50 Tahun Lebih Berkarir, Jajang C.Noer Akui 'ONDE MANDE!' Film Terberatnya
Diperbarui: Diterbitkan:

Jajang C.Noer Akui 'ONDE MANDE!' Film Terberatnya © KapanLagi.com/Muhammad Akrom Sukarya
Kapanlagi.com - Artis Senior Jajang C.Noer sudah memulai karirnya dalam dunia seni peran sejak tahun 1972. Berbagai macam peran tentunya sudah pernah dilakoni perempuan yang kini sudah menginjak usia 70 tahun itu.
Namun, ada judul film yang dirasakan pemilik nama lengkap Lidia Djunita Pamoentjak itu jadi yang terberat sepanjang 50 tahun lebih karirnya. Adalah ONDE MANDE! film terbaru yang juga turut diperankan oleh Jajang C.Noer.
Dalam film tersebut, istri mendiang Arifin C. Noer itu mendapat peran sebagai ibu berdarah Minang. Tantangannya, meski memiliki darah Minangkabau, Jajang kesulitan berdialog untuk film yang sebagian besar menggunakan bahasa Minang.
Advertisement
1. Peran Paling Susah
Jajang C.Noer Akui \'ONDE MANDE!\' Film Terberatnya © KapanLagi.com/Muhammad Akrom Sukarya
"Saya rasa, ini peran yang paling susah sepanjang karier saya. Karena ngapalinnya saja susah," ucap Jajang C. Noer saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (13/6/2023).
Namun, Jajang akhirnya bisa menghapal seluruh naskah yang diberikan kepadanya. Dan ia juga harus benar-benar menyelaraskan kalimat dan dialek Minang.
"Saya dengar bahasanya sejak kecil, tapi tidak bisa bahasanya. Saya kecil di Jakarta, bahasa Minang dari bapak saya emang, begitu dapat skenario bahasa saya kaya gak bener," katanya.
(Rumah tangga Tasya Farasya sedang berada di ujung tanduk. Beauty vlogger itu resmi mengirimkan gugatan cerai pada suaminya.)
2. Suguhkan Budaya Masyarakat Minang
Diketahui film kolaborasi Visinema dengan Gandeng Ceneng Film dan Visionari Capital itu menyuguhkan nuansa budaya masyarakat Minang dan panorama alam Sumatera Barat. Rencananya film drama keluarga itu akan tayang di bioskop Indonesia pada 22 Juni 2023 mendatang.
Film itu menceritakan seorang sosok tetua Desa Sigiran bernama Angku Wan yang mendapatkan hadiah sayembara senilai Rp 2 miliar dari perusahaan sabun. Namun, Angku Wan meninggal sebelum mengambil hadiahnya.
Lewat film ini, Paul Fauzan Agusta selaku sutradara ingin menunjukkan makna tentang kehangatan keluarga dan kekerabatan masyarakat Sumatra Barat, khususnya di Desa Sigiran. Film ini terasa personal bagi Paul karena didedikasikan untuk mendiang ayahnya.
(Kena spill Ruben Onsu, Ayu Ting Ting ternyata sudah punya pacar baru?)
Advertisement