Detik-Detik Meninggalnya Mpok Alpa, Hembuskan Napas Terakhir di Pelukan Suami

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diperbarui: Diterbitkan:

Detik-Detik Meninggalnya Mpok Alpa, Hembuskan Napas Terakhir di Pelukan Suami
Mpok Alpa Hembuskan Napas Terakhir di Pelukan Suami © KapanLagi.com/Budy Santoso

Kapanlagi.com - Kepergian Mpok Alpa untuk selamanya menyisakan duka yang amat dalam, terutama bagi sang suami, Adji Darmaji. Pria yang selalu setia berada di sisi Mpok Alpa ini menjadi saksi perjuangan terakhir sang istri sebelum menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit.

Dengan mata yang masih sembab, Adji menceritakan kembali momen-momen paling berat dalam hidupnya itu. Ia menuturkan bagaimana kondisi Mpok Alpa menurun drastis setelah Subuh, di mana suhu tubuh sang istri mulai terasa dingin dari ujung kepala hingga kaki.

"Ntar dia tidur lagi di tempat meja makan di rumah sakit, ntar dia tidur, kenapa ma, suruh tidur di sampingnya, jangan ini sempit begitu, usapin saja ya. Iya. Ngomongnya kan satu dua, iya, begitu doang," ujar Adji ditemui di rumahnya, kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (16/8/2025).

"Usapin, kok sudah dingin, kok dingin ini ya, makin ke sini makin ke kaki dinginnya, jam abis subuh ke kaki tuh mulai dingin, itu mulai gelisah tuh, tidur sini tidur sini," sambung Adji Darmaji.

1. Gunakan Alat Bantu Pernapasan

Komunikasi pun menjadi semakin terbatas karena napas yang kian berat. Mpok Alpa bahkan harus menggunakan ponsel untuk memanggil suster karena tak kuat lagi berbicara banyak. Sang suami menjelaskan bagaimana alat bantu pernapasan terus diganti untuk menopang hidup istrinya.

"Panggil suster kan, suster, dia ngomongnya pakai hp saja, katanya enggak boleh ngomong terlalu banyak karena takut napasnya terganggu lagi. Pakai hp, panggil suster, itu napas sesak. Akhirnya diganti alat tuh sama suster, dikasih oksigen paling besar," katanya.

(Ammar Zoni dipindah ke Nusakambangan dan mengaku diperlakukan bak teroris.)

2. Tubuh Terasa Dingin

Memasuki pukul tujuh pagi, kegelisahan Mpok Alpa semakin menjadi-jadi. Tubuhnya yang sudah terasa dingin menolak selimut yang diberikan, seolah memberi isyarat bahwa waktunya sudah semakin dekat. Di momen itu, Mpok Alpa mengucap kalimat yang membuat hati sang suami hancur berkeping-keping.

"Akhirnya jam tujuh sudah mulai tuh gelisah banget, begini lagi, balik lagi, dikasih bantal, sudah dingin tuh semuanya. Sudah mulai jam delapan copot ini sendiri, kita kasih selimut sudah dibuangin selimut, kita kasih selimut dibuang gitu, sudah enggak mau ngomong tuh, ngomongnya cuma 'ini dicopotin saja ya', mama napas sudah di sini. Sudah kayak begitu," tutur Adji.

3. Meninggal dalam Pelukan

Di saat itulah, Adji memeluk erat tubuh sang istri, mencoba memberikan kekuatan terakhirnya. Ia pun dengan sabar menuntun Mpok Alpa untuk mengucap kalimat tauhid, mengantarkannya menuju peristirahatan abadi.

"Peluk. Pak ini sudah enggak kuat. Peluk, sudah ikutin ya, sampai laillahaillallah, sampai Allah, begitu merem. Sudah habis," ucapnya.

4. Upaya Tim Medis

Tim medis yang datang segera melakukan upaya untuk memastikan kondisi Mpok Alpa. Namun, takdir berkata lain. Pria yang telah sebulan penuh menemani sang istri di rumah sakit itu harus menerima kenyataan bahwa belahan jiwanya telah tiada.

"Kata dokter kami upayakan ya. Iya silakan dokter. Ya biar medis juga ketahuan kan maksudnya memastikan masih ada atau enggak, ternyata memang sudah enggak," katanya pasrah.

5. Permintaan Terakhir Mendiang

Dokter menyatakan Mpok Alpa meninggal dunia sekitar pukul delapan pagi. Di tengah kepanikan dan rasa lemas yang luar biasa, Adji mengingat betul permintaan terakhir sang istri di malam sebelum kepergiannya.

"Sekitar jam 8, jam 8 sekian lah. Karena saya kan, dalam keadaan juga panik, saya juga lemas, sama sebulan juga itu saya di rumah sakit paling tidur sejam sejam, ngurusin mpok, pokoknya pikirannya khusus mpok, cuma urusin mpok malamnya saja mau meninggal manggil mulu, 'pa, pa', 'kenapa ma? kenapa?', 'minta diusapin belakangnya'," kenangnya.

6. Kenangan Tak Terlupakan

Momen terakhir itu menjadi kenangan yang tak akan pernah terlupakan. Adji naik ke atas kasur rumah sakit untuk memeluk dan menuntun sang istri untuk terakhir kalinya, sebuah bukti cinta sejati hingga akhir hayat.

"Mau meninggal sampai di pangkuan saya, saya naik ke kasur di sini, saya peluk saya iniin, ikutin, saya tuntun, masih mau ikutin sampai Allah, habis," pungkasnya.

Rekomendasi
Trending