Bagaimana jadinya jika dunia di mana batas antara penegak hukum dan penjahat makin kabur? Di mana obat mematikan yang disebut fentanyl, dikenal di jalanan sebagai King Ivory, menyebar seperti wabah yang tak bisa dikendalikan.

Film King Ivory mengupas sisi tergelap dari krisis narkoba yang kini menghantui masyarakat modern.

Cerita berpusat pada Layne West, seorang polisi narkoba di Tulsa yang hidupnya berubah total saat putranya, Jack, menjadi korban kecanduan fentanyl.

Dari momen itu, perang West melawan para pengedar tak lagi sekadar tugas, tapi menjadi urusan pribadi. Bersama partner-nya, Ty, dan agen FBI Beatty, ia bertekad menghancurkan jaringan di balik peredaran obat berbahaya ini.

Musuh yang mereka hadapi bukan orang sembarangan. Ada Ramon Garza, dalang kartel Meksiko di wilayahnya. Tak ketingalan Holt Lightfeather, pemimpin geng Indian Brotherhood War Chief yang bahkan bisa mengatur bisnis narkoba dari balik penjara "Big Mac". Ada pula keluarga mafia Irlandia pimpinan George "Smiley" Greene bersama ibunya, Ginger, dan pamannya, Mickey.

Namun di balik semua aksi dan pengejaran itu, film ini juga menyajikan pesan yang menohok tentang bagaimana kartel bekerja, mereka tak sekadar menjual narkoba, tapi juga menargetkan masa depan generasi muda.

"Kartel mengincar anak-anakmu, generasi berikutnya, yang selalu mencari hal baru, dan fentanyl adalah hal baru itu," kata Holt dalam salah satu adegan yang paling membekas.