Prosesi Kremasi Ayah Sarwendah Sesuai Perhitungan Feng Shui, Abu Dilarung di Laut

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diperbarui: Diterbitkan:

Prosesi Kremasi Ayah Sarwendah Sesuai Perhitungan Feng Shui, Abu Dilarung di Laut
Prosesi Kremasi Ayah Sarwendah Sesuai Perhitungan Feng Shui © KapanLagi.com/Budy Santoso

Kapanlagi.com - Sarwendah bersama keluarga besar telah menyelesaikan rangkaian prosesi penghormatan terakhir untuk sang ayah tercinta, Hendrik Lo. Prosesi kremasi dilangsungkan dengan khidmat dan sarat akan tradisi untuk mengantar mendiang ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Sarwendah menjelaskan bahwa seluruh rangkaian acara, terutama waktu pelaksanaan kremasi, telah direncanakan dengan sangat teliti. Ia menyebut semua itu dilakukan demi memberikan jalan terbaik bagi sang ayah, sesuai dengan kepercayaan yang dianut keluarga.

"Seperti yang kemarin aku bilang, prosesi terakhirnya itu emang kremasinya di pagi hari. Karena udah dihitung sama Feng Shui, katanya supaya gak ada cong-nya lah. Pokoknya maunya yang terbaik buat Papi di sana," ujar Sarwendah di Rumah Duka Grand Heaven, Jakarta Barat, Rabu (23/7/2025),

Baca berita lain tentang Sarwendah di Liputan6.com, yuk! Kalau bukan sekarang, KapanLagi?

1. Rangkaian Acara Kremasi

Sebelum jenazah dimasukkan ke dalam ruang kremasi, seluruh keluarga diberikan kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir. Setelah itu, jenazah dibawa menuju tempat kremasi untuk memulai prosesi inti. Sarwendah menceritakan urutan acara yang telah dijalani pada pagi hari itu.

"Jadi tadi ada acara penghormatan terakhir, terus bawa Papi ke tempat kremasinya. Nah, tadi juga rumah-rumah Papi semuanya udah dibakar juga di paling atas. Jadi udah semua acara udah selesai," ujarnya.

(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)

2. Sediakan 'Bekal' di Alam Baka

Sebagai bagian dari tradisi Tionghoa, keluarga juga membakar berbagai replika barang sebagai bekal untuk mendiang di alam baka. Sarwendah memastikan semua "perlengkapan" yang dibakar sangat lengkap, sebagai simbol bakti mereka. Ia pun menjelaskan makna di balik ritual tersebut.

"Rumahnya itu seperti, kalo tradisinya adalah rumahnya yang kita bakar di sini, yang kita kasih di sini, nanti akan muncul buat Papi di sana. Jadi makanya rumahnya tadi kita bakarinnya dua, terus ada asistennya juga, ada semuanya, mobil, emas, semuanya lengkap," katanya.

3. Pilihan Peti Jenazah dan Guci Abu

Upaya memberikan yang terbaik ini juga terlihat dari pemilihan peti jenazah hingga guci tempat abu nantinya. Sarwendah mengaku secara pribadi memilih desain peti yang ia yakini akan disukai oleh almarhum ayahnya. Menurutnya, detail ukiran pada peti memiliki makna yang baik.

"Pada saat lihat petinya, emang kayaknya Papi bakal suka gitu, karena ada ukiran-ukiran Chinese-nya. Yang katanya bagus lah buat Papi. Dan tempat abunya juga udah dipilih yang Papi suka lah," ucapnya.

4. Keputusan Kremasi Jenazah

Keputusan untuk mengkremasi jenazah sendiri ternyata sempat menjadi bahan diskusi di antara kedua orang tuanya. Sarwendah mengungkapkan bahwa ada perbedaan keinginan antara ayah dan ibunya. Namun, pada akhirnya semua sepakat pada pilihan yang diyakini paling disukai almarhum.

"Jadi Papi Mami aku memang sempat debat ternyata katanya. Setelah Mami tenang, tanya mau dikubur apa kremasi, aku ikutin aja, cariin yang terbaik. Ternyata Papi maunya dikremasi, Mami maunya dikubur," katanya.

5. Proses Larung di Laut

Setelah prosesi kremasi selesai, keluarga mengumpulkan tulang-belulang mendiang untuk dimasukkan ke dalam guci. Selanjutnya, abu akan ditebar di lautan sebagai tahap akhir dari prosesi perpisahan ini. Sarwendah memastikan semuanya telah dipersiapkan dengan baik.

"Habis ini tinggal kita kumpulin tulang dulu ya katanya, tulang-tulangnya, terus dimasukin ke dalam guci. Terus sisa-sisanya kita tebarin di laut," ujar Sarwendah.

6. Belajar Ikhlas di Tengah Kesedihan

Sekarang, Sarwendah lagi berusaha pelan-pelan buat belajar ikhlas. Tapi dia mengaku, rasa sedihnya masih sering muncul dan butuh waktu buat bisa bener-bener nerima.

"Jadi kayak masih ada rasa sedih, tapi kan harus ikhlas. Nah, perasaan itu yang aku masih harus cerna," ungkap ibu tiga anak ini.

7. Sosok Orangtua bagi Sarwendah

Buat Sarwendah, kedua orang tuanya adalah sosok panutan dalam hal rumah tangga. Keharmonisan mereka jadi inspirasi yang selalu dia pegang.

"Ya pasti lah, itu impian aku yang dari dulu, kiblat aku ketika menjalani hubungan rumah tangga dari keharmonisan orang tua. Aku bangga lah, semua orang melihat orang tua aku adalah orang tua yang sangat ramah dan harmonis," pungkasnya.

(Demo kenaikan gaji anggota DPR memanas setelah seorang Ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban. Sederet artis pun ikut menyuarakan kemarahannya!)

Rekomendasi
Trending