Seperti dilansir dari tiff.net, kisahnya berpusat pada Fuki (diperankan Yui Suzuki), gadis berusia 11 tahun yang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ayahnya tengah sakit parah. Ibunya (Hikari Ishida) tenggelam dalam pekerjaan dan rasa lelah merawat sang suami (Lily Franky), membuat Fuki terpaksa menjalani hari-harinya sendiri.

Dalam kesepian itu, ia mencoba mencari makna, lewat imajinasi, hipnosis, hingga cara-cara berbahaya yang tak seharusnya dilakukan anak seusianya.

Yang membuat film ini berkesan bukan hanya kisahnya, tapi juga penampilan brilian Yui Suzuki yang begitu alami menampilkan campuran rasa kehilangan, rasa ingin tahu dan kebingungan. Semua terasa nyata dan menyentuh, seolah penonton ikut tumbuh bersama Fuki.

Di balik visual yang indah dan nuansa 1980-an yang nostalgik, Renoir menyelipkan kritik halus tentang keluarga, tekanan sosial, dan budaya konsumtif yang sering kali menutupi rasa hampa di dalam hati. Lukisan Irene Cahen d’Anvers karya Renoir yang muncul dalam film menjadi simbol yang kuat, tentang cinta yang tersisa di antara kehilangan.