Rangkaian Ritual Penting Pernikahan Kraton GKR Hayu - KPH Notonegoro (II)

Penulis: Dewi Ratna

Diperbarui: Diterbitkan:

Rangkaian Ritual Penting Pernikahan Kraton GKR Hayu - KPH Notonegoro (II)
©kratonwedding.com

Kapanlagi.com - Setelah rangkaian ritual pra pernikahan, akhirnya tiba hari di mana GKR Hayu diresmikan menjadi istri KHP Notonegoro. Selasa, 22 Oktober 2013 tentu menjadi hari yang paling bersejarah dalam hidup dua sejoli itu.
Tak sesederhana ritual pernikahan biasa, ada rangkaian upacara yang harus dijalani, mulai dari ijab kabul hingga resepsi. Setelahnya pun, masih ada upacara penutupan dari rangkaian prosesi pernikahan Kraton ini.
Apa saja dan bagaimana pernikahan adat Jawa di Kraton Yogyakarta? Simak halaman berikut ini..

1. Akad Nikah, Resmi Jadi Suami–Istri!

©kratonwedding.com

Bertempat di Masjid Panepen Kraton Yogyakarta, pada 22 Oktober 2013 pukul, 07.00, GKR Hayu resmi menjadi istri KPH Notonegoro setelah pria pujaan hatinya itu dengan lancar menjawab ijab kabul.

Akad Nikah ini hanya dihadiri calon mempelai pria dan keluarga serta Sri Sultan beserta keluarga, tanpa calon mempelai wanita. Sementara itu, calon mempelai wanita sendiri berada di Sekar Kedhaton.

Seperti yang dilansir dari website resmi kratonwedding, di masjid Panepen, telah disediakan sanggan berupa pisang sejumlah satu lirang yang merupakan simbol pengabdian diri kepada Sultan. Akad Nikah ini pun hanya dihadiri oleh kerabat laki-laki.

©kratonwedding.com

Calon mempelai pria berjalan masuk menuju Masjid Panepen, di mana Sultan menunggu. Setelah penghulu dan rombongan calon mempelai pria masuk ke dalam Masjid Panepen, ijab kabul dimulai dengan acara khotbah nikah oleh penghulu.

Dalam upacara Akad Nikah ini, Sultan menikahkan sendiri putrinya. Beliau membacakan ijab kabul yang kemudian dijawab oleh calon mempelai pria. Dilanjutkan dengan doa dan penandatanganan dokumen ijab kabul oleh calon mempelai pria beserta para saksi.

Akad Nikah ditutup dengan sungkem mempelai pria kepada Sultan, dengan terlebih dahulu melepas dan meletakkan keris yang ia bawa. Sungkem ini sekaligus menjadi simbol penghormatan dan mohon doa restu karena sudah sah menjadi suami dari putri Sultan.

Setelahnya, mempelai pria akan kembali ke Bangsal Kasatriyan untuk bersiap-siap melakukan acara Panggih. Sementara Sultan kembali ke Kraton Kilen. Seperti apa itu acara Panggih? Simak halaman selanjutnya...

(Ammar Zoni dipindah ke Nusakambangan dan mengaku diperlakukan bak teroris.)

2. Panggih, Bertemunya Kedua Mempelai

©kratonwedding.com

Setelah Akad Nikah selesai, kedua mempelai dipertemukan untuk pertama kali setelah resmi menjadi suami istri dalam upacara Panggih. Prosesi kali ini digelar di Tratag Bangsal Kencana.

Sri Sultan beserta Permaisuri terlebih dahulu tiba di Emper Kagungan Dalem Bangsal Kencana Wetan. Calon mempelai pria beserta para pengiring kemudian dipanggil untuk menghaturkan Sanggan Pethukan diiringi dengan barisan edan-edanan.

Disadur dari websitre resmi kratonwedding, upacara adat ini diawali dengan menghaturkan pisang sanggan yang menjadi tanda bahwa mempelai pria sudah siap dipertemukan dengan mempelai wanita.

Didampingi dua wanita sebagai utusan dari keluarga besan, mempelai pria diantarkan kepada ibu mertua untuk meminta agar mempelai putri dikeluarkan dan dipertemukan dengan mempelai pria. Mempelai pria ini diiringi dengan dua Kembar Mayang.

Setelah pisang sanggan diterima oleh keluarga mempelai wanita, selanjutnya mempelai wanita keluar bersamaan dengan Kembar Mayang. Di sini, mempelai wanita juga berjalan di belakang dua orang yang masing-masing membawa Kembar Mayang.

©kratonwedding.com®

Upacara dilanjutkan dengan kedua mempelai yang akan melakukan Balangan Gantal. Kedua mempelai saling melempar sirih yang digulung benang warna putih secara bergantian. Tentu saja ritual ini ada maksudnya...

Balangan Gantal ini menyimbolkan bahwa dalam kehidupan pernikahan kelak, pasti akan ada kesalahpahaman yang harus diakhiri dengan perdamaian. Hal-hal seperti itu merupakan bagian dari dinamika hidup kehidupan suami dan istri.

Setelahnya, dilanjutkan dengan upacara Mecah Tigan oleh mempelai pria. Mempelai pria menginjak telur yang sudah disiapkan. Maknanya, bahwa mempelai akan menginjak kehidupan baru, dari yang semula belum menikah, menjadi berkeluarga.

Selanjutnya, dilakukan ritual Wijikan, membasuh kaki mempelai pria oleh mempelai wanita. Di sini, kedua kaki mempelai laki-laki masuk dalam nampan kemudian mempelai wanita membasuhnya. Tahap ini adalah simbol wujud bakti istri pada suami.

Yang terakhir dalam ritual panggih ini adalah Pondhongan. Upacara yang satu ini hanya terdapat di Kraton, tidak akan ditemukan di acara pernikahan adat masyarakat umum. Sebab, Pondhongan dilakukan karena mempelai wanita adalah anak Raja.

Di sini, mempelai wanita akan dibopong oleh dua pria yang merupakan paman dan suaminya. Upacara ini dilakukan sebagai simbol bahwa mempelai wanita, sebagai anak raja, haruslah berada di posisi yang terhormat.

Mempelai wanita dibopong dari Tratag Bangsal Kencana menuju Emper Kagungan Dalem Bangsal Kencana sebelah utara. Setelahnya, kedua mempelai akan berjalan bergandengan tangan menuju pelaminan.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian ucapan selamat. Para tamu untuk maju ke pelaminan dan memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai beserta keluarga.

Setelah selesai, kedua mempelai keluar dari Bangsal Kencana dan kembali ke Bangsal Kasatriyan diiringi tarian edan-edanan, yaitu ritual tolak bala yang dilakukan oleh para Abdi Dalem yang akan merias diri mereka dan menari.

Makna dari ritual ini adalah, pasangan pengantin dengan ketampanan dan kecantikannya dianggap membutuhkan keseimbangan yang diwujudkan oleh penampilan Abdi Dalem yang ngedan dengan dandanan compang-camping.

3. Tampa Kaya & Dahar Klimah

©kratonwedding.com

Masih di hari yang sama, setelah rangkaian upacara panggih, digelar Tampa Kaya & Dahar Klimah di Bangsal Kasatriyan. Prosesi yang satu ini merupakan simbol kewajiban suami untuk menafkahi sang istri.

Saat Tampa Kaya dilakukan, kedua mempelai masuk ke sebuah kamar di komplek Bangsal Kasatriyan. Di kamar ini, mempelai pria duduk di tepi pendaringan (semacam tempat tidur) dan mempelai wanita duduk di bawahnya.

Di dekat kaki mempelai pria, ada sebungkus koin emas dan ubarampe berupa berbagai macam benih, beras dan uang receh yang melambangkan harta kekayaan, yang kemudian akan disimpan oleh mempelai wanita.

Tampa Kaya merupakan simbol bahwa seorang suami bertugas untuk memberikan nafkah kepada istrinya. Upacara ini kemudian ditutup dengan doa, dan dilanjutkan dengan upacara Dhahar Klimah.

©kratonwedding.com

Dalam ritual ini, mempelai pria akan mengepal nasi untuk kemudian diberikan kepada mempelai wanita. Mempelai pria akan mengambilkan tiga kepal nasi kuning beserta lauk pauknya untuk dimakan oleh mempelai wanita.

Upacara ini pun memiliki makna. Seorang suami harus siap menghidupi keluarganya. Kepalan nasi kuning yang diambil oleh mempelai pria berjumlah ganjil karena angka ganjil dipercaya sebagai angka yang dapat menolak bala.

Seperti disadur dari website resmi kratonwedding, kedua upacara ini menjadi simbolisasi hubungan suami-istri. Tanggung jawab suami mencari nafkah untuk keluarga, dan istri harus bijak dan bertanggung jawab menyimpan dan mengelola apa yang diberikan.

4. Kirab, Menyatu Dengan Rakyat

©kratonwedding.com

Keesokan harinya, Rabu, 23 Oktober 2013, pukul 09.00, digelar Kirab di Kepatihan. Ini merupakan salah satu tradisi paling menarik animo masyarakat saat ada gelaran pernikahan Kraton.

Kirab Pengantin merupakan prosesi yang dilakukan untuk mengantar mempelai dan kedua orang tua mereka sampai ke pelaminan. Upacara ini dilakukan dengan iring-iringan kereta kuda yang disertai arak-arakan prajurit.

Seharusnya, Kirab dilakukan dengan rute memutari Kraton. Namun, untuk pernikahan GKR Hayu & KPH Notonegoro esok, Kirab hanya dilakukan dengan rute dari Kraton menuju Gedung Kepatihan.

©kratonwedding.com

Ada iring-iringan kereta kuda yang digunakan untuk Kirab. Selain untuk memperkenalkan kedua mempelai kepada masyarakat, arak-arakan ini juga sebagai simbol dekatnya hubungan Kraton dengan rakyat.

Arak-arakan ini juga merupakan simbolisasi manunggal ing kawula gusti, menciptakan kesejahteraan bagi umat manusia. Ketika pimpinan bersatu dengan rakyat, pasti akan ada kemakmuran dan ketenteraman.

Dalam iring-iringan kereta kuda ini, kedua mempelai naik Kereta Kanjeng Kyai Jongwiyat. Sementara itu, Sri Sultan beserta Permaisuri menggunakan Kereta Kanjeng Kyai Wimono Putro.

Seperti disadur dari website resmi kratonwedding, keberangkatan iring-iringan ini dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah kereta mempelai, orang tua mempelai pria, para pengiring, penari, serta prajurit Kraton.

Sesampainya rombongan pertama di Kepatihan, rombongan kereta kedua yakni Sultan dan Permaisuri beserta perangkatnya baru berangkat menuju Kepatihan.

Rombongan mempelai diiringi para penari Lawung Ageng yang mengendarai 12 kuda di bagian depan serta pasukan Bregodo Prawirotomo dan Bregodo Patangpuluh, prajurit keraton yang totalnya mencapai 120 orang. Satu Bregodo terdiri dari 60 orang prajurit.

5. Resepsi, Memperkenalkan Pengantin Pada Rakyat

©kratonwedding.com

Selesai diarak melalui prosesi Kirab, kedua mempelai tiba di gedung Kepatihan untuk acara Resepsi. Sesampainya di gedung Kepatihan, pengantin beristirahat sejenak di Kagungan Dalem Gedhong Pacar Binatur sebelum acara Resepsi dimulai.

Acara Pahargyan (resepsi) ini pada dasarnya sama dengan resepsi umumnya. Yang menarik di sini adalah penampilan tarian adat Kraton Yogya yang terkenal. Resepsi ini dimulai dengan doa, dilanjutkan dengan Tarian Bedhaya Manten dan Tarian Lawung Ageng.

Seperti disadur dari website resmi kratonwedding, Tarian Bedhaya Manten dibawakan oleh enam penari yang merupakan simbol dari perjalanan seseorang menuju gerbang rumah tangga. Tari Bedoyo Manten ditarikan oleh enam wanita yang masih perawan.

©kratonwedding.com

Dua wanita berperan sebagai sepasang pengantin, sementara empat penari lainnya memerankan diri sebagai penari Srimpi. Tarian ini diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwono IX yang menunjukkan kesiapan dan kemandirian untuk membangun kehidupan ke depannya.

Tarian Lawung Ageng dibawakan 12 penari pria, sebagai simbol jiwa pratiotisme. Tarian ini juga merupakan simbolisasi para prajurit Kraton yang sedang berlatih perang. 12 penari ini berangkat menuju Kepatihan dengan mengendarai kuda.

Tarian ini merupakan karya Sultan Hamengku Buwono I yang memiliki makna penyatuan lingga-yoni sebagai lambang kesuburan. Tarian ini juga akan menampilkan gerakan latihan perang-perangan atau adu ketangkasan.

Alat ketangkasan yang dipergunakan dalam tarian ini adalah lawung, yaitu tongkat panjang berukuran tiga meter, berujung tumpul, dan digerakkan dengan cara menyilang dan menyodok.

Acara Resepsi sendiri berlangsung dengan pakem adat Kraton Yogyakarta. Nuansa tosca-lavender mewarnai tempat resepsi digelar. Diperkirakan ada 2500 undangan yang turut hadir meramaikan acara ini.

6. Pamitan, Pemberian Wejangan Pada Pengantin

©kratonwedding.com

Setelah usai semua rangkaian pernikahan Kraton, di puncak acara ada ritual yang disebut pamitan. Pukul 19.00, bertempat di Gedhong Jene, hadir keluarga mempelai wanita dan keluarga mempelai pria.

Upacara dimulai dengan keluarnya kedua mempelai dari Bangsal Kasatriyan, diiringi rombongan penganthi mempelai wanita dan penganthi mempelai pria. Sampai Gedhong Jene, rombongan berhenti sejenak, lalu kedua mempelai dipersilakan masuk.

Dalam upacara Pamitan pengantin ini, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan beberapa pesan dan nasihat pada dua mempelai. Ini diberikan sebagai bekal mereka mengarungi kehidupan rumah tangga.

Harus bisa saling menghormati, saling menghargai, dan saling mengisi adalah inti dari wejangan yang diberikan. Sultan juga sekaligus menitipkan putrinya kepada sang besan dalam prosesi ini.

Setelahnya, keluarga mempelai pria menyampaikan terima kasih kepada keluarga Kraton. Selain itu, seperti disadur dari website resmi kratonwedding, keluarga mempelai pria juga memohon maaf jika selama acara berlangsung ada yang kurang berkenan.

©kratonwedding.com

Acara Pamitan ini ditutup dengan sungkeman yang dilakukan oleh kedua mempelai kepada orang tua dan mertua mereka. Selesai sudah berbagai prosesi pernikahan Kraton.

Semoga GKR Hayu dan KPH Notonegoro hidup bahagia selalu. Congratulation!

(kra/dew)

Editor:

Dewi Ratna

Rekomendasi
Trending