Di Manchester, Inggris, tim anti-teror bersiap menyerbu rumah yang dicurigai menjadi markas kelompok ekstremis. Namun sebelum mereka sempat masuk, para teroris meledakkan rumah itu dari dalam dan menewaskan semua orang di sekitar. Di Irak, agen CIA Roger Ferris tengah memburu pemimpin teroris bernama Al-Saleem yang diyakini menjadi dalang serangan tersebut. Ferris bekerja sama dengan informan bernama Nizar yang menawarkan informasi penting dengan imbalan suaka ke Amerika. Tapi saat operasi gagal dan Nizar tertangkap, Ferris terpaksa menembaknya agar identitasnya tidak terbongkar.

Ferris kecewa karena atasannya, Ed Hoffman, menolak mengambil tindakan berdasarkan informasi Nizar. Ia akhirnya menemukan markas rahasia di Irak, tapi operasi itu berakhir dengan kekacauan dan tewasnya rekannya, Bassam. Dari data yang berhasil diselamatkan, Ferris mengetahui adanya rencana serangan lanjutan di Eropa. Hoffman lalu menugaskannya ke Yordania untuk bekerja sama dengan kepala intelijen setempat, Hani Salaam, sosok cerdas dan berprinsip yang mulai menghormati Ferris karena keahliannya berbahasa Arab dan sikapnya yang berbeda dari agen Amerika lainnya.

Hubungan kerja Ferris dan Salaam berjalan baik, tetapi Hoffman diam-diam menjalankan operasi lain tanpa sepengetahuan mereka. Aksi ganda Hoffman membuat situasi kacau, hingga seorang mata-mata terbunuh dan markas teroris terbongkar. Ferris dituduh berkhianat dan diusir dari Yordania. Demi memperbaiki kesalahan, ia dan Hoffman merancang jebakan baru dengan memanipulasi seorang arsitek tak bersalah bernama Omar Sadiki agar terlihat seperti teroris palsu. Rencana itu berhasil menarik perhatian Al-Saleem, tetapi berakhir tragis saat Sadiki diculik, disiksa, dan dibunuh karena kesalahan Ferris sendiri.

Ketika kekasihnya, Aisha, tiba-tiba menghilang, Ferris panik dan memohon bantuan Salaam. Ia akhirnya mengaku bahwa seluruh operasi terhadap Sadiki adalah rekayasa. Namun Salaam menolak membantu. Putus asa, Ferris menyerahkan dirinya kepada kelompok Al-Saleem untuk menukar nyawa Aisha. Dalam kondisi ditawan dan disiksa, Ferris sadar bahwa ia telah dijebak. Tepat sebelum dieksekusi, Salaam muncul dan menyelamatkannya, menangkap Al-Saleem dengan strateginya sendiri.

Ferris kemudian mengetahui bahwa Aisha tidak pernah diculik dan semua itu hanyalah rencana Salaam untuk menguji kesetiaannya. Setelah melalui pengkhianatan dan kekacauan moral, Ferris akhirnya meninggalkan CIA dan memilih menemui Aisha kembali. Namun setelah hidupnya dipenuhi kebohongan dan permainan kekuasaan, bisakah Ferris benar-benar menemukan kedamaian yang selama ini ia cari?

Penulis artikel: Abdilla Monica Permata B.