1. Yasmin Napper Sebagai Zahra: Kuat Tapi Tak Selalu Dimengerti

Di serial ini, Yasmin Napper memerankan Zahra, sosok perempuan ceria yang tampak tegar di luar, namun menyimpan banyak luka dan kegelisahan. Setelah ditinggalkan oleh tunangannya, Zahra perlahan kembali hadir dalam hidup Zaki, cinta pertamanya. Tapi bukan untuk merebut, melainkan justru untuk memahami.

Yasmin membawa karakter ini dengan sangat halus dan menyentuh. Tidak berlebihan, tapi tetap terasa dalam. Sebuah penampilan yang menunjukkan kematangannya sebagai aktris yang mampu mengolah emosi tanpa harus meledak-ledak.

2. Pertemuan Kembali Rangga Azof dan Asha Assuncao

Tak kalah menarik, kehadiran Rangga Azof sebagai Zaki dan Asha Assuncao sebagai Risa kembali menyatukan pasangan sinetron lama dalam konflik yang jauh lebih kompleks. Jika sebelumnya mereka tampil romantis di sinetron Di Antara Dua Cinta, kini keduanya dipertemukan dalam drama rumah tangga yang terikat oleh masa lalu dan pilihan sulit.

Hubungan Risa dan Zaki bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang pertarungan batin yang menuntut banyak kompromi. Asha tampil sebagai Risa dengan ketenangan yang melawan sakit hati, sementara Rangga membangun karakter Zaki yang rapuh tapi berusaha bertanggung jawab.

3. Adaptasi Novel

Disutradarai oleh John De Rantau dan Angling Sagaran, Cinta Dalam Sujudku bukan hanya menampilkan kisah cinta, tapi juga potret spiritual tentang bagaimana manusia belajar mengikhlaskan. Serial ini tidak menggiring penonton untuk menyalahkan siapa pun, melainkan mengajak untuk memahami tiap sisi dari luka yang mungkin tak terlihat.

Setiap adegan seperti doa yang dipanjatkan dalam diam, setiap konflik terasa akrab bagi siapa pun yang pernah berjuang dalam hubungan yang tidak sederhana. Itulah yang membuat serial ini layak jadi pilihan tontonan untuk mereka yang menyukai kisah reflektif dan emosional.

Cinta Dalam Sujudku tayang eksklusif mulai 17 Juli 2025 di Vidio. Sebuah serial yang tak hanya menghibur, tapi juga mengajak penonton memahami bahwa cinta, pada akhirnya, tidak selalu harus dimiliki untuk bisa bermakna.