Seperti dilansir dari tiff.net, Left-Handed Girl hadir sebagai film yang cerdas sekaligus menyentuh, memadukan gaya realisme liris Taiwan dengan nuansa ala film indie hits global seperti The Florida Project dan Anora.

Film ini bercerita tentang Shu-fen (Janel Tsai), seorang ibu tunggal yang berjuang menjalankan kedai mie di pasar malam Taipei, sambil menghadapi utang, depresi, dan drama dua putrinya, I-Ann (Shih-Yuan Ma), 20 tahun yang pemberontak, serta I-Jing (Nina Ye), si kecil yang penasaran pada segala hal di sekitarnya.

Yang menarik, sebagian besar cerita diceritakan dari sudut pandang I-Jing. Melalui mata anak kecil ini, penonton diajak menyelami kerentanan kehidupan keluarga di tengah masyarakat yang bergulat antara tradisi dan modernitas.

Ketika kakeknya mengatakan bahwa menggunakan tangan kiri adalah tanda setan, I-Jing mulai merasakan malu dan kebingungan, lalu menyalurkan emosinya lewat tindakan-tindakan kecil pemberontakan.

Sutradara Shih-Ching Tsou menangkap Taipei dengan kamera, membuat kota ini tampak seperti dunia ajaib sekaligus jebakan, penuh warna, kekacauan, dan kontradiksi.

Left-Handed Girl bukan hanya soal kehidupan keluarga dan tradisi, tapi juga sarat dengan arus feminis yang halus. Penampilan para pemainnya begitu menonjol, terutama Ye, yang mampu mencuri perhatian di setiap adegan lewat akting natural dan ekspresi emosionalnya yang luas. Film ini berhasil menyeimbangkan momen haru dengan sentuhan keceriaan, termasuk kisah persahabatan tak terduga sang gadis dengan seekor surikat peliharaan yang menggemaskan.

Debut solo Tsou terasa sangat intim namun tetap universal, menghadirkan refleksi soal trauma antar generasi dan perjuangan ekonomi dengan humor, kelembutan, dan kejelasan yang menyentuh hati.