Fenomena Artis Disawer Ratusan Juta, Apresiasi Positif atau Bentuk Pelecehan?

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diterbitkan:

Fenomena Artis Disawer Ratusan Juta, Apresiasi Positif atau Bentuk Pelecehan?
Fenomena artis disawer hingga ratusan juta - Credit: Berbagai Sumber

Kapanlagi.com - Fenomena artis disawer kembali menjadi perbincangan hangat setelah Nathalie Holscher memamerkan pendapatan sawerannya yang mencapai ratusan juta rupiah. Praktik memberikan uang secara langsung kepada artis saat tampil ini sebenarnya sudah ada sejak lama dalam kebudayaan Indonesia. Namun belakangan, fenomena ini semakin kontroversial dengan nominal yang semakin fantastis dan platform yang semakin beragam.

Meski sebagian menganggap saweran sebagai bentuk apresiasi positif, tidak sedikit yang mengkritik praktik ini karena dianggap merendahkan martabat artis. Bahkan beberapa artis telah mengungkapkan ketidaknyamanan mereka terhadap praktik saweran yang terkadang disertai pelecehan. Lantas, bagaimana sebenarnya akar budaya dan perkembangan fenomena artis disawer ini?

1. Akar Tradisi Saweran dalam Kebudayaan Indonesia

Saweran berakar kuat dalam tradisi kesenian rakyat Indonesia. Istilah "sawer" sendiri berasal dari bahasa Sunda yang berarti memberikan atau menaburkan uang. Dalam kesenian tradisional seperti tayub di Jawa Tengah, lengger di Banyumas, atau ronggeng di Jawa Barat, penonton biasa memberikan uang kepada penari sebagai bentuk apresiasi langsung atas penampilan mereka.

Secara tradisional, saweran memiliki makna sebagai bentuk penghargaan dan dukungan ekonomi bagi seniman. Dalam konteks budaya, saweran juga menjadi simbol interaksi langsung antara seniman dan penikmat seni. Praktik ini dilakukan dengan cara menyelipkan uang ke saku penari, meletakkannya di nampan, atau bahkan menempelkannya langsung ke dahi penari.

Dalam panggung dangdut, saweran menjadi fenomena yang lebih kompleks. Artis dangdut sering kali menerima saweran dalam jumlah besar, terutama di acara-acara pribadi atau klub malam.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Stigma Negatif di Balik Fenomena Saweran

Meski menguntungkan secara finansial, praktik saweran tidak lepas dari stigma negatif. Banyak yang menganggap saweran, terutama yang dilakukan dengan cara menempelkan uang langsung ke tubuh artis, sebagai bentuk pelecehan terselubung. Stigma ini semakin kuat ketika saweran terjadi di klub malam atau tempat hiburan dewasa.

Kritik juga datang dari kalangan agamawan dan budayawan yang menganggap praktik saweran modern telah menyimpang dari nilai-nilai tradisional. Mereka berpendapat bahwa saweran yang awalnya merupakan bentuk apresiasi budaya telah berubah menjadi praktik yang cenderung eksploitatif dan merendahkan martabat seniman.

3. Deretan Artis dengan Saweran Fantastis

Nathalie Holscher bukanlah satu-satunya artis yang mendapatkan saweran dengan nominal fantastis. Inul Daratista, ikon dangdut Indonesia, pernah mengungkapkan bahwa ia bisa mendapatkan saweran hingga puluhan juta dalam satu malam pertunjukan. Dewi Perssik juga dikenal sering mendapatkan saweran besar, terutama saat tampil di acara-acara eksklusif.

Nella Kharisma & Inul Daratista yang merupakan penyanyi dangdut populer dari Jawa Timur, juga sering mendapatkan saweran besar dari penggemar fanatiknya. Begitu pula dengan Ayu Ting Ting yang pernah mendapatkan saweran berupa perhiasan dan uang tunai dalam jumlah besar. Fenomena ini menunjukkan bahwa praktik saweran dengan nominal besar telah menjadi bagian dari ekosistem industri hiburan dangdut.

4. Mekanisme Pembagian Hasil Saweran

Pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana hasil saweran dibagikan. Berdasarkan keterangan beberapa artis, mekanisme pembagian saweran bervariasi tergantung kesepakatan dengan manajemen atau tim. Sebagian artis membagi hasil saweran dengan tim musik, penari latar, dan kru panggung dengan persentase tertentu.

Dalam beberapa kasus, artis utama mendapatkan porsi terbesar, biasanya 50-70% dari total saweran, sementara sisanya dibagikan kepada tim pendukung. Namun, ada juga artis yang memiliki kesepakatan berbeda di mana seluruh hasil saweran menjadi milik pribadi artis, sementara tim pendukung mendapatkan bayaran tetap dari manajemen.

5. Dampak Psikologis Saweran pada Artis

Tidak semua artis merasa nyaman dengan praktik saweran. Beberapa penyanyi dangdut wanita pernah mengungkapkan ketidaknyamanan mereka saat disawer, terutama jika dilakukan dengan cara yang tidak sopan. Mereka terpaksa menerimanya karena tuntutan profesi dan ekspektasi penonton.

Dampak psikologis dari praktik saweran ini bervariasi. Bagi sebagian artis, saweran bisa menimbulkan perasaan direndahkan dan diobjektifikasi. Namun bagi yang lain, saweran dianggap sebagai bentuk apresiasi dan pengakuan atas bakat mereka.

6. Saweran Digital

Seiring perkembangan zaman, praktik saweran mengalami transformasi signifikan. Di era digital, saweran tidak lagi terbatas pada pertunjukan fisik, tetapi juga merambah ke platform online. Pada TikTok Live misalnya, penonton bisa memberikan "gift" virtual yang kemudian dikonversi menjadi uang nyata untuk kreator konten.

(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)

(kpl/ums)

Rekomendasi
Trending