Dikenal lewat film-film bergenre kuat seperti The King of Pigs, Train to Busan, dan Psychokinesis, kali ini Yeon Sang-ho mengadaptasi novel grafis debutnya sendiri berjudul Face menjadi film indie beranggaran rendah, yang hanya digarap dalam waktu tiga minggu dengan kru berjumlah dua puluh orang.

Hasilnya adalah film sederhana namun begitu kuat dan terampil, menegaskan kembali ketertarikan Yeon pada kisah-kisah tentang mereka yang tersisih dan hidup dalam dilema moral yang rumit.

The Ugly mengikuti perjalanan Dong-hwan (Park Jeong-min), seorang pria muda yang berusaha mengungkap masa lalu misterius ibunya. Park dengan piawai memerankan dua karakter sekaligus, Dong-hwan dan versi muda dari ayahnya, Yeong-gyu, seorang pemahat stempel buta yang terobsesi dengan keindahan yang tak bisa ia lihat.

Film ini dengan tenang mempertanyakan apa arti sebenarnya dari keindahan, siapa yang menentukannya, siapa yang memilikinya, dan apa yang disembunyikannya. Ironisnya, justru para karakter buta dalam film ini yang memberikan pandangan paling jernih tentang makna keindahan, menantang persepsi penonton secara mendalam.

Meski berlatar dunia yang tampak realistis, The Ugly tetap membawa ciri khas Yeon berupa ambiguitas moral. Setiap karakter bergerak di antara simpati dan kecurigaan, mengguncang narasi tradisional tentang dosa dan kebaikan.

Apa yang awalnya tampak sebagai misteri pribadi perlahan berkembang menjadi refleksi sosial yang lebih luas, tentang kebencian, moralitas, dan beban masa lalu yang tak pernah benar-benar hilang.

Sebagai karya yang jauh lebih manusiawi dan introspektif, The Ugly mungkin akan mengejutkan para penggemar lama Yeon Sang- ho, tetapi justru di situlah daya tariknya, film ini tetap membawa visi tajam dan keberanian artistik yang selama ini mendefinisikan perjalanan kariernya.