Selebgram & Pebisnis Sarah Ahmad Idap Deep Vein Thrombosis, Bantah Sedot Lemak

Penulis: Editor KapanLagi.com

Diterbitkan:

Selebgram & Pebisnis Sarah Ahmad Idap Deep Vein Thrombosis, Bantah Sedot Lemak
Credit: instagram.com/saraaaahmad

Kapanlagi.com - Selebgram dan pebisnis Sarah Ahmad baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah transformasi tubuhnya. Ia berhasil menurunkan berat badan hingga 27 kg, memicu spekulasi operasi plastik dan sedot lemak di kalangan netizen.

Namun, Sarah Ahmad dengan tegas membantah tuduhan tersebut dan memberikan klarifikasi mengejutkan. Ia menjelaskan bahwa dirinya tidak mungkin menjalani prosedur bedah karena alasan medis serius, yaitu mengidap Deep Vein Thrombosis (DVT) dan riwayat autoimun lupus.

Klarifikasi ini membuka tabir perjuangan kesehatan yang dihadapinya, sekaligus memberikan pemahaman baru bagi publik. Mari kita telusuri lebih dalam kronologi dan fakta medis di balik pengakuan Sarah Ahmad yang menggemparkan ini.

Baca juga berita lainnya di Liputan6.com

1. Riwayat Lupus dan Perubahan Gaya Hidup Sarah Ahmad

Credit: instagram.com/saraaaahmad

Sebelumnya, Sarah Ahmad juga pernah mengidap autoimun lupus (Systemic Lupus Erythematosus/SLE), penyakit kronis yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Riwayat kesehatan ini menjadi pendorong kuat baginya untuk mengubah total gaya hidup demi kesehatan yang lebih baik. Perjuangan melawan lupus membentuk tekadnya untuk hidup sehat dan seimbang.

(Ammar Zoni dipindah ke Nusakambangan dan mengaku diperlakukan bak teroris.)

2. Profil Singkat Sarah Ahmad

Sarah Ahmad Almusaiteer adalah selebgram dan pebisnis kelahiran 4 Desember 1996, yang dikenal memiliki darah keturunan Arab dan Yaman. Ia aktif membagikan konten kecantikan dan memiliki beberapa merek bisnis di bidang tersebut, seperti Beauty by Sarah Ahmad dan SA SKIN.

Ia sempat menikah dengan pemain sepak bola Nurhidayat Haji Harris pada 2021 lalu. Namun, pernikahan mereka telah berujung perceraian. Kini, Sarah telah menikah lagi dengan sosok pria yang sosoknya belum banyak disorot publik.

3. Mengenal Deep Vein Thrombosis (DVT) 

Deep Vein Thrombosis adalah kondisi serius di mana gumpalan darah terbentuk di pembuluh vena dalam tubuh, umumnya di area tungkai. DVT dapat menghambat aliran darah normal dan berpotensi menyebabkan komplikasi fatal seperti emboli paru. Kondisi ini memerlukan penanganan medis yang sangat cermat dan berkelanjutan.

4. Gejala DVT

Meskipun terkadang tanpa gejala, DVT dapat menunjukkan tanda-tanda seperti pembengkakan pada salah satu kaki, terutama di betis atau paha, serta nyeri yang memburuk saat berdiri atau berjalan. Perubahan warna kulit menjadi pucat, kemerahan, atau kebiruan, serta rasa hangat di area yang terdampak juga bisa menjadi indikasi penting. Segera cari pertolongan medis jika mengalami gejala ini.

5. Penyebab dan Faktor Risiko DVT

DVT terjadi karena adanya kondisi yang memperlambat atau mengganggu aliran darah, atau menyebabkan darah lebih mudah menggumpal. Faktor risiko meliputi usia di atas 60 tahun, kehamilan, penggunaan pil KB, merokok, hingga riwayat DVT dalam keluarga. Mengetahui faktor-faktor ini dapat membantu dalam upaya pencegahan.

DVT bukanlah penyakit sepele karena dapat menimbulkan komplikasi berbahaya seperti Emboli Paru (PE) yang mengancam jiwa. Selain itu, Sindrom Pascatrombosis (PTS) dan Insufisiensi Vena Kronis juga bisa terjadi, menyebabkan nyeri dan masalah jangka panjang pada kaki. Penanganan dini sangat krusial untuk menghindari dampak fatal yang lebih serius.

6. Pengobatan DVT

Tujuan utama pengobatan DVT adalah mencegah gumpalan darah membesar, mencegah gumpalan baru terbentuk, dan menghindari komplikasi lebih lanjut. Metode pengobatan meliputi pemberian antikoagulan atau pengencer darah, terapi trombolitik untuk kasus parah, hingga penggunaan stoking kompresi. Pilihan terapi disesuaikan dengan kondisi dan tingkat keparahan pasien.

7. Pencegahan DVT

Pencegahan DVT sangat penting untuk menghindari komplikasi serius di masa depan. Caranya dengan tetap aktif bergerak, terutama saat duduk lama, dan menjaga hidrasi tubuh dengan minum air yang cukup. Mengelola berat badan, berhenti merokok, serta mobilisasi dini setelah operasi juga merupakan langkah efektif untuk mengurangi risiko pembentukan gumpalan darah.

(kpl/ums)

Rekomendasi
Trending