa seperti potongan puzzle yang membentuk pemahaman utuh tentang siapa Chuck sebenarnya. Setiap fase kehidupannya�dari masa dewasa, remaja, hingga anak-anak�memiliki bobot emosional tersendiri yang menyentuh sisi kemanusiaan penonton. Narasi ini bukan hanya menjadi alat untuk bercerita, tetapi juga sebagai sarana refleksi tentang waktu, ingatan, dan dampak seseorang dalam hidup orang lain.

4. Adegan Tarian yang Menjadi Sorotan Emosional

Salah satu elemen paling mencuri perhatian dalam trailer THE LIFE OF CHUCK adalah adegan tarian berdurasi tujuh menit antara karakter yang diperankan oleh Tom Hiddleston dan Annalise Basso. Adegan tersebut tidak hanya menghadirkan visual yang estetik dan sinematik, tetapi juga sarat dengan muatan emosional. Tarian yang mereka lakukan menjadi simbol ekspresi kebebasan, penerimaan diri, dan pelepasan, terutama dalam konteks cerita yang menyinggung tema kehilangan dan akhir kehidupan. Gerakan tubuh mereka menyatu dengan suasana, menciptakan perasaan melankolis namun hangat yang sangat membekas.

Tak mengherankan bila adegan ini langsung menjadi bahan perbincangan publik dan mendapat sorotan dari berbagai media serta kritikus film. Banyak yang menilai momen ini sebagai inti emosional dari film, yang mampu menghubungkan penonton dengan perasaan tokohnya tanpa perlu banyak dialog. Di tengah narasi yang reflektif dan puitis, adegan ini tampil sebagai jeda yang kontemplatif sekaligus artistik, membuktikan bahwa kesederhanaan bisa menjadi alat komunikasi yang sangat kuat dalam bercerita. Mike Flanagan tidak hanya menampilkan kisah hidup dalam bentuk potongan memori, tapi juga menyisipkan ruang untuk penonton merasakan keindahan dalam hal-hal yang tidak terucap.

(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)

Rekomendasi
Trending