Serba-Serbi Halloween (4)
Diterbitkan:

Kapanlagi.com - Di Indonesia, tak banyak yang ikut merayakan tradisi Halloween. Kalaupun ada, mereka yang merayakan hanya untuk kumpul-kumpul atau bersenang-senang. Banyak yang ikut merayakan pun tak paham makna Halloween yang sebenarnya.
Halloween berasal dari festival Samhain (dari bahasa Irlandia Kuno samain) yang dirayakan orang Kelt zaman kuno. Festival Samhain merupakan perayaan akhir musim panen dalam kebudayaan orang Gael, dan kadang-kadang disebut "Tahun Baru Kelt".
Orang Kelt yang menganut paganisme secara turun temurun menggunakan kesempatan festival untuk menyembelih hewan ternak dan menimbun makanan untuk persiapan musim dingin.
Bangsa Gael kuno percaya bahwa tanggal 31 Oktober, pembatas dunia orang mati dan dunia orang hidup menjadi terbuka. Orang mati membahayakan orang hidup dengan membawa penyakit dan merusak hasil panen.
Sewaktu merayakan festival, orang Gael menyalakan api unggun untuk membakar tulang-tulang dari hewan yang mereka sembelih. Orang Gael mengenakan kostum dan topeng untuk berpura-pura sebagai arwah jahat atau berusaha berdamai dengan mereka.
Di Amerika Serikat tradisi ini dibawa oleh orang Irlandia yang beremigrasi ke Amerika Utara. Halloween dirayakan anak-anak dengan memakai kostum seram, dan berkeliling dari pintu ke pintu rumah tetangga meminta permen atau cokelat sambil berkata "Trick or treat!" Ucapan tersebut adalah semacam 'ancaman' yang berarti "Beri kami (permen) atau kami jahili".
Halloween identik dengan setan, penyihir, hantu goblin dan makhluk-makhluk menyeramkan dari kebudayaan Barat. Halloween disambut dengan menghias rumah dan pusat perbelanjaan dengan simbol-simbol Halloween.
Dewi Perssik tahu benar bahwa Halloween dirayakan 31 Oktober. "Yang aku tahu kalau hari Halloween itu kan pas 31 Oktober kan yah. Dan hari itu identik dengan trick-trick setan mereka. Itu kaya mengenakan busana setan, entah itu jadi setan, entah itu jadi penyihir, pokoknya makhluk-makhluk yang menyeramkan lah. Menurut aku itu adalah hari yang horor dan biasanya pas mereka berkeliling sambil melakukan trick or treat," ujarnya saat dihubungi KapanLagi.com®, Kamis (3/10).
Dewi mengaku pernah ikut merayakan Halloween, namun tak paham maknanya. "Buat aku sih Halloween yah ikut-ikutan temen aja. Dalam arti, kita ambil positifnya aja yah. Kita seru-seruan aja dengan menggunakan busana seram. Yah kuntilanak lah, pokoknya yang serem-serem. Kalau buat arti sebenarnya dari Halloween itu sendiri aku gak terlalu mendalami sih hal-hal yang demikian. Karena aku hanya merayakan itu untuk senang-senang saja kita berpesta pesta kita bereksperimen dengan busana kita," lanjutnya.
Dewi justru merasa tertantang untuk menciptakan kostum yang menyeramkan. "Ya buat aku kalau Halloween itu aku ambil positifnya aja karena memang aku orang seniman dan aku bereksperimen dengan kostum. Sebab kostum-kostum horornya menarik buat aku. Dari segi make up dan suasana juga itu buat aku unik aja, dan aku suka itu," tegasnya.
Andra dan Stevi yang tergabung dalam band Andra and the Backbone tak pernah berniat ikut merayakan Halloween. "Nggak pernah sama sekali. Jujur aja aku nggak tau kapan itu hari Halloween, kapan dan bulan apa itu nggak tahu," ujar Andra, Jumat (11/10) di kedutaan Jerman.
"Ngerayain secara ritual khusus gitu nggak, karena bukan budaya Indonesia," imbuh Stevy.
Namun Stevy tak menolak jika ada yang mengajaknya ke acara Halloween. "Pernah, pernah ikutan. Kita main di acara yang bertemakan Halloween pakai kostum, ya pernah. Seru aja ya. Kalau party-party kayak Halloween ya cuma sekedar gimmick aja," katanya.
Cinta Ratu saat bertandang ke kantor KapanLagi.com® Jumat (11/10) justru merasa miris dengan banyaknya anak muda yang ikut merayakan Halloween di Indonesia.
"Halloween bukan budaya Indonesia, tetapi dirayakan oleh Indonesia karena orang Indonesia kebanyakan ikut-ikutan untuk merayakannya budaya luar. Saya miris dengan orang indonesia yang lebih mencintai karya luar, dan lebih memilih merayakan pesta seperti Halloween," katanya.
Namun, Cinta juga melihat sisi positif perayaan Halloween di tanah air. "Dilihat dari sisi lain, saya lihat ada bagusnya ikut untuk turut hadir, untuk menghormati budaya luar tapi tetap kita ga boleh lupain budaya Indonesia," tegasnya.
Jenny Cortez yang terbiasa melihat penampakan karena punya indra keenam merasa tak perlu merayakan Halloween. "Aku gak pernah ikut perayaannya. Bukan budaya kita juga. Sudah cukup menakutkan melihat mereka sehari-hari. Masih harus pertas Halloween, enggak ah," ujarnya.
(Festival Pestapora 2025 dipenuhi kontroversi, sederet band tiba-tiba memutuskan untuk CANCEL penampilannya.)
(kpl/rod/aal/pur/uji/dew)
Sahal Fadhli
Advertisement