Seputar Bursa Kandidat Pimpinan PARFI
Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Malam temu kangen anggota PARFI yang digelar di Hotel Crown Plaza pada Minggu (26/3), ternyata berkembang menjadi ajang kasuk-kasuk pencalonan kandidat ketua. Nama-nama semacam El Manik, Yenny Rahman bahkan sineas muda, Rudi Sujarwo disebut-sebut sudah terjaring untuk menduduki pucuk pimpinan organisasi film tersebut.
Masuknya nama Rudi dalam bursa kandidat menjadi menarik untuk dicermati. Dan ini menjadi langkah stategis guna menjembatani antara golongan senior dan yunior. Pasalnya, selama ini PARFI dipersepsikan hanya diperuntukkan golongan tua-tua. Hal ini diakui oleh El Manik, aktor senior ini, mensinyalir timbulnya persepsi ini dimungkinkan karena faktor komunikasi yang tidak berjalan dengan baik.
Pernyataan El Manik ini juga diamini Rudi yang datang dari golongan muda. Sutradara ini lebih menilik visi dan misi PARFI yang belum jelas menjadi satu kendala tersendiri untuk menarik generasi seangkatannya.
"Contohnya malam ini, saya tidak melihat kedatangan mereka," ujar Rudi. Bagi sutradara muda ini PARFI bukan menjadi soal. "Kalau untuk membangun perfilman nasional, why not. Tapi hanya untuk sekedar nongkrong, percuma saja," tandasnya lebih lanjut.
Advertisement
Mengenai kemungkinan untuk duduk sebagai ketua PARFI, baik El Manik dan Rudi menyatakan ketidak sanggupannya.
"Saya tidak siap dan tidak berambisi, saya sudah mengukur diri sendiri," tegasnya. Menurutnya menjadi ketua berarti orang tersebut mampu menyelakan waktu untuk orang lain. "Baik secara ekonomi maupun perasaan," lanjutnya.
Untuk memperbaiki PARFI, bagi El Manik, tidak harus menduduki posisi sebagai ketua, menjadi anggota yang baik saja baginya sudah lebih dari cukup untuk ikut membenahi PARFI.
Tapi salah satu artis senior era 70-an, Yenny Rahman menyatakan kesiapannya untuk menduduki kursi nomer satu di PARFI. "Insya Allah, kalau teman-teman mendukung dan ikut menjalankan program yang baik, ini akan menjadi pengabdian saya yang terbaik," ungkapnya.
Namun dia juga menyatakan tidak menutup kemungkinan yang muncul dari generasi yang lebih muda. "Kita harus bergandengan tangan dengan yang muda, karena mereka bagian dari sejarah untuk memajukan film nasional. Dan mengenai ketidak pahaman mereka terhadap PARFI, menjadi tugas kita untuk menjelaskannya," ujarnya bijak.
Salah satu agenda yang santer dibicarakan adalah mengembalikan PARFI sebagai organisasi murni profesi bukan sebagai organisasi massa seperti pada masa lalu. Dan berfungsi melindungi anggotanya. Serta menjadi motivator untuk menjadikan film nasional menjadi tuannya dinegeri sendiri dan menjadikan tamu kehormatan dinegara lain.
Dan kesemuanya hanya dapat diwujudkan dalam program yang nyata. "Untuk konkritnya nanti biar konggres yang menentukan," ucap El Manik.
Harapan PARFI untuk menjadi lebih baik juga dilambungkan oleh Herman Felani dan Mutia Datau. Pasangan pesohor ini berharap konggres tersebut dapat menghadirkan pengurus yang potensial. "Jangan jadikan faktor senioritas menjadi gap," ujar Herman.
"Paling penting program tersebut dapat mendekatkan diri ke masyarakat, karena film harus dilihat sebagai alat komunikasi bukan hanya karya seni. Kalau film hanya dilihat dari sebagai seni akan susah," harap Rudi terhadap program pengurus yang akan datang.
Hal senada juga diucapkan oleh Alex Komang, "Film itu seperti buku sebagai pembuka cakrawala, ada ilmu yang disampaikan secara visual. Disamping sebagai alat hiburan, film juga mempunyai fungsi sosial, budaya dan bisnis."
Sekarang tinggal bagaimana elit-elit di PARFI mulai bisa legowo untuk menerima berbagai aspirasi. Ketulusan yang disampaikan oleh Yenny Rahman didalam pembukaan acara benar-benar menjadi kenyataan. Bukan sekedar lips service untuk merangkul kaum muda.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(kl/ww)
Editor KapanLagi.com
Advertisement